dc.description.abstract | Mual muntah dengan derajat yang bervariasi merupakan salah satu efek
samping dari obat kemoterapi. Salah satu antiemetik yang dapat digunakan ialah
golongan antagonis 5-hydroxytryptamine type 3 receptors (5-HT3). Granisetron
HCl merupakan salah satu antiemetik golongan antagonis reseptor 5-HT3 yang
memiliki potensi lebih besar daripada tropisetron dan ondansetron (Effendy,
2016).
Sistem penghantaran obat fast dissolving buccal film adalah film yang
mengandung bahan aktif yang hancur dan terlarut dalam saliva dengan sangat
cepat dalam beberapa detik tanpa memerlukan air ataupun mengunyah saat
digunakan pada mukosa bagian dalam pipi. Rute pemberian obat secara bukal
menyediakan penghantaran obat tanpa mengalami efek first pass metabolism.
Beberapa karakteristik yang mempengaruhi efektivitas sediaan fast
dissolving buccal film ialah swelling index, waktu disintegrasi, dan persen
pelepasan obat. Komponen penting dalam formulasi sediaan fast dissolving buccal
film yang menentukan karakteristik tersebut diantaranya ialah polimer dan
plasticizer, sehingga perlu dioptimasi jumlah penggunaannya.
Sediaan fast dissolving buccal film diutamakan menggunakan polimer dan
plasticizer hidrofilik agar cepat larut pada rongga bukal. Penelitian ini
menggunakan polimer Hidroksipropil Metilselulosa (HPMC) dan plasticizer
Polietilen Glikol (PEG) 400 dalam sediaan fast dissolving buccal film granisetron
HCl. Berdasarkan penelitian sebelumnya, penggunaan polimer HPMC
menghasilkan film yang fleksibel dengan waktu disintegrasi yang baik (Khunteta
dkk., 2019a). PEG memiliki efek plastisisasi tinggi dan PEG 400 terbukti menjadi
plasticizer yang lebih efektif dibandingkan PEG 1.000 untuk film dengan polimer
HPMC (Panda dkk., 2014) Penelitian ini menggunakan metode desain faktorial untuk mencari jumlah
optimum dari HPMC dan PEG 400 dalam sediaan fast dissolving buccal film
granisetron HCl. Beberapa pengujian dilakukan terhadap sediaan yang telah
dihasilkan melalui metode solvent casting ini dengan evaluasi organoleptis,
keseragaman bobot, keseragaman ketebalan, ketahanan lipat, pH permukaan,
penetapan kadar granisetron HCl dalam sediaan, serta uji swelling index, uji
disintegrasi, dan uji disolusi yang hasilnya digunakan sebagai respon.
Hasil pengujian swelling index pada F1, FB, FA, dan FAB menunjukkan
nilai berturut-turut yaitu 19,106; 18,782; 18,505; dan 18,233. Hasil pengujian
disintegrasi pada F1, FB, FA, dan FAB menunjukkan nilai waktu disintegrasi
berturut-turut yaitu 12,333 detik; 51,333 detik; 62,667 detik; dan 71,667 detik.
Hasil pengujian disolusi pada F1, FB, FA, dan FAB menunjukkan nilai persen
pelepasan obat berturut-turut yaitu 92,385%; 88,531%; 87,697%; dan 86,197%.
Analisis dari ketiga respon tersebut menggunakan software Design Expert versi
11.0.0 menghasilkan 2 solusi dengan F1 terpilih sebagai formula optimum. Hasil
analisis design expert juga menunjukkan bahwa peningkatan jumlah HPMC dan
PEG 400 dapat menurunkan nilai swelling index dan persen pelepasan obat,
namun dapat meningkatkan waktu disintegrasi. Interaksi keduanya dapat
menurunkan waktu disintegrasi, namun dapat meningkatkan nilai swelling index
dan persen pelepasan obat secara tidak signifikan. Komposisi optimum HPMC
dan PEG 400 pada sediaan masing-masing sebesar 200 mg dan 45 mg dengan
nilai respon optimum yang didapatkan adalah swelling index 19,106; waktu
disintegrasi 12,333 detik; dan persen pelepasan obat 92,385 %. Verifikasi formula
optimum F1 memberikan hasil yang tidak berbeda bermakna antara hasil
percobaan dengan hasil prediksi dari design expert yang ditunjukkan dengan nilai
signifikansi >0,05 melalui uji One Sample T-test. Karakterisasi formula optimum
F1 melalui uji Fourier Transform Infrared (FTIR) menunjukkan bahwa tidak ada
interaksi antara bahan aktif dengan polimer yang digunakan dalam sediaan fast
dissolving buccal film granisetron HCl karena tidak terjadi pergeseran puncak
secara tajam dari gugus fungsi granisetron HCl. | en_US |