dc.description.abstract | Menurut data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten, Kabupaten Klaten
masih mengalami kenaikan angka prevalensi stunting pada tahun 2018 ke tahun
2020. Stunting merupakan salah satu permasalahan kesehatan yang harus segera
ditangani, karena stunting dapat mempengaruhi pertumbuhan anak hingga masa
dewasa yang dapat mempengaruhi kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di masa
yang akan datang. Dalam rangka menurunkan angka prevalensi stunting, salah
satu hal yang dapat dilakukan adalah dengan mengatasi penyebab langsung dan
tidak langsung terjadinya stunting yaitu dengan intervensi gizi spesifik dan
intervensi gizi sensitif. Menurut Peraturan Daerah Kabupaten Klaten Nomor 6
Tahun 2020 yang dimana program intervensi yang dilaksanakan di Kabupaten
Klaten adalah intervensi yang dilakukan pada 1000 Hari Pertama Kehidupan
(HPK). Desa Randusari merupakan salah satu desa di Kabupaten Klaten yang
termasuk dalam desa lokasi khusus penanganan stunting yang juga melaksanakan
program intervensi 1000 HPK.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji mengenai upaya intervensi gizi
spesifik yang dilakukan di Desa Randusari yaitu kegiatan posyandu stunting dan
program PMT serta intervensi gizi sensitif yaitu program KRPL. Penelitian ini
merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Pengambilan data
dalam penelitian ini dilakukan dengan cara melakukan wawancara mendalam
(indepth interview), observasi dan dokumentasi. Penentuan informan dalam
penelitian menggunakan teknik purposive sampling. Teknik analisis data dalam
penelitian ini dilakukan dengan analisis data menurut Miles dan Huberman
dengan analisis data secara interaktif. PMT balita, posyandu balita stunting dan
program KRPL.Pada intervensi gizi spesifik dilakukan kegiatan posyandu stunting yang
merupakan posyandu khusus untuk balita yang termasuk dalam kategori stunting.
Pada posyandu ini dilakukan pemeriksaan fisik oleh dokter serta diadakan
konsultasi gizi oleh petugas gizi ataupun bidan desa dan dalam proses pengukuran
TB/PB serta penimbangan BB dilakukan oleh kader. Kegiatan ini dilaksanakan di
Balai Desa Desa Randusari setiap tiga bulan sekali. Adanya posyandu stunting ini
memberikan manfaat kepada ibu balita untuk menyelesaikan permasalahan
stunting yang dialami oleh balitanya. Walau begitu dalam pelaksanaannya
program ini masih mengalami beberapa kendala yaitu kegiatan posyandu terhenti
sementara akibat adanya pandemi Covid-19 dan kurangnya partisipasi aktif
masyarakat dalam kegiatan ini.
Terdapat dua jenis PMT yang diberikan kepada balita stunting yaitu PMT
penyuluhan yang diberikan saat kegiatan posyandu dilaksanakan, makanan
tambahan yang diberikan berupa makanan empat bintang yang terdiri dari
karbohidrat, protein, sayur-sayuran, buah-buahan, selain itu juga diberikan
imboost wakumambar yang merupakan ramuan khas Desa Randusari yang terbuat
dari tanaman TOGA, serta vitamin. Sementara itu PMT pemulihan diberikan
kepada balita stunting dalam bentuk bingkisan stunting. Isi dari bingkisan stunting
yang diberikan diantaranya adalah beras, vitamin nafsu makan, telur, biskuit,
kacang hijau, dan makanan jadi.
Program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) di Desa Randusari
dilakukan oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) Putri Tani. Program KRPL
dilakukan mulai tahun 2017. Pada program ini anggota KWT diberikan pelatihan
mengenai pemanfaatan kebun atau pekarangan milik kelompok atau pribadi untuk
menghasilkan bahan makanan keluarga serta terdapat pembelajaran mengenai
pemeliharaan ternak. Kendala dalam program ini adalah adanya dampak dari
pandemi Covid-19 sehingga kegiatan KWT sempat terhenti dan menyebabkan
terbengkalainya kebun milik anggota kelompok, sehingga kebun yang dulunya
berkembang dengan baik menjadi tidak terawat.
Pelaksanaan intervensi stunting di Desa Randusari telah dilakukan dari
kedua jenis intervensi yaitu intervensi gizi spesifik dan intervensi gizi sensitif yang dapat memberikan manfaat pada sasaran program. Meskipun dalam
pelaksanaan program intervensi yang dilakukan masih mengalami banyak
kendala. Dimana manfaat yang dirasakan diantaranya adalah bertambahnya
pengetahuan ibu mengenai PMBA, memberi contoh pada ibu dalam pembuatan
makanan tambahan yang bergizi untuk anak serta meningkatkan akses pangan
keluarga melalui lahan pribadi. | en_US |