Identifikasi Pola Respon Sensor Gas Array Terhadap Aroma Kopi Robusta Argopuro Berdasarkan Variasi Ketinggian
Abstract
Kopi merupakan salah satu komoditas yang memiliki peranan penting di
Indonesia, serta merupakan komoditas yang strategis di Jawa Timur karena
memiliki areal perkebunan yang cukup luas, terutama kopi jenis robusta. Salah
satu penghasil kopi terbesar di Jawa Timur adalah Kabupaten Jember. Perkebunan
kopi robusta di Jember tersebar di berbagai wilayah dataran tinggi dan salah
satunya berada di kawasan lereng Pegunungan Argopuro. Dalam kawasan
Pegunungan Argopuro terdapat perkebunan kopi robusta yang tersebar di enam
kecamatan, salah satunya di Kecamatan Sukorambi. Aroma menjadi aspek
penentu mutu kopi, di mana kopi memiliki karakteristik aroma yang berbeda dari
satu jenis kopi dengan yang lainnya karena adanya beberapa senyawa volatil
dalam kandungan kopi. Elevasi (ketinggian tempat) menjadi salah satu faktor
penentu mutu aroma kopi karena memberikan pengaruh terhadap kandungan
kimia pada kopi. Aroma kopi dapat diidentifikasi dengan mengandalkan human
tester berdasarkan penciuman manusia (organoleptik). Namun hal tersebut masih
terdapat keterbatasan personal karena bergantung pada kondisi human tester dan
bersifat subjektif. Sebuah sistem elektronik yang memiliki cara kerja menyerupai
hidung bernama electronic nose dapat digunakan untuk mengidentifikasi aroma,
yang mana di dalamnya terdapat berbagai reseptor pengidentifikasi aroma.
Penelitian menggunakan electronic nose ini difokuskan pada kajian
pengaruh ketinggian kebun terhadap aroma kopi robusta Argopuro di Kecamatan
Sukorambi, Jember menggunakan sensor gas array. Sampel diperoleh dari tiga
desa di Kecamatan Sukorambi, yaitu Desa Klungkung, Desa Karangpring, dan
Desa Sukorambi. Lokasi ketinggian kebun kopi pada setiap desa yaitu ±500,
±700, dan ±900 mdpl. Instrumen yang digunakan adalah sensor gas array dengan
susunan menggunakan 8 jenis unit sensor MQ, yaitu MQ-136, MQ-135, MQ-3,
MQ-6, MQ-7, MQ-8, MQ-9, dan MQ-2. Identifikasi aroma kopi dilakukan
dengan menyeduh kopi menggunakan perbandingan massa bubuk kopi dengan
volume air yaitu 1:15 hingga menghasilkan gas yang bersifat volatil, sehingga
detektor dari sensor dapat mendeteksi gas tersebut. Gas yang dihasilkan akan
teradsorpsi dan berinteraksi dengan permukaan sensor sehingga akan menurunkan
resistansi dan mengakibatkan peningkatan nilai konduktivitas sensor. Sensor
selanjutnya bekerja mengirimkan respon sensor berupa sinyal analog dan
dikonversi menjadi sinyal digital dengan bantuan Arduino dan kemudian diproses
oleh software LabVIEW hingga terbaca sebagai data output berupa tegangan.
Nilai tegangan yang diperoleh dari masing-masing sensor sesuai
sensitivitas sensor terhadap gas yang dihasilkan uap kopi. Konsentrasi zat yang
dihasilkan uap kopi terdeteksi oleh sensor sehingga mempengaruhi penurunan
resistansi sensor. Berdasarkan pola respon yang diperoleh menunjukkan bahwa
kopi Klungkung dengan tiga variasi ketinggian menghasilkan pola respon yang
mirip, sedangkan kopi Karangpring dan kopi Sukorambi menghasilkan pola
respon yang berbeda. Meskipun menghasilkan pola respon yang mirip, kopi
Klungkung menunjukkan bahwa respon tegangan sensor yang dihasilkan berbeda
signifikan antara satu ketinggian dengan ketinggian lainnya berdasarkan hasil uji
one way ANOVA. Hal tersebut menunjukkan bahwa faktor ketinggian kebun kopi
berpengaruh terhadap respon tegangan sensor gas array dalam mendeteksi aroma
kopi Klungkung. Selain itu, juga diketahui bahwa adanya korelasi ketinggian
kebun dengan respon tegangan sensor gas array. Korelasi antara ketinggian kebun
dengan respon tegangan sensor terhadap aroma seduhan kopi Klungkung dan kopi
Sukorambi menunjukkan hubungan linier positif, sedangkan pada kopi
Karangpring tidak menunjukkan hubungan linier. Karakteristik aroma kopi juga
dapat dibedakan berdasarkan kemiripan karakteristik aroma dengan menghitung
jarak Euclidean-nya. Hasil pengelompokan yang ditunjukkan pada dendogram
menghasilkan terbentuknya 4 kelompok, yaitu kelompok 1 adalah kopi
Klungkung (500, 700, dan 900 mdpl) dan kopi Karangpring (500 dan 900 mdpl),
kelompok 2 yaitu kopi Sukorambi (500 dan 700 mdpl), kelompok 3 yaitu kopi
Sukorambi 900 mdpl, dan kelompok 4 adalah kopi Karangpring 700 mdpl.