Hubungan Penilaian Rumah Sehat dan Kepadatan Jentik Nyamuk Aedes sp. dengan Penyakit Chikungunya (Studi di Dusun Garit Desa Alasmalang Kecamatan Singojuruh Kabupaten Banyuwangi)
Abstract
Penyakit chikungunya dapat menyebabkan penyakit akut, sub akut, dan kronis.
Pengobatan antivirus untuk penyakit chikungunya hingga saat ini masih belum tersedia.
Pengobatan yang dilakukan hanya bersifat simptomatis dan supportif, yang mana
pengobatan tersebut dimaksudkan untuk menghilangkan rasa sakit dengan diberikannya
obat-obatan seperti antipiretik, anti inflamasi dan beberapa gerakan ringan yang
direkomendasikan untuk memulihkan persendian yang kaku yang disebabkan oleh proses
perkembangbiakan virus chikungunya dalam darah penderita. Kasus penyakit
chikungunya pada tahun 2020 ditemukan dibeberapa wilayah di Jawa Timur, termasuk di
Kabupaten Banyuwangi. Kasus penyakit chikungunya di Kabupaten Banyuwangi
dilaporkan pertama kali pada tahun 2014 dengan 50 kasus tepatnya di kelurahan Klatak
tanpa adanya kasus kematian. Pada Mei hingga Juni 2020 kasus penyakit chikungunya
telah dilaporkan muncul kembali dan menyerang masyarakat di Kabupaten Banyuwangi.
Dari 24 Kecamatan dan 45 wilayah kerja Puskesmas yang ada di Banyuwangi, Dusun
Garit Desa Alasmalang Kecamatan Singojuruh menjadi satu-satunya daerah yang
ditemukan kasus penyakit chikungunya sebanyak 25 kasus pada tahun 2020. Upaya
pencegahan terhadap siklus hidup chikungunya, seperti pemberantasan nyamuk melalui
faktor lingkungan dapat mempengaruhi perkembangbiakan nyamuk Aedes sp. dan
menekan terjadinya penyakit chikungunya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
terkait ada tidaknya hubungan antara penilaian rumah sehat dan kepadatan jentik nyamuk
Aedes sp. dengan penyakit chikungunya di Dusun Garit Kabupaten Banyuwangi.
Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan rancangan penelitian
kuantitatif dengan metode analisis data sekunder. Analisis data sekunder merupakan
analisis data yang dilakukan terhadap data yang sudah ada tanpa melakukan wawancara,
observasi, survei dan lainnya. Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data
sekunder yang didapatkan dari Puskesmas Singojuruh terkait penilaian rumah sehat dan
penyelidikan epidemiologi (PE). Proses pengambilan data di Puskesmas Singojuruh
sudah mendapatkan ijin dari Dinas Kesehatan Banyuwangi. Hasil penelitian dapat
memberikan manfaat sebagai informasi terkait hubungan penilaian rumah sehat dan
kepadatan jentik nyamuk Aedes sp. dengan penyakit chikungunya sehingga masyarakat
memiliki upaya pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghindari dari gigitan
nyamuk dan penyakit chikungunya. Populasi kasus dalam penelitian ini yaitu semua
penderita penyakit Chikungunya yang tinggal di Dusun Garit Kabupaten Banyuwangi
sebanyak 25 kasus sedangkan populasi kasus dalam penelitian ini yaitu semua rumah
yang tinggal berdekatan dengan penderita Chikungunya yang tinggal di Dusun Garit
Kabupaten Banyuwangi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan analisis data sekunder yang telah
dilakukan oleh peneliti terkait penilaian rumah sehat memperoleh hasil bahwa tidak ada
hubungan yang bermakna pada variabel langit-langit (ρ=0,317), jendela kamar tidur
(ρ=1,000), ventilasi (ρ=0,192) dan sarana pembuangan air limbah (ρ=0,097) dengan
penyakit chikungunya, sedangkan pada variabel pencahayaan ada hubungan yang
bermakna dengan penyakit chikungunya (ρ=0,027). Hal ini dapat diartikan bahwa kondisi
komponen rumah pada langit-langit, jendela kamar tidur, pencahayaan dan sarana sanitasi
telah memenuhi kriteria rumah sehat berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No.829/Menkes/SK/VII/1999. Namun pada komponen rumah bagian ventilasi
kurang memenuhi kriteria rumah sehat karena lebih banyak masyarakat yang memiliki
ventilasi kurang dari 10% luas lantai. Selain itu juga pada variabel kepadatan jentik
memperoleh hasil bahwa tidak ada hubungan yang signfikan antara kepadatan jentik
(house index) dengan penyakit chikungunya (ρ=0,171) yang masuk dalam kategori
kepadatan jentik sedang.
Kesimpulan dari penelitian yaitu hanya terdapat hubungan pada penilaian rumah
sehat dengan penyakit chikungunya yaitu pada variabel pencahayaan. Hal ini berarti
pencahayaan yang kurang optimal dapat menjadi faktor penyebab terjadinya penyakit
chikungunya di Dusun Garit Desa Alasmalang Kecamatan Singojuruh Kabupaten
Banyuwangi karena menyebabkan ruangan menjadi gelap dan lembab, yang memicu
keberadaan nyamuk Aedes sp. dalam rumah. Tidak adanya hubungan yang signifikan
pada variabel penilaian rumah sehat yang lain seperti langit-langit, jendela kamar tidur,
ventilasi, sarana pembuangan air limbah dan kepadatan jentik dengan penyakit
chikungunya dalam penelitian ini tidak dapat diartikan bahwa variabel tersebut tidak
memiliki pengaruh terhadap penyakit chikungunya karena bisa jadi variabel tersebut
menjadi faktor penyebab tidak langsung terjadinya penyakit chikungunya. Saran yang
diberikan berdasarkan hasil penelitian adalah diharapkan Puskesmas Singojuruh
Kabupaten Banyuwangi saat melakukan kegiatan survei rumah sehat selanjutnya dapat
menggunakan alat yang sesuai seperti Lux Meter yang digunakan untuk mengukur
pencahayaan sehingga hasil yang didapatkan akurat dan objektif karena pada survei
rumah sehat yang dilakukan sebelumnya tidak menggunakan Lux Meter melainkan
dilakukan secara subjektif. Selain itu, diharapkan pihak puskesmas tetap
mempertahankan dan rutin memonitoring kegiatan masyarakat dalam menjaga
kebersihan lingkungan dan melakukan 3 M (Menguras, Menutup, Mengubur) untuk
mengurangi dan menghambat perkembangbiakan nyamuk.. Serta, diharapkan masyarakat
di Dusun Garit Desa Alasmalang Kecamatan Singojuruh Kabupaten Banyuwangi dapat
menggunakan genteng yang berbahan dari kaca di beberapa ruangan untuk menambah
pencahayaan di dalam rumah yang kurang optimal.
Collections
- UT-Faculty of Public Health [2227]