dc.description.abstract | Pada tahun 2018, jumlah kasus tuberkulosis (TB) di Indonesia yang
ditemukan sebanyak 566.623 kasus. Alokasi dana dari APBD yang dimiliki
Kabupaten Jember untuk program penanggulangan TB adalah sebesar Rp
618.030.000 sementara dana yang bersumber dari Global Fund sebesar Rp
65.877.500. Namun pada tahun 2019 terjadi penurunan alokasi biaya yang
bersumber dari APBD Kabupaten Jember yaitu sebesar Rp 748.825.000 dan
terjadi peningkatan dari Global Fund sebesar Rp 469.076.000, yang mana tiga
kali lipat lebih besar dari alokasi anggaran Global Fund pada tahun sebelumnya.
Hal ini membuktikan bahwa saat ini dana dari mitra internasional masih
mendominasi dalam program penanggulangan TB di Kabupaten Jember. Alokasi
anggaran yang sedemikian besar rupanya tidak cukup signifikan dalam upaya
penanggulangan TB, dibuktikan dengan makin bertambahnya jumlah kasus TB
tiap tahunnya baik kasus baru maupun kasus kambuh. Proses identifikasi
anggaran pada program penanggulangan TB dapat dilakukan dengan Health
Account. Pendekatan ini akan menelusuri sumber serta aliran dana sebuah sistem
kesehatan. Untuk mengetahui keadaan pembiayaan kesehatan pada program
penanggulangan TB secara menyeluruh, maka perlu dilakukan analisis
pembiayaan dalam program penanggulangan Tuberkulosis (TB) melalui metode
Health Account (HA) di Kabupaten Jember.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif. Unit analisis pada
penelitian ini adalah Dinas Kesehatan Kabupaten Jember, RSD dr. Soebandi, RSD
Balung, RSD Kalisat. Adapun untuk instansi dari sektor swasta yaitu Organisasi
TB Care Aisyiyah. Variabel dalam penelitian ini adalah sembilan dimensi dari
Health Account, yaitu sumber biaya, pengelola anggaran, penyelenggara
pelayanan, fungsi kesehatan, jenis program, jenis kegiatan, mata anggaran,
jenjang kegiatan, dan penerima manfaat. Teknik pengumpulan data yang
digunakan yaitu wawancara dan studi dokumen. Analisis yang digunakan pada
penelitian ini adalah analisis univariat dan analisis bivariat.
Hasil dari penelitian ini adalah sumber biaya dalam program
penanggulangan Tuberkulosis sebagian besar berasal dari APBD (63,42%).
Kemudian pengelola anggaran terbesar adalah dinas kesehatan (84,97%)
sedangkan penyedia pelayanan terbesar adalah puskesmas (54,59%). Fungsi
kesehatan didominasi oleh program deteksi dini penyakit (47,11%), dan untuk
program kesehatan difokuskan pada program tuberkulosis (75,21). Kegiatan yang
paling banyak dilakukan adalah kegiatan yang bersifat tidak langsung (59,43%)
berupa manajerial dan koordinasi serta pengadaan dan pelatihan kader yang
mendominasi anggaran kegiatan, dikarenakan dalam penanggulangan tuberkulosis
difokuskan pada kegiatan penemuan kasus di tiap-tiap kecamatan sehingga
memerlukan biaya yang banyak. Pembiayaan untuk belanja pada program
penanggulangan tuberkulosis semuanya dilakukan untuk kegiatan operasional di
tingkat kabupaten (44,69%) dan kecamatan (55,31%). Adapun penerima manfaat
dalam program penanggulangan tuberkulosis mayoritas adalah masyarakat dengan
rentang usia 19-64 tahun (76,84%) dalam arti rentang usia yang lain secara
bersamaan menerima manfaat suatu kegiatan (23,16%).
Saran yang dapat diberikan untuk dinas kesehatan yaitu menyusun
anggaran yang lebih efektif dan efisien pada saat tahap perencanaan. Pemerintah
Kabupaten Jember juga harus mulai memikirkan sumber biaya lainnya sebagai
bentuk antisipasi saat berakhirnya dukungan dana dari pihak Global Fund.
Pemerintah Kabupaten Jember beserta dengan Dinas Kesehatan Kabupaten
Jember dapat mulai melaksanakan District Health Account di tingkat kabupaten
dengan tujuan melihat kecukupan, ketepatan alokasi, serta efektifitas pembiayaan
kesehatan sebagai dasar penetapan prioritas kebijakan pembiayaan pada tahun tahun anggaran selanjutnya. | en_US |