Optimasi Tween 80 dan Polietilen Glikol 400 dalam Nanokrim Asam Kojat Dipalmitat dengan Palm Oil sebagai Fase Minyak
Abstract
Hiperpigmentasi merupakan salah satu masalah kulit yang dapat terjadi
karena adanya peningkatan produksi melanin akibat paparan sinar ultraviolet (UV)
berlebih. Asam kojat dipalmitat (AKD) pada konsentrasi 2% dapat digunakan
dalam sediaan topikal sebagai agen pencerah kulit yang efektif mengatasi
hiperpigmentasi dengan mekanisme menghambat enzim tirosinase (Al-Edresi dan
Baie, 2010). Nanokrim sebagai pengembangan sistem nano pada AKD diperlukan
karena AKD memiliki BM tinggi yakni 618,9 g/mol, dan AKD perlu mencapai
lapisan basal dengan menembus stratum corneum untuk dapat menghambat kerja
enzim tirosinase. Nanokrim dapat digunakan untuk meningkatkan efektivitas serta
penetrasi AKD sehingga mampu mencapai letak melanosit (Boonme dkk., 2009;
Chandrashekar dkk., 2018; Hanum, 2019).
Komponen dalam nanokrim terdiri dari fase minyak, surfaktan, kosurfaktan,
dan fase air. Fase minyak dipilih berdasarkan kemampuan melarutkan AKD karena
minyak dapat memengaruhi kelarutan bahan dan ukuran nano yang terbentuk
(Azeem dkk., 2009). Kandidat minyak yang digunakan adalah minyak zaitun, palm
oil, dan minyak jarak. Palm oil dipilih karena mampu melarutkan AKD lebih baik
daripada kandidat minyak lainnya yang dilihat dari kecepatan melarutkan AKD.
Kombinasi surfaktan dan kosurfaktan diperlukan untuk menghasilkan suatu sistem
nanoemulsi stabil yang dapat menurunkan tegangan antarmuka fase minyak dan air
(Azeem dkk., 2009). Tween 80 dipilih sebagai surfaktan karena tidak toksik,
nonionik, memiliki nilai HLB 15, dan mampu melarutkan AKD (Rowe dkk., 2009;
Anjana dkk., 2012). Kandidat kosurfaktan yang digunakan adalah PEG 400,
gliserin, dan sorbitol. PEG 400 dipilih sebagai kosurfaktan karena dapat melarutkan AKD dengan baik dan memiliki HLB 13,1 untuk membantu kerja surfaktan dalam
memberikan stabilitas lapisan film pada droplet nanoemulsi. Kombinasi tween 80
dan PEG 400 menghasilkan nanoemulsi yang stabil dan dapat meningkatkan
permeasi kulit (Suciati dan Aliyandi, 2014; Anjana dkk., 2012; Ahmad dkk., 2019).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perubahan komposisi
campuran surfaktan dan kosurfaktan (Smix) terhadap sifat campuran nanokrim
dengan respon transmitan, viskositas, dan daya sebar sehingga diperoleh suatu
sediaan optimal. Metode simplex lattice design digunakan untuk menghasilkan
formula optimum yang selanjutnya diuji verifikasi meliputi uji transmitan,
viskositas, dan daya sebar, serta uji karakterisasi meliputi uji organoleptis, pH,
stabilitas, ukuran droplet, indeks polidispersitas, potensial zeta, dan tipe nanokrim.
Uji transmitan dapat digunakan untuk memperkirakan ukuran droplet nano yang
terbentuk. Viskositas digunakan untuk mengetahui kekentalan sediaan yang
dihasilkan. Daya sebar digunakan untuk mengetahui kemampuan penyebaran
sediaan krim tanpa penekanan berlebih saat diaplikasikan dengan tujuan
kenyamanan penggunaan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan proporsi tween 80 dan PEG
400 baik memberikan perbedaan pada nilai transmitan, daya sebar, dan viskositas.
Tidak terdapat pengaruh interaksi antara tween 80 dan PEG 400 terhadap nilai
transmitan, daya sebar, dan viskositas. Jumlah tween 80 yang bertambah akan
meningkatkan nilai transmitan, viskositas, dan menurunkan nilai daya sebar.
Jumlah PEG 400 yang bertambah akan meningkatkan nilai daya sebar serta
menurunkan nilai transmitan dan viskositas. Formula optimum nanokrim asam
kojat dipalmitat diperoleh dari campuran 35% tween 80 dan 5% PEG 400. Formula
optimum nanokrim asam kojat dipalmitat memiliki karakteristik dengan tampilan
berwarna putih susu, memiliki aroma khas tween 80, tipe nanokrim minyak dalam
air (m/a), memiliki pH 7,47 + 0,04, ukuran droplet 162,9 nm, distribusi droplet
monodispers dengan indeks polidispersitas sebesar 0,0481, dan nilai potensial zeta
sebesar -200 mV
Collections
- UT-Faculty of Pharmacy [1483]