Peningkatan Kelarutan dan Laju Disolusi Ketoprofen Melalui Pembentukan Padatan Sistem Terner
Abstract
Ketoprofen merupakan obat golongan Non-steroidal anti-inflamatory
drugs (NSAID) yang memiliki sifat mudah larut dalam etanol, kloroform, dan eter
tetapi praktis tidak larut dalam air. Berdasarkan pernyataan tersebut, ketoprofen
termasuk dalam Biopharmaceutics Classification System (BCS) kelas II yaitu
memiliki kelarutan rendah dan permeabilitas yang tinggi, yang berarti
kelarutannya menjadi rate limiting step (pembatas) untuk absorpsi dan
bioavailibilitas. Ketoprofen memiliki 3 gugus donor ikatan hidrogen dan 1 gugus
akseptor ikatan hidrogen.
Sistem multikomponen terner telah diteliti untuk meningkatkan kelarutan
bahan aktif farmasi. Sistem multikomponen merupakan penggabungan bahan aktif
farmasi (BAF) dengan dua atau lebih komponen lain (koformer) untuk
memodifikasi partikel obat yang bertujuan untuk meningkatkan kelarutan bahan
aktif farmasi. Sistem terner digunakan eksipien untuk mendapatkan sistem
padatan baru sehingga sistem multikomponen terner ini dianggap sebagai langkah
yang menguntungkan untuk meningkatkan kelarutan dan laju disolusi obat yang
sukar larut dalam air.
Dalam penelitian ini dibuat padatan multikomponen ketoprofen
menggunakan koformer asam malonat dan PVP K30. Penelitian ini dilakukan
preparasi padatan multikomponen ketoprofen-asam malonat-PVP K30 dilakukan
dengan metode penguapan pelarut menggunakan pelarut isopropil alkohol.
Metode ini dipilih karena mudah dan secara termodinamika lebih disukai.
Pemilihan pelarut isopropil alkohol dipilih karena ketoprofen, asam malonat, dan
PVP K30 dapat larut dibandingkan pelarut organik lainnya.
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kelarutan dan disolusi
dari ketoprofen melalui pembentukan padatan multikomponen dengan metode
penguapan pelarut. Pembentukan padatan yang baru ini dapat dibuktikan dengan
melakukan pengkarakterisasian dan pengujian fase padat ketoprofen-asam
malonat-PVP K30. Karakterisasi yang dilakukan antara lain SEM, DSC, PXRD,
dan FTIR. Pengujian lanjutan yaitu dengan melakukan pengujian peningkatan
kelarutan dan disolusi dari sampel padatan multikomponen apabila dibandingkan
dengan bahan awalnya. Dalam penelitian ini, hasil karakterisasi dan pengujian
yang ada selanjutnya digunakan untuk menentukan susunan synthon
supramolekuler yang terbentuk pada padatan multikomponen ketoprofen-asam
malonat-PVP K30.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ketoprofen dengan asam malonat
dan PVP K30 dapat membentuk padatan multikomponen yang dibuktikan dengan
hasil SEM yang menunjukkan bahwa multikomponen ketoprofen-asam malonatviii
PVP K30 berbentuk tidak beraturan multi-shape dengan permukaan kasar dan
berongga dan ukuran partikel sekitar 30 – 100 μm. Hasil DSC menunjukkan titik
lebur dan entalpi peleburan multikomponen ketoprofen-asam malonat-PVP K30
lebih rendah apabila dibandingkan dengan bahan awalnya. Hasil PXRD
menunjukkan terdapat puncak-puncak difraksi baru pada 2θ yang berbeda apabila
dibandingkan dengan bahan awalnya. Terbentuknya puncak difraksi baru ini
menunjukkan apabila semua sampel membentuk fase kristalin yang baru dengan
pola kisi kristal yang berbeda dengan bahan awalnya. Hasil karakterisasi FTIR
menunjukkan bahwa multikomponen ketoprofen-asam malonat mengalami
interaksi intermolekuler dengan adanya ikatan hidrogen pada gugus donor proton
O-H ketoprofen berikatan dengan gugus akseptor proton C=O asam malonat dan
gugus akseptor proton C=O ketoprofen berikatan dengan gugus donor proton O-H
asam malonat. Sampel dengan penambahan PVP K30 terjadi interaksi
intermolekuler dikarenakan adanya ikatan hidrogen yang terbentuk pada gugus
akseptor proton C=O ketoprofen berikatan dengan gugus donor proton O-H asam
malonat dan gugus donor proton O-H ketoprofen berikatan dengan gugus akseptor
proton C=O PVP K30.
Hasil pengujian kelarutan dan disolusi dari mutikomponen ketoprofenasam
malonat-PVP K30 menunjukkan adanya peningkatan kelarutan dan disolusi
dari bahan awal. Nilai kelarutan tertinggi terdapat pada sampel multikomponen
ketoprofen-asam malonat-10% PVP K30, sedangkan persen terdisolusi tertinggi
terdapat pada sampel multikomponen ketoprofen-asam malonat-2,5% PVP K30.
Berdasarkan hal tersebut, persentase PVP K30 pada multikomponen ketoprofenasam
malonat-PVP K30 berbanding lurus dengan kelarutannya, akan tetapi
berbanding terbalik dengan kenaikan laju disolusi yang dihasilkan. Hasil analisis
statistik menunjukkan pada penelitian uji kelarutan, nilai AUC, dan nilai Efisiensi
Disolusi terdistribusi secara normal (p > 0,05) berdasarkan uji shapiro wilk dan
hasil uji anova satu arah memperoleh nilai signifikansi < 0,05, sehingga
menunjukkan bahwa rata-rata ketoprofen murni dan keempat sampel tersebut
berbeda secara signifikan.
Collections
- UT-Faculty of Pharmacy [1469]