dc.description.abstract | Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditi andalan
negara Indonesia yang mempunyai peluang untuk dikembangkan kearah
diversifikasi produk dengan nilai jual yang cukup tinggi. Adapun yang
dimanfaatkan dalam industri pengolahan kakao ialah bijinya sehingga kulit
luarnya dibuang dan menjadi menumpuk. Berbagai cara telah diterapkan untuk
memanfaatkan kulit buah kakao, diantaranya menjadikan kulit buah kakao sebagai
pupuk kompos maupun bahan pakan ternak, meskipun demikian belum ada
pemanfaatan yang lebih optimal. Maka dari itu perlunya pemanfaatan lain dari
kulit limbah kakao dan salah satunya adalah sebagai bahan insektisida alami.
Kulit kakao mengandung senyawa metabolit sekunder antara tanin, alkaloid,
flavonoid, saponin, tanin, triterpenoid, dan steroid. Kandungan senyawa metabolit
sekunder pada ekstrak kulit buah kakao yang berupa senyawa aktif yaitu alkaloid,
flavonoid, saponin, dan tanin merupakan senyawa yang bersifat toksik terhadap
larva nyamuk Culex sp. Gigitan nyamuk ini menyebabkan sensasi kulit gatal
yang tidak menyenangkan. Selain itu beberapa spesies nyamuk Genus Culex
terbukti merupakan vector dari beberapa penyakit. Oleh karena itu perlu dilakukan
pengendalian populasi nyamuk dengan cara membunuh larva nyamuk Culex sp.
Upaya yang sudah dilakukan belakangan ini yaitu dengan menggunakan abate
atau temephos, dan larvasida sintetik lainnya. Larvasida sintetik memiliki
kelemahan, dimana selain dapat menyebabkan resistensi dan merusak lingkungan,
larvasida sintetik juga bersifat racun bagi organisme lain.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya LC50 toksisitas ekstrak
kulit buah kakao terhadap larva nyamuk Culex sp. dalam waktu dedah 24 jam.
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Program Studi Pendidikan Biologi
Universitas Jember. Ekstak kulit buah kakao didapatkan dengan menggunakan salah satu proses ekstraksi yaitu maserasi menggunakan pelarut etanol 97%
sehingga mampu mengekstraksi senyawa yang ada pada kulit buah kakao. Larva
nyamuk Culex sp. diambil pada tempat saluran air atau got yang kemudian di
budidayakan disekitar daerah Ajung, Kabupaten Jember. Kemudian larva
diidentifikasi di laboratorium Program Studi Pendidikan Biologi Universitas
Jember. Dari hasil uji yang sudah dilakukan serial konsentrasi yang didapatkan
untuk diujikan antara lain adalah 50 ppm, 180 ppm, 310 ppm, 440 ppm, 570 ppm,
dan 700 ppm. Pengujian dilakukan dengan memasukkan larva ke dalam ekstrak
yang sudah dilarutkan oleh aquades pada setiap serial konsentrasi dengan
menggunakan 4 kali pengulangan dan 2 kontrol, yaitu kontrol negatif (aquades)
dan kontrol positif (abate). Percobaan dilakukan dalam waktu dedah 24 jam dan
dilakukan pengamatan morfologi larva nyamuk Culex sp. yang sudah mati.
Penentuan LC50 dilakukan dengan menggunakan analisis probit pada software
Minitab 16.
Hasil penlitian menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi yang
digunakan, semakin tinggi pula tingkat kematian larva nyamuk Culex sp. Analisis
probit dengan menggunakan software Minitab 16 menunjukkan nilai LC50 sebesar
306,742 ppm dengan batas bawa sebesar 271,484 ppm dan batas atas sebesar
338,798 ppm. Hal ini berarti ekstak kulit buah kakao yang digunakan bersifat
toksik terhadap larva nyamuk Culex sp. Hasil penelitian dituangkan dalam sebuah
produk leaflet. Leaflet yang sudah dibuat kemudian divalidasi oleh 2 orang
validator ahli, antara lain 1 orang dosen sebagai ahli materi dan 1 orang dosen
sebagai ahli media. Nilai validasi sebesar 80% oleh ahli materi dan 78% oleh ahli
media. Rata-rata nilai validasi yang di peroleh yaitu 79%. Hal ini menunjukkan
bahwa leaflet sangat layak dijadikan sebagai media sumber informasi untuk
menambah wawasan masyarakat dan para peneliti, serta dengan melakukan revisi
berdasarkan komentar dan saran yang diberikan oleh validator menjadikan leaflet
lebih sempurna. | en_US |