dc.description.abstract | Kebudayaan suatu suku bangsa dapat diketahui melalui cerminannya dalam karya sastra. Novel Tanjung Kemarau karya Royyan Julian menceritakan tentang kompleksitas kehidupan sosial budaya masyarakat Madura di Desa Branta Pesisir, Kabupaten Pamekasan, Madura. Berdasarkan muatan substansi yang terdapat dalam novel tersebut, peneliti menggunakan kajian antropologi sastra untuk menganalisis budaya suku bangsa Madura yang berfokus pada persoalan identitas Madura dalam novel Tanjung Kemarau. Dalam mengungkap struktur novel tersebut peneliti menggunakan teori struktural. Analisis yang dilakukan peneliti bertujuan untuk mendeskripsikan keterjalinan antarunsur struktural, serta mendeskripsikan identitas Madura dalam novel Tanjung Kemarau berdasarkan kajian antropologi sastra. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif dengan teknik analisis data model interpretatif. Analisis struktural yang dilakukan berfungsi untuk mengetahui keterkaitan antarunsur struktural yang membangun novel Tanjung Kemarau karya Royyan Julian. Unsur-unsur struktural tersebut terdiri dari tema, tokoh dan perwatakan, konflik, serta latar. Hasil analisis struktural menunjukkan bahwa satu kesatuan unsur pembentuk novel Tanjung Kemarau adalah identitas, budaya, dan anthropos (orang Madura). Teori antropologi sastra digunakan untuk meneliti budaya Madura berupa identitas yang terdapat dalam novel. Identitas Madura yang dibahas dalam penelitian ini berfokus pada persoalan falsafah, mitos maupun legenda, simbol-simbol ritual dan tradisi, serta perubahan sistem budaya yang terdapat dalam novel Tanjung Kemarau. Hasil analisis antropologi sastra menunjukkan bahwa identitas Madura dalam novel Tanjung Kemarau memuat relasi antara diri dan sang Lain. Diri yang dikuatkan dalam teks digambarkan melalui falsafah hidup, legenda dan mitos, serta ritual dan tradisi suku bangsa Madura yang terdapat dalam novel Tanjung Kemarau. Perubahan sistem budaya dalam novel Tanjung Kemarau menggambarkan relasi antara diri dan sang Lain. Perubahan sistem budaya tersebut berupa kepatuhan terhadap figur rato sebagai pemimpin formal, resistansi bajing terhadap kiai, dan pergeseran makna terhadap tradisi tanah sangkolan dan carok. Sang Lain ditandai oleh rato (raja/pemimpin) yang telah dipandang tidak mutlak untuk dihormati; kiai yang diresistansi oleh bâjing; dan tradisi tanah sangkolan serta carok yang mulai kehilangan eksistensi di kalangan masyarakat Madura. Perubahan sistem budaya tersebut dipengaruhi oleh akulturasi budaya modern dan tradisional. Identitas Madura dalam novel Tanjung Kemarau muncul sebagai sebuah diaspora yang di satu pihak berkarakter lokal sementara di pihak lain berorientasi ke luar (translokal). | en_US |