Hubungan Pengetahuan Peran Odontologi Forensik terhadap Minat Pengambilan Spesialis Odontologi Forensik pada Mahasiswa Profesi Kedokteran Gigi di Indonesia
Abstract
Di tengah wabah pandemi Covid-19 yang belum usai, Indonesia masih terus dilanda musibah mulai dari kecelakaan hingga bencana alam sehingga terdapat orang hilang yang membutuhkan identifikasi dan membutuhkan peran forensik sesuai UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal 118. Menurut Yunus dkk. (2019) menyatakan bahwa odontologi forensik berperan penting dalam identifikasi jenazah karena gigi memiliki struktur yang khas dan kuat. Padahal pada statistik PDGI jumlah odontologi forensik hanya 19 orang dan belum dibuka PPDGS odontologi forensik.
Menurut teori Robbins & Judge (2015) mengungkapkan bahwa pengetahuan bisa menjadi faktor dalam kurangnya minat spesialis odontologi forensik. Mahasiswa sebagai agent of change dianggap memiliki pengetahuan yang lebih baik dibandingkan masyarakat lainnya dan mahasiswa profesi dianggap matang untuk memikirkan peminatan paska sumpah dokter gigi. Didukung dengan Theory of Reasoned Action perilaku manusia dipengaruhi oleh minat jadi apabila terdapat minat pengambilan spesialis odontologi forensik maka diharapkan kemungkinan besar terdapat tindakan nyata untuk mengabdi sebagai tenaga odontologi forensik yang banyak dibutuhkan di Indonesia.
Jenis penelitian yang dilakukan adalah survey analitik korelasional dengan pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling karena pengambilan sampel didasari pertimbangan oleh peneliti. Variabel bebas pada penelitian ini adalah pengetahuan peran odontologi forensik dan variabel terikat adalah minat pengambilan spesialis odontologi forensik pada mahasiswa profesi kedokteran gigi di Indonesia.
Hasil penelitian dari 259 responden berdasarkan jenis kelamin didapatkan terdapat 217 (83,8%) responden perempuan dan 42 (16,2%) responden laki-laki. Berdasarkan wilayah universitas terdapat 12 (4,6%) responden Bali, 157 (60,6%) responden Jawa, 10 (3,9%) responden Kalimantan, 24 (9,3%) responden Sulawesi, dan 56 (21,6%) responden Sumatera. Berdasarkan semester profesi terdapat 75 responden (29%) kuranf dari semester 3 profesi kedokteran gigi dan 184 responden (71%) lebih dari sama dengan semester 3. Pada penelitian ini tingkat pengetahuan 33 responden (12,7%) adalah kurang, 137 responden (52,9%) adalah cukup, dan 89 responden (34,4%) adalah baik. Sedangkan tingkat minat 122 responden (47,1%) adalah sedang dan 137 responden (52,9%) adalah tinggi.
Pada analisis spearman rank angka koefisien korelasi sebesar 0,219**. Artinya tingkat kekuatan korelasi hubungan sangat lemah karena termasuk ke dalam kategori koefisien 0,00-0,25. Tanda bintang (**) artinya korelasi bernilai signifikan pada angka signifikasi sebesar 0,01. Dari angka koefisien korelasi juga bernilai positif yaitu 0,219 sehingga hubungan kedua variabel tersebut bersifat searah (jenis hubungan searah), dengan demikian dapat diartikan bahwa jika pengetahuan peran odontologi forensik meningkat maka minat pengambilan spesialis odontologi forensik pada mahasiswa profesi kedokteran gigi di Indonesia juga meningkat. Selanjutnya diketahui nilai signifikasi atau Sig. (2-tailed) sebesar 0,000, karena nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,000 dan lebih kecil dari 0,05 berarti dapat diambil kesimpulan terdapat hubungan antara pengetahuan peran odontologi forensik dengan minat pengambilan spesialis odontologi forensik.
Collections
- UT-Faculty of Dentistry [2062]