Hubungan Ekstrak Etanol Daun Kelor (Moringa Oleifera Lamk) Terhadap Kadar Asam Urat Pada Tikus Putih yang Diinduksi Streptozotocin
Abstract
Hiperurisemia adalah kondisi terjadi peningkatan kadar asam urat.
Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia kurang 34 tahun
sebesar 32% dan lebih 34 tahun sebesar 68%. Berdasarkan hasil studi Riskesdas
2018, prevalensi penyakit sendi di Indonesia berdasarkan diagnosis didapatkan
umur 65 tahun yang menderita penyakit sendi berjumlah 56.394 orang (Kemenkes,
2018). Diabetes melitus (DM) adalah suatu penyakit metabolik yang ditandai
dengan peningkatan kadar glukosa darah.
Penyakit metabolik seperti diabetes melitus memiliki hubungan dengan
peningkatan pada kadar asam urat (hiperurisemia). Pada hasil penelitian di
Bandung mengenai gambaran kadar asam urat pada pasien diabetes melitus tipe 2
didapatkan hasil sebanyak 86,21% terjadi peningkatan kadar asam urat
(hiperurisemia) pada laki-laki dan 78,79% pada wanita yang menderita diabetes
mellitus tipe 2 (Sharma dkk., 2019). Kemampuan masyarakat yang terbatas untuk
memperoleh obat-obat modern, menjadikan obat tradisional mempunyai makna
yang sangat penting bagi masyarakat karena lebih mudah diperoleh. Salah satu
tumbuhan yang dapat dimanfaatkan baik sebagai makanan maupunn obat-obatan
ialah tanaman kelor (Moringa oleifera Lamk) (Mardiani dkk., 2014) .
Tujuan pada penelitian ini untuk menganalisa apakah terdapat hubungan
terhadap kadar asam urat setelah pemberian ekstrak etanol daun kelor. Pada
penelitian ini tikus akan dibuat kondisi hiperglikemia sehingga diikuti dengan
peningkatan kadar asam urat. Analisis data pada penelitian ini menggunakan
Saphiro-wilk karena jumlah sampel (<50). Kemudian, menggunakan uji Spearman
untuk mengetahui hubungan antara pemberian ekstrak etanol daun kelor dengan
penurunan kadar asam urat.
Collections
- UT-Faculty of Medical [1487]