dc.description.abstract | Spinal cord injury (SCI) merupakan masalah kesehatan global dengan angka kejadian morbiditas berupa kecacatan permanen dan angka mortalitas tinggi, serta dapat memengaruhi kondisi psikologis, sosial dan ekonomi penderita. Spinal cord injury adalah kerusakan pada spinal cord akibat gaya yang ditimbulkan oleh trauma atau non trauma, sehingga mengakibatkan penurunan fungsi motorik, sensorik atau otonom. Gaya yang mengenai spinal cord tersebut mengakibatkan proses patofisiologi berupa tahapan primary injury yang selanjutnya berkembang menjadi tahapan secondary injury. Tahapan secondary injury ditandai proses inflamasi yang memicu apoptosis neuron, astrosit, oligodendrosit, dan terbentuknya glial scar. Saat terjadi cedera pada spinal cord, TNF-α akan disekresi secara berlebihan terutama oleh makrofag/mikroglia M1, yang dapat menginduksi terjadinya neuroinflamasi dan apoptosis pada neuron, astrosit, serta oligodendrosit. Peningkatan pelepasan kadar sitokin proinflamasi TNF-α akan memengaruhi progresivitas secondary injury pada SCI. Terapi konvensional SCI saat ini cenderung terfokus pada prosedur operasi dekompresi-stabilisasi spinal cord dan terapi farmakologi. Intervensi dekompresi-stabilisasi hanya melindungi struktur disekitarnya akan tetapi hampir tidak berdampak pada tahapan secondary injury, sedangkan terapi farmakologi dengan pemberian kortikosteroid sebagai antiinflamasi pada SCI sudah tidak direkomendasikan di Amerika sejak tahun 2013. Fakta tersebut mendorong dikembangkan terapi alternatif menggunakan neural stem cell (NSC). Efek samping dari terapi alternatif ini adalah terjadinya proliferasi menjadi sel ganas, kompabilitas imun, dan reaksi alergi. Penggunaan sekretom sebagai free cell therapy dapat menghilangkan efek samping tersebut. Sekretom NSC memiliki efek terapi sebagai imunomodulator, antiinflamasi, angiogenesis, antiapoptosis, dan neuroprotektif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efek injeksi sekretom NSC terhadap kadar TNF-α pada tikus Sprague dawley model SCI subakut.
Jenis penelitian yang digunakan adalah true experimental dengan rancangan penelitian berupa posttest only control group design. Penelitian ini menggunakan 15 ekor tikus Sprague dawley jantan yang dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu N, K, dan P. Kelompok N adalah kelompok normal yang tidak dibuat model SCI dan tidak di injeksi sekretom. Kelompok K adalah kelompok kontrol yang dibuat model SCI. Kelompok P adalah kelompok perlakuan yang dibuat model SCI dan diinjeksi sekretom NSC dengan dosis 30μl pada hari ke 3 pasca pembuatan model SCI. Pengukuran kadar TNF-α dilakukan setelah terminasi pada hari ke-28 menggunakan metode ELISA sandwich. Analisis data yang digunakan yaitu Levene’s test dan uji Saphiro wilk (untuk menguji homogenitas dan normalitas data), serta One Way ANOVA.
Hasil penelitian ini yaitu rata-rata kadar TNF-α kelompok N (102,07 ± 19,58), N (102,07 ± 19,58), dan P (169,25 ± 25,54). Hasil uji One Way ANOVA menunjukkan perbedaan yang signifikan antar masing-masing kelompok (p = 0,00). Uji Post Hoc Tukey HSD menunjukkan perbedaan bermakna antara kelompok P dan K (p = 0,040). Berdasarkan hasil tersebut, disimpulkan bahwa pemberian injeksi sekretom NSC dengan dosis 30µl pada tikus Sprague dawley model SCI subakut memiliki efek mencegah peningkatan kadar TNF-α serum | en_US |