dc.description.abstract | Saat ini luka bakar menjadi kasus kesehatan global yang mengakibatkan
lebih dari 265.000 kematian di dunia setiap tahunnya dan merupakan penyebab
trauma tertinggi nomor empat di dunia setelah kecelakaan lalu lintas, terjatuh, dan
tindakan kekerasan. Menurut data Hasil Riset Kesehatan Dasar oleh Kemenkes RI
(2018) luka bakar menduduki peringkat ke-6 kasus cedera yang tidak disengaja di
Indonesia. Di Kabupaten Jember sendiri luka bakar memiliki insidensi yang
tinggi, tercatat ada sebanyak 70 pasien luka bakar di RSD dr. Soebandi dari tahun
2014 sampai 2016.
Perawatan luka merupakan bagian penting pada penanganan pasien luka
bakar. Pada fase penyembuhan luka sering ditemukan terjadinya kecacatan yang
menimbulkan gangguan psikososial penderita luka bakar, dan komplikasi lain
seperti scar, keloid, serta gangguan aktivitas akibat adanya kontraktur. Oleh
karena masalah-masalah itu penanganan luka bakar memerlukan perawatan secara
khusus termasuk sarana-prasarana dan obat-obatannya. Pada umumnya berbagai
macam bentuk obat untuk membantu proses penyembuhan luka bakar dapat
digunakan dalam penanganan luka bakar seperti hydrogel dan hydrocolloids
sebagai absorptive dressings atau silver sulfadiazine sebagai agen antimikroba.
Namun, obat-obatan tersebut tergolong mempunyai harga yang relatif mahal,
sementara sistem BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) Kesehatan sangat
membatasi pembiayaan perawatan pasien luka bakar. Oleh karena itu, saat ini
mulai dikembangkan obat-obatan dengan berbahan herbal atau berasal dari alam
sebagai alternatif pengobatan luka bakar. Salah satu contoh obat-obatan dari alam
yang mungkin menjadi alternatif pengobatan luka bakar yakni kopi robusta.
Kopi robusta mengandung senyawa aktif yaitu: polifenol, alkaloid, dan
saponin. Senyawa polifenol yang paling banyak terkandung pada kopi adalah
asam klorogenat dan kafein yang memiliki aktivitas antioksidan tinggi. Dalam
proses penyembuhan luka, kopi robusta mampu melindungi dari kerusakan
oksidatif oleh ROS (Reactive Oxygen Species) dikarenakan kandungan
antioksidannya yang tinggi, serta mampu memicu regenerasi dan perbaikan kulit
oleh sabut kolagen sehingga dapat mempercepat penyembuhan luka. Salah satu
parameter penyembuhan luka bakar yaitu dengan mengukur ketebalan epitel yang
terbentuk.
Jenis penelitian ini adalah true experimental laboratories dengan
rancangan post test only control group design. Sampel yang digunakan yaitu tikus
jenis Long-Evans dengan usia 2-3 bulan dan berat badan 150-250 gram yang
memiliki kulit sehat. Jumlah sampel penelitian ini sebanyak 24 tikus yang terbagi
menjadi 3 kelompok perlakuan. Kelompok K- diberi basis gel, K+ diberi silver
sulfadiazine, P diberi gel ekstrak kopi robusta konsentrasi 2,5%. Pembuatan luka bakar derajat IIB dengan menempelkan pelat logam berukuran 2 x 2,5 cm yang
sebelumnya direndam pada air mendidih dengan suhu 98℃ selama 10 menit pada
punggung tikus selama 20 detik. Setelah luka terbentuk, tikus diberi perawatan
sesuai dengan kelompok. Pada hari ke-8 dan hari ke-14 dilakukan biopsi jaringan
kulit untuk dibuat preparat histopatologi dengan pewarnaan HE yang selanjutnya
diukur ketebalan epitelnya. Pengukuran ketebalan epitel menggunakan software
image raster.
Data yang diperoleh dari penelitian ini, rata-rata ketebalan epitel pada hari
ke-8 pada kelompok basis gel (K-); silver sulfadiazine (K+); gel ekstrak kopi
robusta (P) berturut-turut dalam satuan µm yaitu ±16,65; ±30,47; ±32,68. Pada
hari ke-14 yaitu ±26,21; ±50,98; ±46,22. Ketebalan epitel pada semua kelompok
meningkat menandakan terjadinya proses epitelisasi. Hasil uji One Way Anova
didapatkan nilai signifikansi 0,000 (P<0,005) pada hari ke-8 dan 0,001 (P<0,05)
pada hari ke-14 yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata ketebalan
epitel yang bermakna antara 3 kelompok tersebut. Analisis Post-Hoc LSD
menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata ketebalan epitel pada
hari ke-8 dan 14 antara kelompok basis gel (K-) dengan kelompok silver
sulfadiazine (K+) dan gel ekstrak kopi robusta (P), tetapi pada hari ke-8 dan 14
didapatkan perbedaan tidak signifikan antara kelompok silver sulfadiazine (K+)
dan gel ekstrak kopi robusta (P).
Pada penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa pemberian gel ekstrak kopi
robusta (Coffea canephora) dapat meningkatkan ketebalan epitel dalam proses
penyembuhan luka bakar derajat IIB sehingga bisa menjadi salah satu alternatif
dressing dalam perawatan luka bakar. | en_US |