Mitos dalam Tradisi Kasada Masyarakat Tengger di Kabupaten Probolinggo
Abstract
Mitos dalam Tradisi Kasada Masyarakat Tengger di Kabupaten Probolinggo; M. Saifur Ridzal, 170210402032; 2022: 177 halaman; Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni; Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan; Universitas Jember.
Mitos dapat dikatakan sebagai identitas dari suatu kelompok masyarakat. Mitos yang terdapat pada suatu daerah berbeda dengan mitos yang terdapat pada daerah lain. Salah satu mitos yang beredar di wilayah timur Pulau Jawa yaitu kisah Raden Kusuma yang dipercaya sebagai cikal bakal lahirnya tradisi Kasada. Raden Kusuma merupakan salah satu keturunan Rara Anteng dan Jaka Seger yang menjadi abdi Dewa Brahma di kawah Gunung Bromo. Hal tersebut dilaksanakan untuk memenuhi persyaratan dari Dewa Brahma kepada Rara Anteng dan Jaka Seger ketika melaksanakan tapa brata agar mendapatkan keturunan. Pada saat Raden Kusuma menghadap Dewa Brahma, ia meminta kepada masyarakat Tengger agar memberikan sebagian hasil bumi ke dalam kawah Gunung Bromo. Cerita tersebutlah yang menjadi asal-usul terbentuknya tradisi Kasada. Mitos dalam tradisi Kasada mengandung fungsi bagi masyarakat Tengger yaitu sebagai kotrol sikap sosial antar sesama dan sikap spiritual terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Selain itu, mitos tersebut juga mengandung nilai budaya yang berupa nilai ke-Tuhan-an yaitu hubungan religius masyarakat Tengger dengan Dewa Brahma, nilai kemanusiaan yaitu hubungan sosial masyarakat Tengger dengan sesama, dan nilai lingkungan yaitu hubungan antara masyarakat Tengger dengan lingkungan sekitar. Penelitian yang berjudul “Mitos dalam Tradisi Kasada Masyarakat Tengger di Kabupaten Probolinggo” ini dilaksanakan guna mengenalkan tradisi Kasada secara lebih luas, khususnya kepada para siswa SMA/MA/SMK kelas X, serta untuk melestarikan tradisi Kasada beserta sakralitas yang ada di dalamnya yang sudah mulai terlupakan oleh generasi milenial.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif. Pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan tradisi lisan dengan metode etnografi dan semiotika. Sumber data dalam penelitian ini adalah informan yang memahami tradisi Kasada, serta dokumen-dokumen yang membahas tentang tradisi Kasada. Data dalam penelitian ini berupa hasil observasi, hasil wawancara, catatan etnografi, dan Silabus Bahasa Indonesia di SMA dengan Kurikulum 2013. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini, yaitu teknik observasi, dokumentasi, wawancara etnografi, dan simak catat. Selanjutnya teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik analisis etnografi yang terdiri dari analisis domain, analisis taksonomi, analisis komponen, dan analisis tema budaya, serta teknik analisis semiotika Roland Barthes yang terdiri dari analisis makna denotatif dan analisis makna konotatif.
Hasil dan pembahasan dalam penelitian ini, yaitu yang pertama wujud mitos dalam tradisi Kasada merupakan cerita narasi mengenai Raden Kusuma yang menjadi abdi dewa di kawah Gunung Bromo. Raden Kusuma merupakan putra bungsu dari Rara Anteng dan Jaka Seger. Mereka berdua adalah pasangan suami istri yang cukup lama tidak kunjung dikaruniai keturunan. Oleh karena itu, merkea kemudian melaksanakan tapa brata di kawah Gunung Bromo dengan meminta kepada Dewa Brahma agar diberikan keturunan. Dewa meyanggupi permintaan tersebut, dengan syarat salah satu keturunan mereka harus rela menjadi abdi dewa di kawah Gunung Bromo. Setelah mendapat keturunan sebanyak 25 anak, dewa kemudian memilih Raden Kusuma sebagai abdi-Nya di kawah Gunung Bromo. Ketika Raden Kusuma menghadap Dewa Brahma, ia meminta kepada masyarakat Tengger agar dikirimi sebagian hasil bumi setiap tanggal 15 di bulan Kasada. Cerita tersebutlah yang menjadi awal mula pelaksanaan tradisi Kasada. Kedua, mitos dalam tradisi Kasada ini memiliki fungsi bagi masyarakat Tengger, yaitu sebagai kontrol sikap sosial antar sesama dan sikap spiritual terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Hal tersebut dikarenakan adanya kepercayaan dari masyarakat Tengger bahwa Raden Kusuma telah memenuhi janji kepada Dewa Brahma agar para saudara beserta keturunannya diberikan perlindungan dari segala mara bahaya. Ketiga, mitos dalam tradisi Kasada mengandung nilai budaya, yaitu yang pertama nilai ke-Tuhan-an. Masyarakat Tengger meyakini bahwa Gunung Bromo merupakan tempat kedudukan Dewa Brahma. Oleh karena itu, setiap tanggal 15 di bulan Kasada, mereka melaksanakan ritual pemujaan kepada Dewa Brahma. Nilai yang kedua yaitu nilai kemanusiaan. Masyarakat Tengger memiliki agama dan keyakinan yang berbedabeda. Namun, hal tersebut tidak menimbulkan perpecahan di antara mereka karena seluruh masyarakat Tengger menghormati leluhur dan tradisi yang telah diwariskan kepada mereka. Nilai yang ketiga yaitu nilai lingkungan. Kawasan Tengger merupakan kawasan yang memiliki berbagai macam hasil bumi dikarenakan adanya upaya pelestarian terhadap ladang yang dimiliki oleh masyarakat Tengger agar dapat turut memberikan persembahan pada tradisi Kasada. Keempat, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai alternatif materi pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di SMA/MA/SMK kelas X dengan KD 3.7 mengidentifikasi nilai-nilai dan isi yang terkandung dalam cerita rakyat (hikayat) baik lisan maupun tulisan, dan KD 4.7 menceritakan kembali isi cerita rakyat (hikayat) yang didengar dan dibaca. Pemanfaatan hasil penelitian ini, yaitu dengan menjadikan cerita Raden Kusuma sebagai materi pembelajaran bahasa Indonesia. Guru dapat meminta siswa mengidentifikasi nilai-nilai dan isi yang terkandung dalam cerita Raden Kusuma. Selain itu, guru juga dapat meminta siswa menceritakan kembali cerita Raden Kusuma dengan menggunakan bahasa mereka sendiri.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab empat, dapat disimpulkan bahwa wujud mitos dalam tradisi Kasada berasal dari adanya kepercayaan masyarakat Tengger terhadap cerita Raden Kusuma yang menjadi abdi Dewa Brahma di kawah Gunung Bromo, serta adanya ketaatan terhadap Dewa Brahma yang diyakini berkedudukan di kawah Gunung Bromo. Oleh karena itu, untuk mengenang jasa Raden Kusuma dan untuk menunjukkan ketaatan masyarakat Tengger kepada Dewa Brahma, maka setiap tanggal 15 di bulan Kasada merka melaksanakan ritual keagamaan yang kemudian disebut sebagai tradisi Kasada. Mitos dalam tradisi Kasada memiliki fungsi bagi masyarakat Tengger sebagai kontrol sikap sosial antar sesama dan sikap spiritual terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Selain itu, tradisi Kasada juga mengandung nilai budaya, yaitu nilai ke-Tuhan-an, nilai kemanusiaan dan nilai lingkungan. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai alternatif materi pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di SMA/MA/SMK kelas X dengan KD 3.7 dan KD 4.7.