dc.description.abstract | Permasalahan kesehatan hingga saat ini masih menjadi perhatian utama diseluruh dunia. Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan yang disebabkan oleh mikroorganisme patogen. Salah satu mikroorganisme patogen yang dapat menyebabkan penyakit infeksi adalah bakteri. Pengendalian penyakit infeksi selama ini menggunakan agen yang dikenal sebagai antibiotik. Seiring berjalannya waktu, ketidakbijakan masyarakat dalam mengonsumsi antibiotik dan adanya mutasi genetik pada bakteri menyebabkan terjadinya resistensi antibiotik. Salah satu bakteri yang resisten terhadap antibiotik adalah bakteri Staphylococcus aureus dengan Methicillin–Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) sebagai bentuk resistensinya terhadap antibiotik metisilin. Hal tersebut mengakibatkan peningkatan angka morbiditas dan mortalitas masyarakat, sehingga alternatif penemuan antibiotik baru perlu dilakukan. Antibiotik yang pertama kali ditemukan berasal dari metabolit sekunder fungi dan hingga saat ini sumber antibiotik yang digunakan banyak dikembangkan dari fungi. Kurangnya penelitian terkait penemuan antibiotik baru yang berasal dari fungi khususnya fungi tanah muara menjadi latar belakang pada penelitian ini.
Pada penelitian ini dilakukan isolasi fungi tanah muara Desa Katialada Gorontalo lokasi satu untuk diuji aktivitasnya sebagai antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus. Didapat 5 isolat fungi dari sampel BTG-4 dan kelima isolat fungi tersebut diberi kode IS2-BTG-4.1.1, IS2-BTG-4.1.2, IS1-BTG-4.2, IS2-BTG-4.3.1, dan IS2-BTG-4.3.2. Kelima isolat tersebut kemudian difermentasi agar dapat memproduksi metabolit sekunder selama 14 hari. Hasil fermentasi selanjutnya dilakukan ekstraksi dengan etil asetat untuk menarik senyawa yang terkandung didalamnya. Ekstrak yang didapat kemudian digunakan untuk uji aktivitas antibakteri dengan metode mikrodilusi dan skrining kandungan senyawa ekstrak. Persen penghambatan ekstrak etil asetat hasil fermentasi fungi tanah
muara digunakan sebagai parameter aktivitas antibakteri pada penelitian ini. Digunakan gentamisin sebagai kontrol positif dan DMSO 1% sebagai kontrol negatif. Skrining kandungan senyawa ekstrak bertujuan untuk mengetahui golongan senyawa ekstrak etil asetat hasil fermentasi fungi tanah muara dengan metode KLT menggunakan regaen dragendorff, vanilin-H2SO4, dan FeCl3 sebagai penampak noda.
Berdasarkan hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak etil asetat hasil fermentasi fungi tanah muara dengan metode mikrodilusi, dapat disimpulkan bahwa ekstrak etil asetat hasil fermentasi fungi tanah muara Desa Katialada Gorontalo lokasi satu dengan single concentration 100 μg/mL memiliki aktivitas penghambatan pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dengan masing-masing persen penghambatan isolat fungi IS2-BTG-4.1.1 sebesar 50,2% ± 14,8%, IS2-BTG-4.1.2 35,6% ± 12,9%, IS1-BTG-4.2 13,0% ± 7,3%, IS2-BTG-4.3.1 13,6% ± 6,0%, dan IS2-BTG-4.3.2 12,4% ± 9,2%. Hasil skrining kandungan senyawa ekstrak etil asetat hasil fermentasi fungi tanah muara menunjukkan kelima ekstrak mengandung senyawa terpenoid dan ekstrak IS2-BTG-4.3.2 juga mengandung senyawa alkaloid. | en_US |
dc.description.sponsorship | apt. Ari S. Nugraha, S.F., GdipSc., M.Sc-Res., Ph.D (Pembimbing I)
apt. Dwi Koko Pratoko, S.Farm., M.Sc (Pembimbing II) | en_US |