Analisis Tegangan Pada Link Plate Roller Chain Akibat Beban Tarik Dengan Metode Elemen Hingga
Abstract
Industri merupakan komponen yang sangat berpengaruh bagi
perekonomian Indonesia, sebesar 19,98 % bruto nasional diberikan pada sektor
industri. Sektor industri yang memiliki peminat yang cukup tinggi adalah sektor
manufaktur, salah satu industri manufaktur yaitu industri kayu lapis. Menurut
ISWA (Indonesian Sawmill And Wood Working Association) terdapat 547 unit
industri pengolahan kayu. PT. X merupakan industri kayu lapis di Jawa Timur yang
didirikan pada tahun 1970 dengan hasil produknya plywood, secondary processed
plywood, particle board. Dalam industri terutama industri kayu lapis untuk
memperoleh produktifitas yang sesuai dengan target, maka biasanya mesin
produksi diforsir pemakaiannya untuk mencapai target produksi.
Rantai rol (roller chain) merupakan bagian dari elemen mesin yang
digunakan sebagai sistem penggerak atau bagian dari sistem pengangkut. Beberapa
peneliti menemukan kerusakan rantai pada bagian pelat, pelat rantai mengalami
putus akibat adanya tarikan. Penelitian sebelumnya melakukan analisis tegangan
tarik pada penghubung pelat (link plate) dengan memberikan variasi desain dengan
tujuan mengurangi tegangan tarik yang membuat usia rantai bertambah.
Penghubung pelat (link plate) pada penelitian ini menggunakan lima tipe yaitu
penghubung pelat yang digunakan, pelat tipe 1, pelat tipe 2, pelat tipe 3 dan pelat
tipe 4.
Metode pada peneltian ini adalah metode elemen hingga dengan bantuan
software inventor sebagai desain dan ansys sebagai software analisis. Pelat rantai
pada penelitian ini merupakan bagian dari rantai penggerak roller pada roller
conveyor. Material yang digunakan pada pelat penghubung (link plate) dalam
penelitian ini yaitu S35C. Pelat penghubung pelat yang digunakan, pelat tipe 1, pelat tipe 2, pelat tipe 3 dan pelat tipe 4 memiliki perbedaan yaitu jarak pitch,
diameter pin, tebal dan tinggi pelat. Besar jarak pitch, diameter pin, tebal dan tinggi
pelat masing-masing tipe yaitu (1) 15,875mm, 5,09mm, 2mm, dan 15mm, (2)
9,525mm, 3,59mm, 1,25mm, dan 9mm, (3) 12,70mm, 3,97mm, 1,50mm, dan
12mm, (4) 19,05mm, 5,96mm, 2,40mm dan 18,10mm, serta (5) 25,40mm, 7,94mm,
3,20mm, dan 24,10mm. Penelitian ini bertujuan mencari nilai tegangan tarik, besar
deformasi yang terjadi pada pelat penghubung (link plate) dan pelat yang paling
baik digunakan.
Hasil penelitian pelat penghubung (link plate) roller chain pada roller
conveyor dengan material S35C menunjukkan tegangan tarik terbesar terjadi pada
area lubang pin. Area tersebut merupakan area kritis, area kritis terjadi akibat
adanya konsentrasi tegangan. Konsentrasi tegangan terjadi akibat adanya
pengecilan penampang, maka dari itu bagian lubang pin merupakan area dengan
tegangan terbesar. Area tegangan tarik terbesar merupakan area kritis pada link
plate yang dapat menyebabkan inisiasi retak. Retak akan terus merambat secara
vertikal kemudian akan membuat pelat menjadi putus. Hasil penelitian pelat
penghubung (link plate) dengan material S35C menunjukkan tipe 4 atau rantai tipe
DID 80 yang paling baik untuk digunakan. Pelat penghubung (link plate) pada tipe
4 memiliki nilai tegangan tarik sebesar 49,40 MPa atau sebesar 48,1% lebih rendah
dari pelat rantai yang digunakan. Besar deformasi yang terjadi pada pelat tipe 4
sebesar 3,5601 × 10-3 mm atau sebesar 0,007% dari panjang awal, nilai tersebut
dapat dikatakan aman karena jauh dari batas elongation to break material S35C
sebesar 8-35%. Nilai deformasi yang dihasilkan pada pelat tipe 4 lebih kecil 21,7%
dari pelat yang digunakan. Waktu pemakaian pelat tipe 4 hingga pelat mencapai
batas elongation at break 8 % yaitu selama 38 bulan 1 hari