Optimasi Tween 20 dan Propilen Glikol pada Self-Nanoemulsifying Drug Delivery System Glimepirid dalam Myritol
Abstract
Diabetes melitus (DM) adalah penyakit gangguan metabolisme tubuh yang ditandai oleh hiperglikemia kronis. Prevalensi dari DM di Indonesia menurut data dari Laporan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS), pada tahun 2018 sebesar 8,5% terdapat kenaikan dibandingkan dengan tahun 2013 sebesar 6,9%. Salah satu obat antidiabetes oral yang umum digunakan oleh penderita diabetes melitus yaitu glimepirid.
Glimepirid adalah obat antidiabetik oral yang termasuk dalam golongan sulfonilurea dan biasanya diberikan sebagai terapi antidiabetik oral untuk penderita DM tipe 2. Glimepirid bekerja untuk menurunkan glukosa darah dengan merangsang pelepasan insulin dari sel beta pankreas. Glimepirid tergolong dalam Biopharmaceutics Classification System (BCS) kelas II yaitu obat dengan kelarutan rendah dan permeabilitas tinggi. Kelarutan obat dalam air yang rendah menyebabkan laju disolusi dan bioavailabilitas obat menjadi rendah. Salah satu sistem penghantaran obat yang dapat mengatasi masalah ini yaitu Self Nano-Emulsifying Drug Delivery System (SNEDDS). Sistem ini diketahui mampu memperbaiki disolusi dan bioavailabilitas oral dari obat yang sukar larut dalam air.
Komponen SNEDDS terdiri dari minyak, surfaktan, dan kosurfaktan. Myritol 318 dipilih sebagai fase minyak, tween 20 sebagai surfaktan, dan propilen glikol sebagai kosurfaktan berdasarkan hasil orientasi dan studi pustaka. Perlu dipertimbangkan batasan Acceptance Daily Intake dari surfaktan dan kosurfaktan serta proporsi jumlah yang digunakan akan menentukan ukuran droplet dan waktu emulsifikasi dari nanoemulsi yang akan terbentuk sehingga perlu dilakukan optimasi untuk mendapatkan formula yang sesuai.
Tujuan penelitian ini untuk mengoptimasi pengaruh proporsi jumlah tween 20 dan propilen glikol dalam formulasi sediaan SNEDDS glimepirid dengan myritol 318 sebagai
fase minyak, serta responnya terhadap persen transmitan dan waktu emulsifikasi. Penelitian ini menggunakan metode simplex lattice design yang akan menghasilkan formula optimum dan kemudian dilakukan uji verifikasi dan karakterisasi meliputi organoleptis, pH, ukuran partikel, distribusi partikel, stabilitas termodinamika, dan uji disolusi in vitro.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan proporsi jumlah tween 20 dan propilen glikol akan meningkatkan nilai transmitan dan waktu emulsifikasi. Tween 20 mempunyai pengaruh relatif lebih tinggi daripada propilen glikol dalam meningkatkan nilai transmitan dan waktu emulsifikasi. Formula optimum SNEDDS glimepirid terdiri atas 0,773 mL tween 20 dan 0,177 mL propilen glikol dengan prediksi nilai transmitan 95,243 % dan waktu emulsifikasi 55,430 detik. Karakteristik formula optimum SNEDDS glimepirid mempunyai organoleptis jernih, berwarna sedikit kekuningan, dan aroma khas tween 20; pH 6,48 ± 0,044; ukuran partikel 22,17 nm; dan distribusi partikel berbentuk monodispers dengan nilai PDI 0,2015. Pengamatan pada uji stabilitas formula optimum SNEDDS glimepirid memberikan hasil yang stabil, tidak mengalami pemisahan fase, dan pengendapan. Uji disolusi in vitro terhadap formula optimum SNEDDS glimepirid menghasilkan kinetika pelepasan (96,497 ± 2,723)% dengan DE (62,422 ± 1,372)%. Model kinetika pelepasan formula optimum SNEDDS glimepirid yaitu model Korsmeyer-Peppas dengan nilai R2 Adjusted, AIC, dan MSC masing-masing sebesar 0,9780; 28,3946; dan 3,6426.
Collections
- UT-Faculty of Pharmacy [1469]