Show simple item record

dc.contributor.authorISLAMI, Ananda Aliza Nurul
dc.date.accessioned2022-08-04T02:59:45Z
dc.date.available2022-08-04T02:59:45Z
dc.date.issued2022-04-21
dc.identifier.urihttps://repository.unej.ac.id/xmlui/handle/123456789/108680
dc.descriptionFinalisasi unggah file repositori tanggal 4 Agustus 2022_Kurnadien_US
dc.description.abstractPandemi COVID-19 telah memberikan dampak pada tenaga kesehatan seperti risiko terpapar COVID-19 dan peningkatan beban pada sistem pelayanan kesehatan yang dapat memengaruhi kualitas hidup dan produktivitas pelayanan tenaga kesehatan. Selain itu, risiko lain yang dapat mengakibatkan kualitas hidup dan produktivitas pelayanan tenaga kesehatan yang jarang diperhatikan adalah kesehatan mental termasuk risiko burnout syndrome. Burnout syndrome merupakan sindrom psikologi akibat stres berkepanjangan yang berhubungan dengan pekerjaan (C. Maslach dan Leiter, 2016). Program Studi Magister Kedokteran Kerja FK UI pada tahun 2020 melakukan survei kepada 1461 tenaga kesehatan selama pandemi COVID-19 di Indonesia dan menunjukan hasil 82% tenaga kesehatan burnout syndrome derajat sedang dan 1% tenaga kesehatan mengalami burnout syndrome derajat berat (Basrowi, 2020). Terdapat banyak faktor yang dapat memengaruhi burnout syndrome pada tenaga kesehatan salah satunya adalah durasi kerja harian (H. Alanazi dkk., 2020). Selama pandemi COVID-19 telah dikeluarkan pedoman standar perlindungan dokter di era COVID-19, dalam buku panduan tersebut menurut Permenkes No. 52 tahun 2018 menyatakan bahwa durasi kerja harian yaitu 40 jam dalam seminggu dengan durasi kerja harian 7-8 jam dan tidak lebih 12 jam (Eka, 2020). Namun dengan peningkatan angka kasus dan berkurangnya sumber daya manusia, mengakibatkan para tenaga kesehatan harus bekerja lebih dari jam kerja yang direkomendasikan, seperti shift kerja yang lebih banyak maupun bekerja lembur yang akan meningkatkan beban kerja (CDC, 2020). Melihat minimnya studi mengenai hubungan durasi kerja harian dengan kejadian burnout syndrome selama pandemi COVID-19 di Indonesia oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk menganalisi hubungan durasi kerja harian dengan kejadian burnout syndrome pada tenaga kesehatan di rumah sakit rujukan COVID-19 Kabupaten Jember. Penelitian ini merupakan Penelitian menggunakan jenis penelitian analitik observasional dan desain penelitian cross sectional. Penelitian ini dilakukan di RSD dr. Soebandi, RS Perkebunan Jember Klinik dan RSU Kaliwates. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2021-Januari 2022. Instrument dalam pebelitian ini adalah kuesioner data demografi dan kuesioner Maslach Burnout Inventory (MBI) untuk mengukur burnout syndrome pada tenaga kesehatan. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan SPSS dengan uji chi square untuk melihat ada tidaknya hubungan antara durasi kerja harian dengan kejadian burnout syndrome pada tenaga kesehatan. Hasil penelitian menunjukan bahwa sebanyak 179 responden (84%) mengalami burnout syndrome ringan, 34 responden (16%) mengalami burnout syndrome sedang dan tidak ditemukan responden yang mengalami burnout syndrome cukup tinggi dan tinggi. Hasil analisis bivariat dengan uji chi square menunjukan tidak terdapat hubungan signifikan antara durasi kerja harian dengan kejadian burnout syndrome pada tenaga kesehatan di rumah sakit rujukan COVID19 Kabupaten Jember dengan nilai ρ-value 0,699 (p>0,05).en_US
dc.description.sponsorshipDosen Pembimbing I : dr. Angga Mardro Rahardjo, Sp. P Dosen Pembimbing II : dr. Alif Mardijana, Sp. KJen_US
dc.language.isootheren_US
dc.publisherFakultas Kedokteranen_US
dc.subjectBURNOUT SYNDROMEen_US
dc.subjectTENAGA KESEHATANen_US
dc.subjectCOVID-19en_US
dc.titleHubungan Durasi Kerja Harian dengan Kejadian Burnout Syndrome pada Tenaga Kesehatan di Rumah Sakit Rujukan Kabupaten Jemberen_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record