Analisis Keterampilan Proses Sains Siswa Dalam Pembelajaran Suhu dan Kalor Melalui Metode Praktikum
Abstract
Pada kurikulum 2013 mengharuskan pembelajaran yang tidak hanya berfokus pada konsep, teori, dan fakta, tetapi juga aplikasi dalam kehidupan sehari-hari. Kurikulum 2013 bertujuan memberikan pengalaman belajar yang bermakna, yaitu dengan cara mengembangkan suatu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Artinya suatu pengetahuan, keterampilan proses sains, dan sikap ilmiah sangat penting untuk ditanamkan pada peserta didik. Akan tetapi pembelajaran masih didominasi pembelajaran konvensional, yaitu pembelajaran yang berpusat pada guru (teachers oriented), sehingga guru menjadi satu-satunya sumber pengetahuan. Kegiatan pembelajaran di SDN 5 Wringinpitu masih kurang terstruktur dan fleksibel, sehingga hal ini juga mempengaruhi keterampilan proses sains siswa. dalam kegiatan pembelajaran siswa masih mengandalkan guru daripada berusaha dengan kemampuannya. Selain itu pembelajaran konvensional dengan metode ceramah akan membuat siswa bosan dan kurang memperhatikan. Maka perlu suatu metode pembelajaran yang dapar menarik minat siswa, salah satunya dengan metode praktikum untuk meningkatkan keterampilan proses sains siswa.
Tujuan dari penelitian ini, yaitu untuk mendeskripsikan keterampilan proses sains siswa dalam pembelajaran suhu dan kalor melalui metode praktikum dan untuk mengetahui adanya peningkatan hasil melalui metode praktikum pada materi suhu dan kalor. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif dimaksudkan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fakta dan karakteristik subjek penelitian secara tepat dan sistematis. Penelitian ini menggunakan tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest). Persentase kemampuan siswa dihitung dengan rumus skor yang diperoleh siswa dibagi skor maksimum ideal dari tes yang dilakukan dikali seratus persen, dan hasilnya dimasukkan dalam kategori.
Hasil persentase keterampilan proses sains siswa melalui praktikum sebesar 62,50% dengan kategori cukup. Terdapat 6 indikator keterampilan proses sains yang diukur pada penelitian ini, yaitu indikator observasi, klasifikasi, mengukur, mengkomunikasi, memprediksi, dan menyimpulkan. Pada indikator observasi diperoleh persentase sebesar 58,33% dengan kategori kurang, indikator klasifikasi diperoleh persentase sebesar 75,00% dengan kategori cukup, indikator mengukur diperoleh persentase sebesar 75,00% dengan kategori cukup, indikator mengkomunikasikan diperoleh persentase sebesar 58,33% dengan kategori kurang, indikator memprediksi diperoleh persentase sebesar 58,33% dengan kategori kurang, dan indikator menyimpulkan diperoleh persentase sebesar 50,00% dengan kategori sangat kurang. Pada hasil pretest diperoleh persentase sebesar 51,39% dengan kategori sangat kurang, sedangkan hasil posttest diperoleh persentase sebesar 62,49% dengan kategori cukup. Dari hasil pretest dan posttest tersebut dapat diketahui bahwa terdapat peningkatan hasil setelah dilakukannya pembelajaran dengan metode praktikum.
Berdasakan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hasil keterampilan proses sains siswa melalui metode praktikum didapatkan persentase sebesar 62,50% dengan kategori cukup. Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa keterampilan proses sains siswa melalui metode praktikum berada pada kategori cukup. Dan terdapat peningkatan hasil pada materi suhu dan kalor. Hal ini dapat diketahui melalui hasil pesentase pretest sebesar 51,39% dengan kategori sangat kurang, sedangkan hasil persentase posttest sebesar 62,49% dengan kategori cukup. Berdasarkan hasil pretest dan posttest dapat diketahui bahwa terdapat peningkatan hasil pada materi suhu dan kalor melalui metode praktikum.