Gambaran Sindrom Transurethral Resection Prostate (TURP) pada Pasien Post Operasi Benign Prostate Hyperplasia (BPH) di Rumah Sakit Daerah dr. Soebandi Jember
Abstract
Sindrom TURP merupakan komplikasi tindakan reseksi transuretral pada prostat yang bersifat sistemik akibat berlebihnya penyerapan cairan irigasi dengan kondisi umum berupa penurunan kadar natrium dalam darah atau disebut dengan hiponatremia. Insidensi komplikasi sindrom TURP berkisar antara 0,78% sampai 1,4%. Sindrom ini dapat terjadi saat 15 menit pertama saat operasi sampai 24 jam setelah operasi. Sindrom TURP merupakan komplikasi serius yang dapat terjadi karena apabila tidak ditangani dengan tepat, sindrom ini dapat berpotensi menyebabkan kondisi yang berbahaya seperti gangguan neorologi, gangguan sistem pernapasan, gangguan kardiovaskular, bahkan kematian. Oleh sebab itu, perlunya dilakukan diagnosis sedini mungkin pada pasien yang mengalami gejala-gejala sindrom TURP menjadi penting dilakukan sebagai bentuk pencegahan kejadian sindrom TURP.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kejadian sindrom Transurethral Resection Prostate (TURP) pada pasien post operasi Benign Prostate Hyperplasia (BPH) di Rumah Sakit Daerah dr. Soebandi Jember tahun 2019-2020 yang dijelaskan dalam karakteristik pasien dan gejal-gejala sindrom TURP yang muncul pada pasien. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskripstif kuantitatif dengan pendekatan retrospektif menggunakan data sekunder yaitu catatan rekam medis pasien. Teknik pengambilan sampel yaitu menggunakan metode non-probabiblity sampling dengan teknik total sampling dengan jumlah sampel sebanyak 108 rekam medis pasien RSD dr. Soebandi Jember pada tahun 2019-2020. Analisis yang digunakan adalah analisa data univariat yang disajikan dalam narasi, tabel frekuensi dan median.
Hasil penelitian menunjukkan pada karakteristik responden ditemukan katrgori usia pasien BPH yang mendapatkan TURP paling banyak pada usia >65
tahun, sebanyak 57 pasien (52,8%) memiliki penyakit penyerta dengan presentase terbanyak yaitu hipertensi, dan ukuran prostat responden menunjukkan nilai tengah sebesar 50 cc dengan nilai minimal 11 cc dan maksimal 204 cc. Hasil pada gambaran gejala sindrom TURP yang muncul pada pasien BPH yang mendapatkan TURP yaitu pada sistem saraf pusat yaitu keluhan mual dan muntah sebanyak 9 pasien (8,3%), pada sistem kardiovaskular dan respirasi yaitu hipertensi sebanyak 45 pasien (41,7%), takikardi sebanyak 3 pasien (2,8%), pada sistem fungsi ginjal dan metabolik yaitu hiponatremia sebanyak 13 pasien (12%), hipokalemia sebanyak 15 pasien (15,9%), penurunan hemoglobin sebanyak 28 pasien (25,9%), peningkatan kadar kreatinin sebanyak 3 pasien (2,8%), dan peningkatan ureum sebanyak 4 pasien (3,7%).
Kesimpulan dari penelitian ini yaitu gejala sindrom TURP yang paling banyak ditemukan yaitu peningkatan tekanan darah. Hal ini dikaitkan dengan adanya penyerapan cairan irigasi berlebih saat proses TURP sehingga dapat meningkatkan volume sirkulasi yang diikuti dengan kondisi peningkatan volume darah yang dapat memicu terjadinya peningkatan tekanan sistolik, diastolik, denyut nadi, hingga risiko gagal jantung. Selain itu gejala sindrom TURP lain yang muncul adalah keluhan mual muntah, peningkatan denyut nadi, peningkatan pola pernapasan, penurunan kadar natrium, penurunan kadar kalium, penurunan hemoglobin, peningkatan kreatinin, dan peningkatan ureum. Diharapkan tenaga kesehatan mampu melakukan pengkajian dan memantau kondisi pasien secara menyeluruh khususnya pada 3 sistem yaitu sistem saraf pusat, sistem kardiovaskular dan respirasi serta pada fungsi ginjal dan metabolik sebagai bentuk pencegahan risiko kejadian gejala sindrom TURP
Collections
- UT-Faculty of Nursing [1529]