dc.description.abstract | Infeksi merupakan salah satu penyakit di negara berkembang yang mampu
meningkatkan kasus morbiditas dan mortalitas. Diantara mikroorganisme yang
menyumbang kasus infeksi terbesar ialah bakteri. Berdasarkan laporan data dan
profil kesehatan Kemeskes RI tahun 2018; 1,2 juta kasus infeksi bakteri telah terjadi
di Indonesia, bahkan infeksi bakteri juga termasuk dalam sepuluh besar penyakit
penyebab kematian di Indonesia. Terapi pilihan utama dalam kasus infeksi yang
disebabkan oleh bakteri adalah antibiotik. Namun, penggunaan antibiotik yang
kurang tepat dapat menimbulkan adanya kasus resistensi antibiotik. Kasus tersebut
berpotensi menjadi masalah besar pada beberapa bakteri, salah satunya pada bakteri
Pseudomonas aeruginosa. Hal tersebut dibuktikan oleh hasil riset Forum
Komunikasi Profesional Kedokteran Laboratorium Infeksi (FORLAB) pada 2018,
dimana telah didapatkan sampel bakteri P. aeruginosa dari berbagai rumah sakit di
Indonesia. Dari keseluruhan sampel, terbukti bahwa 33% di antaranya telah resisten
terhadap karbapenem.
Untuk mengatasi hal tersebut, beberapa penelitian menunjukkan bahwa
adanya potensi mikroorganisme dalam tanah yang dapat dikembangkan menjadi
agen antibakteri, salah satunya yaitu fungi tanah. Pengembangan aktivitas
antibakteri dari fungi tanah yang berasal dari tanah muara sampai saat ini juga
masih minim, sehingga perlunya penelitian dan eksplorasi lebih lanjut untuk
mengetahui adanya potensi keanekaragaman yang ada di Indonesia untuk dapat
digunakan sebagai agen antibakteri. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka
penentuan lokasi titik sampling dilakukan di Desa Biluango, Kecamatan Kabila,
Kabupaten Bonebolango, Provinsi Gorontalo yang memiliki ekosistem mangrove
dengan keadaan yang cukup bersih. Hasil yang diperoleh dari tahap isolasi fungi
tanah muara ialah dua isolat dengan kode nama IS2-BTG3-1-1 dan IS2-BTG3-1-2.
Dari kedua isolat tersebut, telah dinyatakan bahwa kedunya memiliki aktivitas
terhadap penghambatan pertumbuhan dari bakteri P. aeruginosa dari hasil skrining
awal yaitu uji antagonis. Adanya zona bening yang terbentuk, mengindikasikan
adanya aktivitas antibakteri dari isolat. Kedua isolat yang potensial tersebut
kemudian dilanjutkan dengan proses fermentasi untuk dapat memproduksi
metabolit sekunder secara anaerob. Hasil dari fermentasi kemudian diekstraksi
menggunakan pelarut etil asetat yang nantinya dapat dilanjutkan dengan pengujian
aktivitas antibakteri menggunakan metode mikrodilusi. Pengujian mikrodilusi
tersebut mengacu pada protokol Clinical and Laboratory Standarts Isntitute (CLSI)
tahun 2012. Hasil uji aktivitas antibakteri menunjukkan bahwa adanya aktivitas
antibakteri dari isolat fungi tanah muara Desa Biluango, Kecamatan Kabila,
Kabupaten Bonebolango, Provinsi Gorontalo terhadap bakteri uji P. aeruginosa.
Berikut persen penghambatan yang diperoleh dari ekstral fungi tanah muara dengan
urutan terbesar yang diperoleh dari IS2-BTG3-1-1 sebesar 51,7 ± 2.7% dan IS2-
BTG3-1-2 sebesar 42,9 ± 0.9%. Dari kedua isolat fungi tanah muara yang diperoleh,
diduga adanya aktivitas penghambatan berasal dari kandungan golongan senyawa
terpenoid. | en_US |
dc.description.sponsorship | apt. Bawon Triatmoko, S.Farm., M (Pembimbing I)
apt. Ari S. N., S.F., GdipSc., M.Sc-Res., Ph.D.(Pembimbing II) | en_US |