Show simple item record

dc.contributor.authorMASRUROH, Binti
dc.date.accessioned2022-11-18T02:11:35Z
dc.date.available2022-11-18T02:11:35Z
dc.date.issued2022-06-20
dc.identifier.nim170210302051en_US
dc.identifier.urihttps://repository.unej.ac.id/xmlui/handle/123456789/110872
dc.description.abstractEks Tapol adalah mantan tahanan politik. Dalam hal ini tahanan politik yang di maksud adalah orang-orang yang pernah, di tangkap dan ditahan selama bertahuntahun tanpa melalui proses eksekusi, Pada saat operasi penupasan PKI. Hal tersebut dikarenakan mereka dianggap memiliki hubungan dengan organisasi yang berbau kiri (PKI). Eks Tapol yang di maksud dalam penelitian ini adalah Eks Tapol yang pernah tersangkut pada peristiwa Trisula di Blitar Selatan. Pasca peristiwa 65 militer terus melakukan operasi terhadap wilayah-wilayah yang dianggap sebagai sarang maupun tempat pelarian anggota PKI yang berhasil meloloskan diri. Blitar Selatan merupakan salah satu daerah tempat persembunyian anggota PKI dari pusat yang berhasil melarikan diri. Sehingga mengetahui hal tersebut, Militer menggelar Operasi Trisula untuk menupas anggota PKI yang berhasil melarikan diri ke Blitar Selatan. Operasi Trisula yang bertujuan untuk menupas PKI bukan hanya memerangi anggota pelarian PKI dari pusat saja, melainkan juga memerangi orang-orang yang minim kaitannya dengan PKI dan bahkan tidak ada hubungan sama sekali dengan PKI. Pada saat itu, militer menggap masyarakat Blitar Selatan sebagai musuh karena telah membantu anggota pelarian PKI dari pusat yang sebenarnya masyarakat pun juga tidak mengetahui bahwa mereka merupakan pelarian PKI dari pusat. Sehingga banyak masyarakat Blitar Selatan yang menjadi korban dan menjadi tahanan politik pada saat itu. Dalam upaya memberantas kebangkitan komunis di Indonesia pemerintah Orde Baru menetapkan sejumlah peraturan diskriminatif dan melakukan pengawasan terhadap tahan politik PKI, hal tersebut tentunya berdampak terhadap kehidupan baik sosial maupun ekonomi Eks Tahanan Politik di Blitar Selatan. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah (1) Apa saja pengawasan pemerintah daerah yang berpengaruh terhadap kehidupan sosial-ekonomi Eks Tapol di Blitar Selatan pasca bebas dari tahanan 1968-1998; (2) bagaimana dinamika kehidupan Sosial-Ekonomi Eks Tapol di Blitar Selatan dalam kurun waktu tahun 1968 hingga tahun 2000. Tujuan penelitian ini adalah Mendeskripsikan pengawasan pemerintah daerah yang berpengaruh terhadap kehidupan sosial-ekonomi Eks Tapol di Blitar Selatan setelah dibebaskan dari tahanan 1968-1998 dan Mengkaji dinamika (Perubahan, perkembangan serta kesinambungan) kehidupan Sosial-Ekonomi Eks Tapol di Blitar Selatan dalam kurun waktu tahun 1968 hingga tahun 2000. Penelitian ini menggunakan metode sejarah dengan 4 tahapan, yakni heuristik, verifikasi, interpretasi dan historiografi. Dalam penelitian ini menggunakan 9 Narasumber Eks Tapol di Blitar Selatan dan menggunakan 2 Narasumber yang mengetahui kronologi peristiwa 68 di Blitar Selatan yaitu Carik desa Ngrejo (salah satu daerah di Blitar Selatan) dan Ketua LSM The Post Institute yang pernah melakukan rekonsiliasi terhadap Eks Tapol di Blitar Selatan. Hasil penelitian ini adalah pengawasan pemerintah daerah terhadap mantan tahanan politik di Blitar Selatan dan berpengaruh terhadap kehidupan sosial-ekonomi Eks Tapol yaitu : (1) Kebijakan wajib lapor, (2) Pencabutan Hak sipil dan Hak politik, (3) Pemberian kode Khusus (ET) terhadap KTP para Eks Tapol. Dinamika kehidupan Sosial-Ekonomi Eks Tapol di Blitar Selatan dari segi Ekonomi Eks Tapol banyak yang bekerja sebagai seorang petani. Hal tersebut dikarenakan pendidikan yang rendah dan adanya peraturan bahwa Eks Tapol beserta keturunanya dilarang memiliki pekerjaan tertentu serta dilarang menjadi PNS membuat Eks Tapol di Blitar Selatan tidak punya pilihan lain, selain menjadi seorang petani. Penghasilan sebagai seorang petani yang tidak menentu, membuat beberapa Eks Tapol di Blitar Selatan menambah penghasilan mereka dengan memelihara binatang ternak seperti sapi, kambing, dan ayam. Sedangkan dari segi sosial hubungan (interaksi) Eks Tapol dengan masyarakat sekitar sebagian bersifat tertutup karena adanya stigma bahwa Eks Tapol PKI yang merupakan musuh negara membuat sebagian masyarakat di Blitar Selatan memilih menjauhui Eks Tapol dan enggan memiliki hubungan dengan Eks Tapol.en_US
dc.description.sponsorshipDrs. Kayan Swastika, M. Si Drs. Sumarjono, M. Sien_US
dc.language.isootheren_US
dc.publisherFakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikanen_US
dc.subjectEks Tapolen_US
dc.subjectSosial - Ekonomien_US
dc.subjectBlitar Selatanen_US
dc.subjectSejarahen_US
dc.titleDinamika Kehidupan Sosial - Ekonomi Eks Tapol di Blitar Selatan 1968 - 2000en_US
dc.typeOtheren_US
dc.identifier.prodiPendidikan Sejarahen_US
dc.identifier.pembimbing1Drs. Kayan Swastika, M.Sien_US
dc.identifier.pembimbing2Drs. Sumarjono, M. Sien_US
dc.identifier.validatorIghfirlinaen_US
dc.identifier.finalizationFinalisasi unggah file repository tanggal 10 Oktober 2022_M. Arif Tarchimansyahen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record