Hubungan Antara Pengetahuan Anemia dan Tingkat Konsumsi Remaja Putri Dengan Kejadian Anemia Remaja Putri di Wilayah Kerja Puskesmas Pakusari Kabupaten Jember
Abstract
Penelitian ini menggunakan jenis analitik observasional yang dilakukan di 6 sekolah SMA/Sederajat wilayah kerja Puskesmas Pakusari, Kabupaten Jember, Jawa Timur pada bulan Agustus 2021. Rancangan penelitian yang digunakan adalah pendekatan cross sectional. Penelitian ini telah melakukan ethical clearancedengan nomor etik No.70/KEPK/FKM-UNEJ/VII/2021. Populasi pada penelitian ini yaitu remaja putri yang duduk di bangku SMA/sederajat Kecamatan Pakusari
xKabupaten Jember. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan simple random sampling dengan sistem undian sebanyak 48 responden. Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu pengetahuan tentang anemia dan gizi serta tingkat konsumsi (protein, vitamin C, zat besi) remaja putri sedangkan variabel terikat adalah kejadian anemia pada remaja putri. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner dan pengukuran kadar hemoglobin. Penelitian ini menggunakan analisis univariat dan analisis jalur.Hasil analisis penelitian menunjukkan bahwa usia remaja putri paling banyak berada pada usia 16 tahun atau kelas 10 SMA. Pada remaja putri yang diteliti mengalami anemia sebanyak 21 remaja putri atau 43,8%dengan tingkat konsumsi sumber protein, vitamin C dan zat besi mayoritas berada pada kategori defisit. Mayoritas remaja putri yang mengalami anemia memiliki tingkat pengetahuan rendah.Hal ini ditunjukkan masih banyak responden yang menjawab salah pertanyaan tentang pengertian, tanda, penyebab, dampak dari anemia serta sumber zat besi dan fungsi zat besi. Terdapat hubungan antara pengetahuan dengan kejadian anemia remaja putri, tidak adahubungan antaratingkat konsumsi protein, zat besi maupun vitamin Cdengan kejadian anemia. Tidak adanya hubungan antara tingkat konsumsi zat besi, vitamin C dan protein pada penelitian ini dikarenakan hasil tingkat konsumsi vitamin C dan zat besi remajaputri berada pada kategori defisit. Disamping tingkat konsumsi protein remaja putri mayoritas dalam kategori normal, namun protein yang dikonsumsi remaja putri lebih sering sumber protein nabati seperti tempe, tahu. Sehingga proses penyerapan asupan zat besi dalam sistem pencernaan kurang maksimal dan konsumsi makanan sumber zat besi maupun vitamin C kurang meyebabkan terjadinya penghambatan serapan zat besi dalam tubuh. Berdasarkan hasil uji hipotesis analisis jalur disimpulkanbahwa hubungan antara pengetahuan anemia melalui tingkat konsumsi dengan kejadian anemia pada remaja putri tidak signifikan dikarenakan berdasarkan hasil hubungan langsung lebih besar dari hasil hubungan tidak langsung.Saran yang dapat diberikan bagi remaja putri dianjurkan untuk lebih banyak mengkonsumsi sumber zat gizi utamanya zat besi dan zat gizi penunjang
xipenyerapan zat besi seperti vitamin C dan protein. Selain itu dengan adanya kecanggihan teknologi, remaja putri diharapkan dapatlebih peduli terhadap anemia pada remaja putri dengan mengakses pengetahuan terkait anemia pada remaja putri. Bagi Dinas Kesehatan, disarankanuntukmemberikan edukasi anemia pada saat pelaksanaan program pemberian tablet tambah darah pada remaja putri. Pihak sekolah disarankan melakukan skrining anemia pada siswi guna mendeteksi dini kejadian anemia.
Collections
- UT-Faculty of Public Health [2227]