Show simple item record

dc.contributor.authorVinny Revina Adriani
dc.date.accessioned2013-12-19T12:10:46Z
dc.date.available2013-12-19T12:10:46Z
dc.date.issued2013-12-19
dc.identifier.nimNIM082010101013
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/10775
dc.description.abstractIndonesia adalah salah satu negara yang termasuk dalam wilayah Asia Tenggara yang endemis malaria. Tingginya angka kematian dan seringnya terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) pada malaria sehingga perlu upaya pencegahan untuk menanggulanginya. Banyak upaya yang dapat dilakukan untuk menanggulangi masalah utama tersebut. Salah satunya adalah dengan cara pembuatan vaksin. Salah satu vaksin yang banyak dikembangkan saat ini adalah Transmission Blocking Vaccine (TBV). TBV merupakan vaksin yang ditujukan untuk mencegah terjadinya transmisi patogen dari vektor ke hospes vertebra. Vaksin ini dapat melindungi inang dari infeksi dengan menurunkan viabilitas patogen yang ditransmisikan arthropoda. Beberapa tahun terakhir ini telah dikembangkan TBV berbasis saliva vektor dengan memanfaatkan komponen yang ada pada kelenjar saliva nyamuk yang merupakan media transmisi patogen yang dalam kasus malaria adalah Plasmodium. Di dalam kelenjar saliva Anopheles terdapat faktor anti-hemostatik, anti-inflamasi, dan protein imunomodulator yang mensupresi sistem imun inang, sehingga memudahkan proses blood feeding dan transmisi Plasmodium ke dalam tubuh inang. Komponen yang ada pada kelenjar saliva Anopheles tersebut bersifat imunosupresif yang mempengaruhi sistem imun inang baik lokal maupun sistemik. Hasil penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa paparan berulang dengan menggunakan protein saliva Anopheles menyebabkan terjadinya peningkatan respon imun inang yang mengarah ke Th1 dari Th2 untuk menghambat perkembangan parasit di dalam sel hepatosit. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mempelajari potensi saliva vektor malaria Anopheles maculatus (An. maculatus), dalam intervensi terhadap infeksi parasit viii malaria pada hewan coba mencit galur BALB/c sebagai model TBV melawan malaria. Secara khusus tujuan dari penelitian ini adalah mengukur derajat parasitemia mencit galur BALB/c yang diinfeksi Plasmodium berghei (P. berghei) pasca vaksinasi ekstrak kelenjar saliva An. maculatus. Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratoris. Sampel yang digunakan adalah mencit galur BALB/c usia 6-8 minggu yang divaksinasi dengan kelenjar saliva An. maculatus sebanyak 1460 pasang kelenjar saliva. Kelenjar saliva sebanyak 1460 pasang tersebut sebelumnya dihomogenisasi dan disentrifugasi hingga didapatkan pellet sebanyak 310 µl dan 1250 µl supernatan. Vaksin yang didapatkan akan diinjeksikan sebanyak 3 kali yaitu Imunisasi I, II,dan III dengan interval 2 minggu. Kemudian 2 minggu setelah Imunisasi III dilakukan infeksi P. berghei yang 48 jam berikutnya dihitung derajat parasitemianya dan dilanjutkan pada hari kedua, keempat, keenam, dan kesembilan. Berdasarkan hasil penghitungan derajat parasitemia bahwa semakin hari derajat parasitemia semakin meningkat. Hasil pengukuran pada hari pertama, kedua, keempat, keenam, dan kesembilan, pada kelompok perlakuan pellet memiliki kecenderungan derajat parasitemia yang lebih rendah dibandingkan dengan kelompok kontrol. Oleh karena itu protein imunomodulator yang diduga terdapat pada saliva vektor yang kemungkinan terdapat pada pellet terbukti dapat memberikan suatu rangsangan imun terhadap inang, sehingga inang lebih tahan terhadap patogen yang terdapat pada saliva vektor yang ditunjukkan dengan derajat parasitemia yang cenderung lebih rendah. Dengan demikian kelenjar saliva mempunyai potensi untuk digunakan sebagai kandidat model vaksin.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries082010101013;
dc.subjectAnopheles maculatusen_US
dc.titleDERAJAT PARASITEMIA MENCIT GALUR BALB/c YANG DIVAKSINASI KELENJAR SALIVA Anopheles maculatus PASCA INFEKSI Plasmodium bergheien_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record