Evaluasi Penggunaan Antibiotik pada Pasien ISPA Non Pneumonia di Puskesmas Teja Kabupaten Pamekasan

Abstract

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan infeksi saluran pernapasan atas dan bawah. ISPA non pneumonia sebagian besar disebabkan oleh infeksi virus sehingga dapat diberikan terapi simptomatik, namun juga dapat disebabkan oleh infeksi bakteri sehingga membutuhkan terapi antibiotik. Penggunaan antibiotik yang tidak bijak dapat meningkatkan resistensi bakteri, sehingga berdampak pada peningkatan morbiditas dan mortalitas. Perlu dilakukan evaluasi secara berkala untuk menekan penggunaan antibiotik yang tidak bijak, metode evaluasi yang dapat digunakan adalah metode kuantitatif (ATC/DDD) untuk mengetahui tren penggunaan antibiotik. Penelitian ini dilakukan pada pasien rawat jalan ISPA non pneumonia di Puskesmas Teja Kabupaten Pamekasan periode 2020 sebanyak 195 sampel dengan tujuan untuk mengetahui karakteristik pasien, profil penggunaan antibiotik, dan gambaran penggunaan antibiotik dengan metode ATC/DDD. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien laki-laki (n=99; 51%) lebih mendominasi daripada pasien perempuan (n=96; 49%), rentang usia yang tertinggi 36-45 tahun (n=47; 24,1%), diagnosis tertinggi infeksi akut lain pada saluran pernapasan bagian atas (J02) (n=163, 83,6%), antibiotik yang paling banyak digunakan kotrimoksazol (n=103; 52,8%) dan amoksisilin (n=74; 37,9%). Berdasarkan hasil evaluasi dengan metode ATC/DDD menunjukkan bahwa amoksisilin merupakan antibiotik dengan nilai DDD tertinggi yaitu sebesar 11,26 DDD/1000 inhabitans/days dan Kloramfenikol antibiotik dengan nilai DDD terendah yaitu sebesar 0,15 DDD/1000