dc.description.abstract | Pembangunan gedung bertingkat pada dasarnya memiliki risiko tinggi
perihal kecelakaan kerja. Kesalahan dalam penggunaan metode kerja serta
kelalaian dalam bekerja dapat menyebabkan kecelakaan kerja. Proyek
pembanguan Gedung Kanwil BRI Malang ini tidak lepas dari ancaman risiko
kecelakaan kerja. Pembangunan kantor wilayah yang merupakan bangunan High
Rise Building ini dapat menimbulkan risiko yang tinggi, dikarenakan pekerja pada
proyek tersebut masih banyak yang belum menerapkan K3 dan juga protokol
kesehatan pada masa pandemi seperti ini. Hal ini memungkinkan terjadinya risiko
yang cukup tinggi terkait K3 pada proyek tersebut. Oleh karena itu untuk
mengantisipasi terjadinya kecelakaan kerja, penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui faktor risiko-risiko yang mungkin terjadi, mengetahui penyebab dan
dampak yang akan terjadi serta memberikan usulan tindakan preventif dari
pembangunan Proyek BRI Kanwil Malang.
Penggunaan metode Bowtie Analysis pada penelitian ini bertujuan untuk
menganalisa atau menilai risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) serta
mencari pengendalian risiko dengan pendekatan kualitatif dengan
menghubungkan penghalang dengan sumber bahaya serta prosedur operasional
untuk menghilangkan suatu risiko dengan cara sederhana (SS Alizadeh, 2015). Dari hasil analisis dengan menggunakan metode Bowtie Analysis
didapatkan 5 variabel risiko dominan pada Proyek BRI Kanwil Malang antara lain
risiko pekerja tertimpa material akibat sling crane putus, risiko Tower Crane
Collapse atau jatuh, risiko pekerja terjatuh dari ketinggian pada saat pemasangan
scaffolding, risiko pekerja terjatuh dari ketinggian ketika melakukan pengecatan dan risiko pekerja terjatuh dari lift. Didapatkan 20 faktor penyebab dari risiko
dominan diantaranya : kondisi TC yang sudah tua, kondisi sling TC yang aus dan
berkarat, kondisi operator yang tidak sehat dan tidak berpengalaman, ceroboh
dalam bekerja, metode kerja yang salah, cuaca ekstrim, beban yang melebihi
kapasitas alat, kondisi tanah yang tidak stabil, pengecekan alat yang kurang,
kurangnya alat pengaman di lapangan. Terdapat 14 dampak yang ditimbulkan
akibat risiko dominan antara lain : pekerja tertimpa material / alat berat TC,
pekerja terjerat sling TC yang putus, tergores material yg jatuh, kerugian finansial
bangunan, pekerja terkena luka sedang dan butuh perawatan, dan pekerja terkena
luka ringan. Terdapat 36 respon risiko terhadap faktor penyebab maupun dampak
yang di timbulkan dari risiko dominan antara lain : pengecekan dan uji kelayakan
alat berat serta perawatannya perawatannya, pengaturan waktu kerja sesuai
peraturan yang berlaku, penggunaan APD lengkap seperti safety belt dan body
harness, pengawasan terhadap metode kerja alat dan pekerja, pemberhentian alat
ketika cuaca buruk, pengoperasian alat sesuai SIO dan SIA, asuransi properti yang
terkena dampak serta terdapat 5 variabel eskalasi (kendala) ketika melaksanakan
respon risiko yaitu : kurangnya pemahaman operator, kurangnya komunikasi
antara operator dengan pengawas, operator kelelahan akibat jam kerja berlebih,
pekerja tidak mematuhi aturan, pekerja menolak atau lupa menggunakan APD
lengkap. | en_US |