dc.description.abstract | Pengelolaan Sumber Daya Manusia yang baik akan berdampak positif pada
keberlangsungan perusahaan. Menjadi catatan penting bagi perusahaan untuk
menyadari bahwa SDM atau karyawan memiliki kehidupan pribadi di luar
kehidupan kerjanya. Mengacu pada get a life, yaitu kemampuan untuk
menyeimbangkan antara kerja dan kehidupan pribadi, dimana seorang karyawan
memiliki kesadaran terkait pentingnya kehidupan pribadi, bagaimana mereka
memaknai dan menjalani kehidupan pribadinya selama ini. Kehidupan pribadi
yang dijalani dengan baik, akan berpengaruh terhadap peran diluar kehidupannya,
oleh sebab itu perusahaan perlu memberikan perhatian khusus terkait
keseimbangan kehidupan kerja yang dimiliki karyawan, perusahaan perlu
menyadari jika karyawan memiliki banyak peran, dimana diantara peran yang
dimilikinya saling berkaitan.
Kepuasan kerja merupakan ungkapan perasaan dalam diri seseorang
terhadap pekerjaannya, bentuk dari ungkapan tersebut berupa perasaan positif atau
negatif. Karyawan yang mampu mengekspresikan dirinya dengan perasaan yang
bersifat positif cenderung merasa puas dengan pekerjaannya, sementara karyawan
yang mengekpresikan dirinya dengan perasaan yang bersifat negatif cenderung
merasa tidak puas dalam bekerja. Teori two-factor theory yang dikembangkan
Herzberg dikenal sebagai indikator pengukuran kepuasan kerja karyawan. Teori
two-factor theory meliputi motivator sfactors (faktor instrinsik) dan hygiene
factors (faktor ekstrinsik). Motivators factors terdiri dari beberapa aspek yang
menunjukkan kepuasan kerja, yaitu pekerjaan itu sendiri, prestasi, pengakuan,
tanggung jawab, kesempatan untuk kemajuan atau promosi. Hygiene factors
meliputi aspek pengawasan, gaji, kondisi kerja, kebijakan perusahaan, administrasi
dan prosedur, status, keamanan, hubungan dengan rekan kerja. Survey dari Jobstreet.com pada tahun 2014 dengan 17.623 koresponden Indonesia
memberikan hasil sebesar 73% karyawan merasa tidak puas dengan pekerjaan
mereka. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhinya yaitu pekerjaan tidak
sesuai dengan latar belakang pendidikan, tidak ada jenjang karir yang baik, sikap
atasan yang acuh tak acuh dan kurangnya work-life balance (keseimbangan
kehidupan kerja). Work-life balance memiliki pengaruh paling besar dari keempat
faktor tersebut. Sebanyak 85% koresponden survei merasa tidak memiliki
keseimbangan antara kehidupan kerja dan kehidupan pribadi atau yang disebut
work life balance.
PT Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi 9 Jember merupakan
wilayah kerja PT Kereta Api Indonesia yang berada di ujung timur Pulau Jawa.PT
Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi 9 Jember memiliki 5 hari kerja
dalam 1 minggu (senin-jumat) dan jam kerja pukul 08.00-17.00.Padatnya tingkat
pekerjaan menyebabkan lamanya jam kerja dan mengakibatkan karyawan tidak
maksimal dalam membagi waktu antara kehidupan kerja dengan kehidupan
pribadi. Hasil pengamatan bekerja pada bidang dan tugas yang sama untuk waktu
yang panjang membuat karyawan dengan mudah cepat bosan dan lelah. Kondisi
tersebut berpengaruh terhadap kepuasan kerja karyawan dan berdampak pada
pencapaian tujuan organisasi.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji dan menganalisis pengaruh
work-life balance terhadap kepuasan kerja pada karyawan PT Kereta Api
Indonesia (Perser) Daerah Operasi 9 Jember dengan menggunakan pendekatan
kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan PT Kereta Api
Indonesia (Perser) Daerah Operasi 9 Jemberyang berdinas di daerah Jember yang
berjumlah 457 orang. Juamlah sampel pada populasi tersebut dientukan
menggunakan Rumus Slovin dengan tingkat kesalahan 10%, sehingga perhitungan
dapat diperoleh jumlah sampel sebanyak 90 responden.
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
linear sederhana. Hasil pengujian regresi linear sederhana menunjukkan bahwa
work-life balance berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja pada karyawan PT
Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi 9 Jember | en_US |