dc.description.abstract | Polianilin merupakan salah satu jenis polimer konduktif yang banyak
deiteliti karena mudah disintesis, memiliki kestabilan yang baik, dan tahan
terhadap korosi. Polianilin perlu dilakukan kombinasi dengan material lain
membentuk komposit untuk dapat memperbaiki sifat mekanika polianilin yang
lemah. Pada penelitian ini, polianilin dikompositkan dengan matriks selulosa
bakteri Nata de Coco karena kandungan serat selulosa yang banyak. Polianilin
pada kondisi normal yang sudah bersifat konduktif namun dapat ditingkatkan
konduktivitasnya dengan menambahkan senyawa dopan dalam rantai polimernya.
Penelitian ini dilakukan sintesis komposit polianilin-selulosa (PANi/BC)
menggunakan metode oksidasi kimia dengan variasi waktu perendaman oksidator
dan dopan (2 jam, 4 jam, dan 6 jam) serta membandingkan kedua jenis dopan
yaitu HCl dan H2SO4. Selain itu, dilakukan studi lebih lanjut mengenai
perbandingan BC dengan inkubasi 3 hari dan 11 hari. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui perbandingan konduktivitas komposit PANi/BC yang menggunakan
matriks BC dengan lama inkubasi yang berbeda (3 dan 11 hari). Kedua untuk
mengetahui perbandingan konduktivitas komposit PANi/BC dengan dopan HCl
dan H2SO4 serta pengaruh lama perendaman terhadap konduktivitas komposit
PANi/BC.
Hasil sintesis komposit PANi/BC pada penelitian ini berwarna hijau pekat
cenderung hitam. Hasil konduktivitas pada matriks BC dengan inkubasi 11 hari
diperoleh nilai yang tertinggi yaitu sebesar 200 × 10-5
S/cm, sedangkan pada
penggunaan matriks BC inkubasi 3 hari diperoleh konduktivitas tertinggi sebesar
84,1×10-5 S/cm. hal ini diakibatkan karena pada BC inkubasi 11 hari, memiliki
kadar serat selulosa yang lebih banyak sehingga terjadinya interaksi antara
polianilin dengan serat selulosa juga banyak. Pada studi mengenai pengaruh
waktu perendaman, diperoleh konduktivitas tertinggi pada perendaman 4 jam. Hal
ini dibuktikan melalui analisis kuantitatif spektum IR pada puncak serapan
benzoid dan quinoid. Berdasarkan hasil pengukuran puncak serapan, diperoleh
fraksi mol benzoid yang lebih besar daripada fraksi mol quinoid. Pengaruh dari
fraksi mol benzoid yang lebih besar, memungkinkan terjadinya penurunan
densitas elektron pada rantai polianilin, sehingga diperoleh konduktivitas yang
tinggi. Pada pengaruh jenis dopan yang digunakan menghasilkan nilai
konduktivitas tertinggi pada penggunaan dopan H2SO4 . Hal ini diakibatkan
adanya pengaruh afinitas elektron yang dimiliki oleh ion SO4
2-
yang lebih kuat
dari pada ion Cl-
, sehingga pengaruh afinitas elektron cenderung untuk
meningkatkan nilai konduktivitas.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diperoleh
kesimpulan bahwa pengaruh dari nilai fraksi mol benzoid dan quinoid mengambil
peranan penting pada konduktivitas komposit PANi/BC. Merujuk pada hasil
perhitungan rasio quinoid dan benzoid pada konduktivitas tertinggi (dopan HCl),
diperoleh fraksi mol quinoid 0,333 dan benzoid 0,667 dengan konduktivitas
sebesar 6,36 ×10-6 S/cm. Pada dopan H2SO4 diperoleh fraksi mol quinoid 0,556
dan benzoid 0,444 dengan konduktivitas sebesar 200 ×10-5 S/cm. Selain itu,
kondisi BC dengan waktu inkubasi berbeda juga mempengaruhi nilai
konduktivitas karena semakin lama inkubasi mampu menghasilkan serat selulosa
yang lebih banyak. Hal ini memungkinkan terbentuknya interaksi yang terjadi
antara polianilin dan serat selulosa yang tinggi. | en_US |