Uji Toksisitas Subkronis Ekstrak Etanol Biji Kopi Hijau (Coffea Canephora) terhadap Fungsi Ginjal Tikus Wistar
Abstract
Kopi adalah salah satu bahan baku minuman popular yang dikonsumsi di
dunia termasuk Indonesia. Dari data Food and Agriculture Organization (FAO),
Indonesia menduduki posisi keempat produsen kopi terbesar di dunia dan tingkat
konsumsi kopi di Indonesia diprediksi akan meningkat tiap tahunnya. Berdasarkan
proses pembuatannya, kopi dibagi menjadi dua yaitu kopi hitam dan kopi hijau.
Kopi hitam adalah kopi yang berubah warna menjadi hitam karena melalui proses
penyangraian. Kopi hijau merupakan kopi matang yang belum dilakukan
penyangraian. Saat ini kopi hijau dikenal sebagai suatu produk minuman dan
suplemen kesehatan terkait asam klorogenatnya. Dalam Permenkes RI No. 88
Tahun 2013, untuk dapat dijadikan sebagai bahan baku obat tradisional
mengharuskan adanya data uji keamanan suatu bahan/sediaan. Oleh karena itu,
tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti ilmiah terkait keamanan
dari konsumsi kopi hijau dengan melihat ketoksikan ekstrak etanol biji kopi hijau
berdasarkan kadar BUN, kreatinin, bobot ginjal relatif, dan gambaran
histopatologi ginjal pada uji toksisitas subkronis.
Uji toksisitas subkronis dilakukan berdasarkan pedoman OECD 428.
Sejumlah 60 tikus uji galur Wistar jantan dan betina yang dibagi menjadi 6
kelompok perlakuan yaitu kelompok kontrol CMC-Na 1%, dosis 250 mg/kg BB,
dosis 500 mg/kg BB, dosis 1000 mg/kg BB, satelit kontrol, dan satelit dosis 1000.
Perlakuan diberikan secara oral sehari 1 kali selama 28 hari dengan volume
pemberian 2 mL sediaan uji per 200 g berat badan hewan. Untuk kelompok
satelit, dilanjutkan dengan pengamatan selama 14 hari. Selama periode perlakuan,
diamati terjadinya gejala toksik dan gejala klinis. Berat badan tikus uji ditimbang
dalam seminggu dua kali. Pada akhir perlakuan, tikus dikorbankan dan diambil
darah melalui intrakardial untuk pengukuran biokimia darah (BUN dan kreatinin).
Selanjutnya organ ginjal diambil untuk dilihat secara makroskopik serta diukur
bobotnya. Pembuatan preparat dilakukan untuk pemeriksaan histopatologi.
Preparat diamati dibawah mikroskop cahaya dengan perbesaran 40x. Pengamatan
yang dapat diamati meliputi adanya kerusakan pada sel tubulus dan struktur
glomerulus ginjal. Parameter BUN dan kreatinin, serta bobot ginjal relatif diuji
secara statistik menggunakan uji one way ANOVA dan uji Kruskal-Wallis untuk
melihat ada tidaknya perbedaan yang signifikan antara kelompok perlakuan.
Berdasarkan hasil penelitian, pemberian ekstrak etanol biji kopi hijau pada
dosis 250, 500, dan 1000 mg/kg BB secara subkronis menyebabkan perubahan
terhadap kadar BUN tetapi tidak menyebabkan perubahan terhadap kadar
kreatinin. Namun, perubahan kadar BUN tersebut masih berada dalam rentang
normal. Pemberian ekstrak etanol biji kopi hijau dosis 250, 500, dan 1000 mg/kg
BB secara subkronis tidak mempengaruhi bobot ginjal relatif yang ditunjukkan
dengan tidak adanya perbedaan yang signifikan dari bobot ginjal relatif antar
kelompok perlakuan. Selain itu, hasil pengamatan histopatologi menunjukkan
sebagian glomerulus dan tubulus ginjal mengalami kerusakan baik pada kelompok
kontrol dan perlakuan. Ahli patologi menduga kerusakan terjadi bukan karena
paparan senyawa dari ekstrak biji kopi hijau melainkan kondisi tikus yang kurang
sehat. Berdasarkan paparan tersebut, dapat dikatakan bahwa ekstrak etanol biji
kopi hijau tidak menyebabkan toksisitas pada ginjal.
Collections
- UT-Faculty of Pharmacy [1469]