| dc.description.abstract | Jamu adalah sediaan obat bahan alam, status keamanan dan 
khasiatnya dibuktikan secara empiris (Departemen Kesehatan RI, 2016). Pada 
tahun 2007, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian 
Kesehatan RI memprakarsai isian kuesioner riskesdas 2007 tentang pemanfaatan 
jamu oleh masyarakat Indonesia. Hasilnya menunjukkan bahwa 35,7% 
masyarakat menggunakan jamu dan lebih dari 85% di antaranya mengakui bahwa 
jamu bermanfaat bagi kesehatan (Riskesdas, 2007). Namun, BPOM menyatakan 
bahwa jamu dapat mengandung cemaran logam berat (BPOM RI, 2014). Logam 
berat memiliki toksisitas yang sangat tinggi dan efek samping yang berbahaya 
pada manusia. Salah satu logam berat yang dapat mencemari jamu yaitu timbal 
(Pb) (BPOM RI, 2014). Paparan dari logam Pb bisa mengakibatkan kelelahan, 
kelesuan, gangguan iritabilitas, kehilangan libido, gangguan menstruasi dan aborsi 
spontan pada wanita, sakit kepala, sulit berkonsentrasi, dan sulit tidur (Widowati 
dkk., 2008). Batas maksimum cemaran logam Pb pada jamu ≤ 10 mg/Kg atau 
mg/L atau ppm (BPOM RI, 2014).
Berdasarkan hal tersebut penelitian ini dilakukan dengan tujuan 
untuk mengembangkan sensor alternatif untuk pendeteksian logam Pb dengan 
menggunakan membran PIM yang diimobilisasi ditizon dimana produk dari reaksi 
antara logam Pb dengan ditizon yaitu komplek Pb-ditizonat yang akan ditandai 
dengan perubahan warna. Sampel yang digunakan berupa jamu serbuk maupun 
cair. Dari penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan suatu metode alternatif 
untuk deteksi logam Pb dalam berbagai sampel jamu yang lebih praktis dan 
murah namun memiliki sensitivitas spesifisitas yang tinggi, respon cepat, dan bisa 
diaplikasikan secara lebih mudah dibandingkan metode instrumental pada 
laboratorium.
Fabrikasi sensor kimia pada penelitian ini dengan mengimobilisasi 
reagen ditizon konsentrasi terpilih 100 ppm selama 30 menit. Kemudian sensor 
kimia dilekatkan dalam tip mikropipet berukuran 1000 ppm. Optimasi pH dan pH 
yang terpilih yaitu pH 5. Penelitian ini dilakukan pada sampel produk jamu yang beredar dipasaran dengan klaim pegal linu dan mengurangi nyeri haid yang 
terdaftar di BPOM. Pengamatan perubahan warna sensor diamati menggunakan 
alat USB2000 Ocean Optics untuk mengetahui waktu respon yanng dibutuhkan 
sensor untuk dapat bereaksi, dan waktu menunjukkan mulai steady state pada 
menit ke-10. Penentuan waktu pakai sensor dilakukan dengan menyimpan sensor 
pada dua kondisi yaitu suhu freezer dan suhu ruang. Perubahan karakteristik 
terjadi setelah hari ke-11 sensor yang disimpan pada suhu ruang dan pada suhu 
freezer terjadi pada hari ke-14, namun kedua kondisi tersebut menghasilkan 
membran yang tidak dapat bereaksi dengan logam Pb. Penentuan linieritas dengan 
rentang konsentrasi 0 ppm – 20 ppm dengan persamaan regresi y = 0,302x -0.317
dengan koefisien korelasi atau nilai R = 0,998. Sensor PIM-ditizon sebagai LOT 
tidak terganggu dengan adanya logam lain yaitu Cd dan Hg dengan perbandingan 
kadar Pb dan Cd maupun Hg sebesar 1:2. Nilai batas deteksi (LOD) yang 
didapatkan adalah 0,621 ppm sedangkan nilai batas kuantitasi (LOQ) adalah 
1,864 ppm. Pada perhitungan presisi diperoleh nilai RSD = 3,471%. Pada 
penentuan akurasi menggunakan sensor PIM-ditizon sebagai LOT 
mendapatkan % recovery rata-rata sebesar 100,708%.
Berdasarkan hasil aplikasi sensor PIM-ditizon sebagai LOT pada 
sampel, metode sensor PIM-ditizon sebagai Lab on Tip (LOT) sebagai pendeteksi 
logam Pb dapat digunakan sebagai metode alternatif untuk mengetahui kandungan 
logam Pb pada sampel jamu yang telah beredar di pasaran. | en_US |