Show simple item record

dc.contributor.authorTARUNA, Naufal Aditya
dc.date.accessioned2022-07-11T06:47:01Z
dc.date.available2022-07-11T06:47:01Z
dc.date.issued2022-05-27
dc.identifier.urihttps://repository.unej.ac.id/xmlui/handle/123456789/108288
dc.descriptionFinalisasi unggah file repositori tanggal 11 Juli 2022_Kurnadien_US
dc.description.abstractKomplikasi yang terjadi pasca pencabutan salah satunya yaitu trauma pada tulang alveolar, pada proses pencabutan gigi dilakukan jaringan lunak dan jaringan keras akan mengalami trauma, akan tetapi dapat pulih secara alami namum cacat tulang alveolar akan pulih hanya sebagian sehingga terjadi resorbsi alveolar ridge. Pasca pencabutan tulang alveolar cenderung menyempit dan kehilangan bentuk aslinya rata-rata lebar 3,8 mm, dan tinggi 1,24 mm mengakibatkan penurunan volume tulang 30 – 60 % dalam waktu enam bulan. Resorbsi tulang alveolar dapat ditangani dengan Socket preservation, dengan mekanisme pencegahan resorbsi tulang dengan memasukkan bahan bone graft ke dalam soket gigi setelah proses pencabutan gigi. (Rahmawati. D, 2020) Bone graft atau cangkok tulang merupakan salah satu cara yang umum digunakan untuk mengembalikan fungsi dari suatu jaringan tulang yang hilang atau telah mengalami kerusakan. Bone graft atau cangkok tulang dapat dikatakan metode yang saat ini masih bisa diharapkan untuk terapi tulang (Poernomo, H. 2019). Bone graft atau Cangkok tulang mempunyai beberapa jenis teknik diantaranya autograft, allograft, xenograft, dan alloplast. Pengganti tulang atau bone graft sintetis yang berasal dari hidroksiapatit mempunyai rumus kimia [Ca10(PO4)6(OH)2]. Susunan kristal hidroksiapatit yang memiliki gambaran identik dengan tulang dan gigi pada manusia membuat hidroksiapatit sangat populer dikembangkan sebagai material pengganti tulang (Ardhiyanto, H. B, 2016). Hidroksiapatit yang digunakan sebagai Scaffold karena memiliki kesamaan kimia dan fisika dengan kandungan mineral penyusun tulang yaitu apatit. Scaffold dari hidroksiapatit bahan alam memiliki kemampuan yang sama seperti material komersial yang ada di pasaran. Salah satunya yaitu gipsum alam yang banyak di temukan di gunung gamping Puger, kabupaten Jember Jawa timur. Bahan alternatif Scaffold hidroksiapatit bahan Gipsum puger (HAGP) pada penelitian (Naini dan Rachmawati 2010). didapati bahwa kandungan kalsium lebih tinggi dan sulfurnya yang rendah dibandingkan gipsum komersial. Penelitian lebih lanjut oleh Naini (2014) gipsum alam Puger berhasil disintesis menjadi hidroksiapatit yang dikenal dengan Hidroksiapatit Gipsum Puger (HAGP) dan karakterisasi uji XRD serta FTIR HAGP menunjukkan pola kemiripan dengan HA Jepang 200 sebagai standar pembanding, Namun Hidroksiapatit masih mempunyai kelemahan yaitu sifat biomekanik memiliki kelemahan sifat biomekaniknya yang lemah yaitu kuat tekan yang rendah, brittle, dan porositasnya yang rendah. Oleh karena itu, saat ini hidroksiapatit banyak dikombinasikan dengan bahan biopolimer. Bahan biopolimer salah satunya pati singkong, kandungan amiosa dan amilopektin dalam pati singkong dapat digunakan untuk memperbaiki sifat brithel dari hidroksiapatiti gipsum puger, dengan mekanisme interlocking O-H dengan Ca+ melalui ikatan hidrogen. Penelitian ini berfokus pada Uji Tekan (Compressive Strength) Scaffold Hidroksiapatit Gipsum Puger-Pati Singkong (Manihot Esculenta Starch) Sebagai Bahan Bonegraft. Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratoris dengan rancangan penelitian post test only group design. Penelitian ini menggunakan 3 kelompok rasio perbandingan Scaffold HAGP dan pati singkong (%w/w) (100:0), (70:30), (50:50). Penelitian ini terdiri dari empat tahapan yaitu : Proses sintesi Hidroksiapatit Gipsum Puger, Pembuatan Pati singkong (Manihot Esculenta Starch), pembuatan Scaffold HAGP dan pati singkong(Manihot Esculenta Starch), dan Uji kekuatan tekan (compressive Strenght). Data penelitian yang didapat dilakukan analisis data, diawali uji normalitas selanjutnya homogenitas. Didapatkan hasil data terdistribusi normal dan homogen, kemudian dilakukan analisis data untuk mengetahui perbedaan siginfikan menggunakan uji One way Anova, didapatkan hasil (p) < 0,05 yaitu 0,000 artinya terdapat perbedaan signifikan antar kelompok sampel. Selanjutnya uji LSD ( Least Significance Different ) didapatkan hasil (p) < 0,05 pada semua kelompok sampel sehingga memperkuat bahwa terdapat perbedaan signifikan di semua kelompok sampel. Berdasarkan hasil uji kekuatan tekan Scaffold HAGP-pati singkong kelompok rasio perbandingan (50:50) didapatkan hasil sebesar 2,07 Mpa dan menjadi kekuatan tekan tertinggi, sedangkan kuat tekan Scaffold HAGP-pati singkong kelompok rasio perbandingan (70:30) didapatkan hasil sebesar 1,78 Mpa, dan kelompok tekan Scaffold HAGP-pati singkong kelompok rasio perbandingan (100:0) menjadi yang terendah sebesar 0,78 Mpa. Scaffold HAGP-pati singkong kelompok rasio perbandingan (50:50) menjadi yang tertinggi disebabkan jumlah pati singkong sebagai perekat lebih banyak sehingga ikatan antara gugus amilosa dan amilopektin pada Scaffold semakin banyak berikatan, sehingga didapatkan kekuatan tekan yang lebih baik.en_US
dc.description.sponsorshipDosen Pembimbing Utama : drg. Agus Sumono, M.Kes. Dosen Pembimbing Pendamping : Dr. drg. Amiyatun Naini, M.Kes.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.publisherFakultas Keperawatanen_US
dc.subjectPATI SINGKONG Manihot Esculenta Starchen_US
dc.subjectBAHAN BONEGRAFTen_US
dc.subjectSCAFFOLD HIDROKSIAPATIT GIPSUMen_US
dc.titleUji Tekan ( Compressive Strenght ) Scaffold Hidroksiapatit Gipsum Puger - Pati Singkong ( Manihot esculenta starch ) sebagai bahan Bonegraften_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record