dc.description.abstract | Diabetes Melitus merupakan penyakit metabolik yang ditandai dengan
keadaan hiperglikemi dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein
yang disebabkan kelainan sekresi insulin yang tidak mencukupi, resistensi insulin
atau keduanya. Berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF) Indonesia
berada di peringkat ke-7 dengan jumlah penduduk yang menderita diabetes melitus
sebesar 10,7 juta penduduk pada tahun 2019. Jumlah prevalensi diabetes melitus
yang mengalami peningkatan setiap tahunnya, membutuhkan penanganan yang
efektif dan cepat. Salah satu pendekatan terapi untuk mengobati diabetes melitus
yaitu melalui penghambatan pada enzim α-amilase dan α-glukosidase. Salah satu
terapi obat sintetik diabetes melitus yang bekerja sebagai inhibitor α-amilase dan αglukosidase yaitu akarbosa. Bahan alam yang dapat dikembangkan potensinya
sebagai antidiabetes yaitu ekstrak buah gambas, kecipir, dan kelor. Beberapa
senyawa golongon flavonoid dalam buah gambas, kecipir, dan kelor yaitu kuersetin,
mirisetin, katekin dan kaemferol. Senyawa tersebut diketahui dapat menghambat
aktivitas dari enzim α-amilase.
Adapun tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui aktivitas
penghambatan ekstrak etanol buah gambas, kecipir, dan kelor terhadap enzim αamilase dan mengetahui perbandingan aktivitasnya dengan akarbosa sebagai
kontrol positif. Jenis penelitian ini adalah true experimental laboratories yang
dilakukan di Laboratorium Farmakologi dan Laboratorium Kimia Fakultas Farmasi
Universitas Jember. Sampel buah gambas, kecipir, dan kelor yang digunakan
diperoleh dari Pasar Tanjung, Kecamatan Kaliwates, Jember. Tahapan penelitian
ini meliputi ekstraksi simplisia kering buah gambas, kecipir, dan kelor
menggunakan metode gabungan ultrasonikasi dan maserasi, uji pendahuluan reaksi
enzimatis enzim α-amilase, dan uji aktivitas inhibisi enzim α-amilase menggunakan
ELISA reader.
Hasil uji aktivitas penghambatan enzim α-amilase oleh ekstrak etanol buah
gambas, kecipir dan kelor memiliki rata - rata nilai IC50 masing-masing sebesar
654,512 ± 16,408; 557,272 ± 11,540; dan 606,543 ± 8,685 μg/mL. Sedangkan nilai
IC50 pada kontrol positif akarbosa sebesar 72,626 ± 0,925 μg/mL. Dari nilai IC50
yang diperoleh aktivitas inhibitor enzim α-amilase ekstrak etanol buah gambas
kecipir dan klentang lebih lemah dibandingkan kontrol positif akarbosa. Perbedaan
kekuatan masing-masing ekstrak sampel dapat disebabkan perbedaan kandungan
senyawanya dan kadar senyawa yang terkandung. Beberapa senyawa yang
terkandung dalam ketiga ekstrak yang berperan dalam sebagai inhibitor enzim αamilase yaitu kuersetin, mirisiten, katekin, dan kaemferol. Berdasarkan uji statistika
menggunakan one way ANOVA diketahui terdapat perbedaan nilai IC50 yang
signifikan antara akarbosa dengan sampel ekstrak etanol buah gambas, kecipir, dan
kelor dengan nilai p < 0,001. Berdasarkan hasil penelitian secara in vitro dapat
dikatakan bahwa ekstrak etanol buah gambas, kecipir, dan kelor memiliki potensi
untuk diteliti dan dikembangkan lebih lanjut sebagai agen antidiabetes. | en_US |