dc.description.abstract | Kebijakan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) bertujuan untuk
mengurangi penyebaran COVID-19 dengan mengurangi kerumunan selama pandemic
COVID-19 ini. Kebijakan tersebut berdampak pada masyarakat, baik aspek ekonomi,
pariwisata, pendidikan dan lain sebagainya. Pendidikan bagi seluruh pelajar selama
masa pandemic COVID-19 dianjurkan untuk dilakukan secara daring dari rumah, hal
ini juga dilakukan oleh siswa penyandang autis di Sekolah Luar Biasa (SLB)
Tunarungu (B) dan Autis Taman Pendidikan dan Asuhan Jember. Pelaksanaan sekolah
daring mendorong guru, anak serta orang tua wali murid untuk beradaptasi dengan
metode belajar baru sehingga menyebabkan perubahan kondisi psikososial bagi anak
penyandang autis yang disebabkan oleh perubahan metode belajar tersebut. Tujuan dari
penelitian ini adalah Pertama, mendeskripsikan dan menganalisis kondisi psikososial
anak penyandang autis selama pelaksanaan sekolah daring di SLB–B & Autis TPA
Bintoro Jember. Kedua, mendeskripsikan dan menganalisis strategi-strategi belajar
yang dilakukan oleh orang tua dan guru selama melaksanakan sekolah daring bagi anak
penyandang autis.
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Penentuan lokasi penelitian ini menggunakan purposive area. Teknik penentuan
informan menggunakan purposive sampling dengan empat informan pokok dan dua
informan tambahan. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi,
wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data berdasarkan pendapat Miles dan
Huberman yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, penarikan
kesimpulan dan verifikasi. Teknik keabsahan data menggunakan triangulasi sumber
dan triangulasi metode.
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa kondisi anak penyandang autis selama
sekolah tatap muka telah mengalami gangguan secara psikososial. Aspek pertama
perilaku, anak penyandang autis yang tidak mau belajar secara mandiri dengan orang
tua, dan perubahan perilaku yang positif adalah anak penyandang autis telah mandiri
melakukan BAB tanpa bantuan keluarga terdekat. Aspek kedua emosi, anak
penyandang autis mengalami penurunan dalam mengontrol emosi dikarenakan adanya
perubahan jadwal yang dilalui oleh anak penyandang autis selama masa sekolah daring.
Aspek ketiga adalah komunikasi anak penyandang autis masih bisa berkomunikasi
dengan keluarganya dan suka bercerita dengan sepotong kata dan memanfaatkan media
gambar sebagai alat untuk berkomunikasi. Aspek keempat adalah motivasi, peraturan
yang baru pada masa pandemi COVID-19 yang berlaku pada sekolah daring membuat
anak penyandang autis mengalami kebingungan sehingga mempengaruhi perilaku dan
juga emosinya. Selama pelaksanaan sekolah daring, strategi belajar yang dilakukan oleh guru adalah menjaga kontak dan komunikasi dengan orang tua melalui grup
whatsapp dan memanfaatkan fitur video call whatsapp, dengan menjaga kontak serta
komunikasi guru bisa mengontrol kondisi anak penyandang autis selama sekolah
daring di rumah. Mengoptimalkan home visit, dan menawarkan alternative tugas bagi
siswa yang tidak bisa belajar secara mandiri di rumah. Strategi belajar yang dilakukan
oleh orang tua adalah memanfaatkan penayangan pembelajaran di televise.
Memanfaatkan CD Player, Recorder, dan memberi contoh atau menjadi rolemodel
agar dapat menjadi contoh bagi anak penyandang autis.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah strategi yang dijelaskan di atas dilakukan
sebagai upaya memenuhi kebutuhan belajar bagi anak penyandang autis. Setiap anak
memiliki hak untuk mengembangkan kemampuan yang dimiliki dan mendapat fasilitas
belajar meskipun pandemic COVID-19 sedang berlangsung. Strategi dilakukan untuk
mengurangi perubahan kondisi psikososial anak penyandang autis menurun.
Berdasarkan pelaksanaan sekolah daring yang dilakukan anak penyandang autis yang
bersekolah di SLBB & Autis TPA Jember telah mengalami adaptasi | en_US |