Hubungan Berat Badan Berlebih dengan Risiko Kejadian Disfungsi Seksual pada Wanita Diabetes Melitus Tipe 2 di Poli Interna Rsd Dr. Soebandi Jember
Abstract
Diabetes Melitus dipengaruhi oleh faktor risiko yang dapat dimodifikasi atau
diubah khususnya berat badan berlebih, dimana meningkatnya akumulasi jaringan
adiposa yang mengakibatkan sekresi leptin yang berlebihan sehingga terjadi
penipisan epitel mukosa vagina, atrofi dinding vagina dan penurunan vasokongesti
genital yang memicu nyeri saat aktivitas seksual. Kondisi hiperglikemia disebabkan
karena menurunnya kepekaan sel–sel beta pulau Langerhans terhadap rangsangan
yang akan menyebabkan komplikasi mikrovaskuler seperti otonom neuropati yang
berakibat penurunan sensitivitas yang mempengaruhi suplai darah ke vagina dan
klitoris. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan berat badan berlebih
dengan risiko kejadian disfungsi seksual pada wanita dengan DM tipe 2.
Variabel independen penelitian ini adalah berat badan berlebih dan variabel
dependen adalah risiko disfungsi seksual. penelitian ini menggunakan desain
korelasional dengan pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampel
menggunakan metode non-probability sampling dengan teknik accidental sampling
dengan jumlah sampel sebanyak 37 wanita dengan DM Tipe 2. Instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah microtoise dan timbangan injak untuk
mengobservasi pengukuran IMT serta kuesioner yang digunakan adalah kuerioner
Female Sexual Function Index (FSFI). Analisis yang digunakan pada penelitian ini
yaitu analisis menggunakan Spearmen-Rank.
Hasil menunjukan pada berat badan berlebih didapatkan nilai median 25,7
dengan nilai min-maks 25,2-27,8. Pada risiko disfungsi seksual sebesar didapatkan
nilai median 20,2 dengan miali min-maks 11,2-27,2 Hasil uji korelasi menunjukan
bahwa terdapat hubungan antara berat badan berlebih dengan risiko disfungsi seksual
(p = 0,001, r = -0.812, α= 0,05). Didapatkan arah korelasi bersifat negatif yang
menunjukan semakin bertambah berat badan berlebih maka semakin rendah skor
fungsi seksual dimana skor memiliki arti responden lebih berisiko mengalami
disfungsi seksual. Dimana skor Indeks Fungsi Seksual Wanita tersebut
mengidentifikasi fungsi seksual wanita untuk skor total dibawah atau yang kurang
dari titik potong 26,55 dianggap berisiko untuk disfungsi seksual.
Sensitivitas insulin ditentukan oleh faktor lainnya seperti distribusi lemak tubuh
karena jaringan adiposa berlebihan akan mensekresi leptin, sitokin, adiponektin, dan
zat proinflamasi, yang berpengaruh terhadap resistensi insulin dalam menghambat fosforilasi reseptor insulin sehingga terjadi peningkatan kadar gula darah. Orang
dengan berat badan berlebih memili kadar leptin yang tinggi sehingga akan
menghambat steroidogenesis di ovarium dan menurunkan produksi estrogen yang
menyebabkan penurunan vasokongesti genital, lubrikasi dan atrofi epitel vagina yang
berujung pada nyeri saat aktivitas seksual. Domain nyeri menjadi skor terendah
karena terganggunya fungsi sistem saraf dan transmisi saraf karena kondisi berat
badan berlebih dan diabetes mellitus tipe 2 sehingga menimbulkan nyeri saat aktivitas
seksual, tetapi kepuasan menjadi skor tertinggi karena kepuasan yang didapat tidak
hanya dari aktivitas seksual melaikan kualitas perkawinan, rasa hormat serta merasa
aman dalam hubungan perkawinan
.Kesimpulan dari penelitian ini yakni ada hubungan signifikan antara berat
badan berlebih dengan risiko disfungsi seksual pada wanita dengan DM tipe 2 di Poli
Interna RSD dr. Soebandi Jember. Tenaga kesehatan diharapkan dapat melakukan
pengkajian secara holistik karena risiko disfungsi seksual masih belum menjadi
prioritas utama pasien jika dibandingkan dengan penyakit fisik lainnya sehingga
faktor pemicu risiko disfungsi seksual dapat dikontrol.
Collections
- UT-Faculty of Nursing [1531]