Gambaran Kejadian Konstipasi Pasien Kemoterapi Kanker Payudara di Rumah Sakit Baladhika Husada Tingkat III Jember
Abstract
Pasien Kanker Payudara yang melakukan kemoterapi biasanya mengalami reaksi fisiologis yang berat. Hal ini dapat diakibatkan oleh efek samping obat yang digunakan. Salah satu reaksi toksisitasnya adalah konstipasi yang diakibatkan oleh obat golongan R-CHOP maupun golongan FAC. Obat-obat kemoterapi maupun analgesik yang digunakan biasanya memiliki efek osmotik pada usus besar dan menstimulai neuron yang diaktifkan di pleksus mienterik dan submukoa usus besar yang berakibat pada pengurangan penyerapan air dan elektrolit dari isi intraluminal. Apabila keadan ini tidak ditindaklanjuti secara tepat maka dapat berpengaruh pada kondisi pasien itu sendiri.
Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui gambaran kejadian konstipasi pasien kemoterapi kanker payudara di Rumah sakit Baladhika Husada Tingkat III Jember. Penelitian ini memiliki desain yaitu penelitian deskriptif dengan pendekatan cross-sectional dengan Pengambilan sampel penelitian yang menggunakan teknik non-probability sampling dengan pendekatan accidental sampling cara menentukan sampel yaitu dengan rumus slovin. Populasi dari penelitian ini merupakan pasien kemoterapi kanker payudara di Ruang Flamboyan Rumah Sakit Baladhika Husada Tingkat III Jember yang diketahui sampelnya berjumlah 148 responden. Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan kuisioner Contipation Assessment Scale (CAS) yang telah diterjemahkan oleh Mirna Ayu Dwi Saputri untuk mengukur tingkat kontipasi. Analisis data dari penelitian ini menggunakan analisis univariat yang ditampulkan dalam tabel frekuensi.
Penelitian ini memiliki hasil bahwa tingkat konstipasi pasien kemoterapi kanker payudara di Rumah Sakit Baladhika Husada Tingkat III Jember termasuk
x
pada kategori konstipasi sedang sebanyak 44 responden (29,7%), responden yang sangat tergnggu dengan keluhan distensi abdomen sebanyak 55 responden (37,2%), perubahan gas dalam rektum sangat mengganggu bagi 18 resonden (12,2%), konsistensi feses cair sedikit mengganggu bagi 37 resonden (25%), responden dengan keluhan sangat terganggu dengan tekanan pada rektum sebanyak 49 responden (33,1%), sebanyak 41 responden (27,7%) sangat terganggu dengan frekuensi defekasi, sebanyak 56 responden (37,8%) mengeluhkan sangt terganggu oleh nyeri saat defekasi, dan sebanyak 96 resonden (69,4%) tidak meraa terganggu dengn ukuran feses yang kecil, serta sebanyak 55 responden (37,2%) merasa sedikit terganggu dengan ketidakpuasan saat defekasi.
Penggunaan regimen kemoterapi seperti epirubicin juga dapat menjadi penyebab kejadian konstipasi, dimana penggunaan regimen ini berpengaruh pada perubahan pada mikroflora usus dan sekresi gastrointestinal, namun faktor lain yang dapat memperparah kondisi konstipasi pada pasien kemoterapi kanker payudara yaitu aktifitas fisik yang kurang, asupan serat yang kurang, kurangnya intake cairan dan efek samping pengobatan kanker payudara itu sendiri. Aktifitas fisik dapat membantu meningkatkan motilitas kolon, mempercepat transit gastrointestinal dan meningkatkan rangsangan otot perut untuk membantu feses masuk dalam rektum. Serat dibutuhkan oleh pasien dengan gejala konstipasi untuk merangsang motilitas usus melalui peningkatan volume feses, merangsang tubuh dalam pertumbuhan mikroba usus sehingga serat dapat mengakibatkan propulsi kolon, memperpendek waktu trnsit dan menyebabkan terjadinya defekasi. Selain itu konstipasi juga dapat menyebabkan fusi, meningkatkan peritoneal atau nyeri, menyebabkan muntah cepat dengan atau tanpa mual maupun tanpa sebab yang jelas, dan menyebabkan penyerapan obat yang tidak mencukupi, yang secara serius memengaruhi toleransi obat kemoterapi.
Kesimpulan dari penelitian ini yaitu konstipasi yang dirasakan oleh pasien kemoterapi kanker payudara tergolong pada kategori konstipasi sedang. Kondisi ini dapat terjadi karena penggunaan regimen epirubicin dan adanya faktor resiko yang lain. Selain efek samping obat kemoterapi yang digunakan, konstipasi akan
semakin parah apabila pasien tidak melakukan aktifitas fisik, kurang dalam mengkonsumsi serat mauapu konsumsi cairan. Oleh karen itu perawat diharapkan mampu mengedukasi pasien tentang efek samping konstipasi yang dirasakan setelah menjalani kemoterapi dan perawat diharapkan dapat berkolaborasi dengan dokter dalam meringankan gejala konstipasi yang dialam
Collections
- UT-Faculty of Nursing [1529]