Isolasi Fungi Tanah Desa Kema Satu Lokasi Tiga Minahasa Utara dan Skrining Aktivitas Antibakteri terhadap Pseudomonas Aeruginosa
Abstract
Penyakit infeksi merupakan salah satu penyebab utama masalah di masyarakat
baik dari sudut morbiditas dan mortalitas sepanjang sejarah manusia. Penyakit
infeksi disebabkan oleh organisme patogen, seperti bakteri, virus, fungi, prion,
cacing, atau parasit lainnya. Pengobatan yang tepat untuk penyakit infeksi karena
bakteri adalah antibiotik. Penggunaan antibiotik yang tidak tepat dapat
mengarahkan kepada resistensi antibiotik. Salah satu bakteri yang mengalami
resistensi antibiotik adalah Pseudomonas aeruginosa. Diperlukan suatu tindakan
yang dapat menekan terjadinya kasus resistensi antibiotik terhadap Pseudomonas
aeruginosa. Salah satu tindakan yang dapat dilakukan adalah menemukan agen
antibakteri baru yang potensial dalam menghambat pertumbuhan bakteri
Pseudomonas aeruginosa yang masih sensitif.
Sumber baru yang dapat dimanfaatkan sebagai agen antibakteri adalah fungi
tanah muara. Ekosistem hutan bakau yang terdapat di tanah muara memiliki
kondisi ekstrem bagi fungi untuk tumbuh, seperti salinitas tinggi, pasang surut
ekstrem, kecepatan angin tinggi, suhu tinggi, dan tanah liat anaerobik. Kondisi
tersebut membuat fungi menghasilkan metabolit bioaktif sebagai bentuk adaptasi
dan pertahanan kimiawi. Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui potensi aktivitas antibakteri dari fungi tanah muara
dalam menghambat pertumbuhan bakteri Pseudomonas aeruginosa. Tanah muara
yang digunakan pada penelitian ini diambil dari Desa Kema Satu lokasi tiga,
Kabupaten Minahasa Utara, Provinsi Sulawesi Utara.
Pengambilan sampel tanah muara dilakukan atas kerja sama dengan peneliti
dari politeknik Perikanan dan Kelautan Bitung, Bapak Saeful A. Tauladani.
Sampel tanah yang diberi kode nama BTG-9 ini kemudian dibiakkan dalam media PDA dan diisolasi. Hasil isolasi yang didapatkan selanjutnya dilakukan uji kontak
langsung sebagai skrining awal untuk melihat potensinya dalam menghambat
pertumbuhan Pseudomonas aeruginosa. Hasil uji kontak langsung menunjukkan
enam isolat tunggal fungi tanah muara yang berpotensi dalam menghambat
pertumbuhan bakteri Pseudomonas aeruginosa, yaitu IS1-BTG-9.1, IS2-BTG9.2.1, IS2-BTG-9.2.2, IS2-BTG-9.3.2, IS3-BTG-9.3.3.1, dan IS3-BTG-9.3.3.2.
Berdasarkan hasil identifikasi makroskopis dan mikroskopis, enam isolat tunggal
fungi tanah muara tersebut merupakan fungi tanah jenis khamir. Enam isolat
tunggal fungi tanah muara kemudian dilakukan fermentasi selama 14 hari lalu
diekstraksi dengan menggunakan pelarut etil asetat. Setelah didapatkan ekstrak
etil asetat fungi tanah muara dari hasil fermentasi dilakukan skrining kandungan
senyawa alkaloid, terpenoid dan fenolat serta uji aktivitas antibakteri.
Dari hasil skrining kandungan senyawa dengan metode Kromatografi Lapis
Tipis (KLT) menunjukkan ekstrak etil asetat fungi tanah muara dengan kode
nama IS1-BTG-9.1, IS2-BTG-9.2.1, IS2-BTG-9.2.2, IS2-BTG-9.3.2, IS3-BTG9.3.3.1, dan IS3-BTG-9.3.3.2 mengandung senyawa terpenoid. Uji aktivitas
antibakteri dilakukan dengan menggunakan konsentrasi tunggal yaitu 100 µg/L
dan mengacu pada satandar CLSI M07-A9. Kontrol positif yang digunakan yaitu
gentamisin konsentrasi 1µg/L dan kontrol negatif yaitu DMSO konsentrasi 1%.
Hasil uji aktivitas antibakteri terhadap Pseudomonas aeruginosa dilaporkan dalam
nilai persen penghambatan. Hasil uji ini menunjukkan enam ekstrak etil asetat
fungi tanah muara dapat menghambat pertumbuhan Pseudomonas aeruginosa
dengan nilai persen penghambatan masing-masing kode nama, yaitu IS1-BTG-9.1
sebesar 51,2% ± 1,5% , IS2-BTG-9.2.1 sebesar 46,2% ± 5,0%, IS2-BTG-9.2.2
sebesar 49,5% ± 3,7%, IS2-BTG-9.3.2 sebesar 48,8% ± 2,0%, IS3-BTG-9.3.3.1
sebesar 47,7% ± 3%, dan IS3-BTG-9.3.3.2 sebesar 49,4% ± 4,5%
Collections
- UT-Faculty of Pharmacy [1469]