Optimasi Maltodekstrin dan Gliserin dalam Sediaan Fast Dissolving Buccal Film Granisetron Hcl
Abstract
Salah satu efek samping yang paling mengganggu pada pasien kanker yang
menjalai kemoterapi adalah mual dan muntah. Efek samping ini menyebabkan
banyak pasien enggan untuk melanjutkan pengobatan. Efek samping ini
sebenarnya dapat dikendalikan dengan obat antimual contohnya Granisetron HCl.
Granisetron HCl merupakan obat anti mual yang paling kuat dan selektif dalam
menghambat reseptor 5-HT3. Salah satu rute pemberian obat yang efektif pada
pasien kanker yang mengalami mual muntah pada saat menjalani kemoterapi
adalah rute buccal. Granisetron HCl masuk ke dalam BCS kelas III yaitu memiliki
permeabilitas rendah dan kelarutan tinggi. Bioavailabilitas obat juga rendah yaitu
60% sehingga menjadikannya kandidat yang cocok diberikan dalam rute buccal.
Salah satu jenis sediaan pada pemberian obat pada rute buccal adalah
sediaan fast dissolving buccal film. Hal ini desebabkan karena penggunaannya
yang mudah serta bioavailabilitas yang lebih baik apabila dibandingkan dengan
tablet konvensional. Salah satu bahan pembentuk film adalah polimer dan
plasticizer yang pemilihannya akan mempengaruhi kekuatan dari sediaan film
yang dibuat. Pemilihan polimer maltodekstrin dan plasticizer gliserin dengan
komposisi yang tepat dapat menghasilkan sediaan film yang transparan, fleksibel,
rata, memiliki ketebalan yang seragam, dan terdisintegrasi serta terdisolusi dengan
segera. Optimasi perlu dilakukan untuk mencapai hal tersebut, sehingga pada
penelitian ini dilakukan optimasi perbandingan jumlah terbaik antara polimer
maltodekstrin dan plasticizer gliserin untuk mendapatkan sediaan fast dissolving
buccal film Granisetron HCl dengan formula yang optimal.
Terdapat beberapa pengujian yang dapat dilakukan untuk penentuan
formula optimum pada sediaan fast dissolving buccal film Granisetron HCl.
Pengujian tersebut meliputi pengujian organoleptis, pengujian keseragaman
ketebalan, pengujian keseragaman bobot, pengujian ketahanan lipat, pengukuran
pH sediaan, uji disolusi in vitro, uji waktu disintegrasi, dan uji swelling index.
viii
Data yang didapat dari uji disolusi in vitro, uji waktu disintegrasi, dan uji swelling
index dianalisis menggunakan desain faktorial. Pengujian FTIR juga dilakukan
untuk melihat apakah ada interaksi antar komposisinya.
Formula yang diajukan yaitu F1, FA, FB dan FAB didapatkan FAB sebagai
formula yang paling optimum. Komposisi optimum dari maltodekstrin dan
gliserin pada sediaan fast dissolving buccal film Granisetron HCl pada penelitian
ini secara berurutan adalah 600 mg dan 250 mg. Nilai respon yang didapatkan
adalah 33,292 untuk swelling index; 90,333 detik untuk waktu disintegrasi; dan
104,123% untuk disolusi. Hasil dari karakterisasi sediaan fast dissolving buccal
film Granisetron HCl pada penelitian ini dengan formula optimum didapatkan
nilai ketiga respon yaitu nilai swelling index 32,999; waktu disintegrasi 93,333
detik; dan disolusi 104,147%. Hasil pengujian FTIR juga menunjukkan tidak
terdapat interaksi dari metabolit aktif Granisetron HCl dengan eksipien lainnya.
Collections
- UT-Faculty of Pharmacy [1469]