Systematic Mapping Review Penelitian Tanaman Obat dari Indonesia sebagai Agen Antiinflamasi
Abstract
Inflamasi atau peradangan merupakan suatu respon jaringan vaskular
terhadap infeksi dan kerusakan jaringan. Kerusakan jaringan dapat menyebabkan
terlepasnya sitokin dan mediator inflamasi, seperti prostaglandin, interleukin, leukotrien, histamin, dan bradikinin. Inflamasi merupakan salah satu respons imun
yang penting untuk membersihkan penyebab cedera atau jejas sel, namun di sisi
lain, proses inflamasi akut atau kronis juga dapat menyebabkan gangguan
inflamasi yang diperparah karena adanya enzim atau faktor proinflamasi. Oleh
sebab itu, inflamasi secara alami terjadi pada tubuh, namun juga disebut sebagai
induk dari segala penyakit (mother of disease). Penyakit akibat peradangan identik dengan akhiran -itis, seperti gastritis, hepatitis, dan artritis. Inflamasi berperan dalam patofisiologi berbagai penyakit
autoimun, gangguan metabolik, penyakit jantung, dan kelainan genetik, seperti
diabetes tipe 2, Alzheimer, serta kanker. Di Indonesia, data Riset Kesehatan Dasar
2018 menunjukkan bahwa prevalensi penyakit yang berkaitan dengan inflamasi
cukup tinggi. Pengobatan berbagai penyakit akibat inflamasi tersebut harus
dilakukan untuk mengontrol gejala berbahaya akibat peradangan, namun tidak
mengganggu efek menguntungkannya dalam respons imun. Oleh karena itu, obat
antiinflamasi memiliki peran yang cukup luas mengingat banyaknya penyakit dan
manifestasi klinis yang dapat ditimbulkan akibat peradangan. Obat antiinflamasi saat ini dapat berupa obat yang berasal dari bahan alam
(tumbuhan, jamur, mikroba) dan obat kimiawi/sintetis. Kulit batang Salix alba
telah digunakan oleh manusia sejak ribuan tahun silam sebagai obat pertama
antiinflamasi. Hal ini menunjukkan bahwa senyawa herbal memiliki potensi yang
besar untuk dikembangkan sebagai obat antiinflamasi. Di Indonesia, terdapat
lebih dari 100 spesies penggunaan herbal antiradang yang telah didokumentasikan
pada buku “Inventaris Tanaman Obat Indonesia” dan “Herb Index”. Penggunaan
secara tradisional ini harus dievaluasi dalam studi klinis dan eksperimental agar
tidak mengakibatkan overclaim penggunaan obat herbal pada sebagian besar
masyarakat yang memercayai bahwa produk alam lebih baik daripada produk
sintetis. Selain itu, penelitian tanaman obat bertujuan agar penggunaan herbal
secara tradisional memiliki dasar bukti ilmiah (evidence-based medicine). Penelitian tanaman obat antiinflamasi di dunia masih terus berkembang
hingga saat ini untuk membuktikan efektivitas dan keamanan tumbuhan obat. Namun, akibat dari banyaknya hasil penelitian yang sporadis, diperlukan suatu
telaah yang bertujuan untuk mengelompokkan hasil penelitian tanaman obat
Indonesia sebagai agen antiinflamasi berdasarkan famili tanaman, model bioassay, macam sampel, dan disertai dengan karakteristik penelitian. Oleh karena itu, telaah pustaka ini dibuat dengan metode systematic mapping review yang
diharapkan mampu menjadi rujukan untuk penelitian tanaman obat antiinflamas di masa yang akan datang dan sebagai kontribusi terhadap pengembangan dan
penelitian agen antiinflamasi baru dari tanaman obat. Prosedur yang digunakan pada telaah ini yaitu penelusuran literatur pada
basis data Portal Garuda, PubMed, dan SciFinder menggunakan kelompok kata
kunci pertama, pengecekan duplikasi literatur pada peranti lunak bibliografi
(Mendeley), penyaringan literatur berdasarkan judul dan abstrak menggunakan
kriteria inklusi dan eksklusi tahap pertama, penelusuran literatur dengan
kelompok kata kunci kedua di Mendeley, penyaringan literatur berdasarkan
naskah penuh (full text) menggunakan kriteria inklusi dan eksklusi tahap kedua
(eligibility criteria), ekstraksi dan penyajian data, pengolahan, analisis data, serta
penarikan kesimpulan. Hasil literatur penelitian tanaman obat dari Indonesia sebagai antiinflamasi
yang ditelaah berjumlah 44 artikel. Karakteristik penelitian tersebut meliputi
sebanyak 34 penelitian dilakukan di Indonesia, 10 penelitian dilakukan di luar
Indonesia, serta memuat 28 famili dengan 43 spesies tanaman. Tiga famili
terbanyak yang digunakan adalah Annonaceae, Thymelaeaceae, dan Malvaceae. Macam sampel yang digunakan pada penelitian antiinflamasi yaitu simplisia, ekstrak, fraksi, dan isolat. Metode bioassay yang digunakan meliputi skrining
awal (in silico), in vitro, dan in vivo menggunakan objek uji dan parameter yang
berkaitan dengan inflamasi. Metode bioassay, macam sampel, dan teknik
ekstraksi yang paling banyak digunakan berturut-turut yaitu in vivo, ekstrak, dan
maserasi
Collections
- UT-Faculty of Pharmacy [1469]