Gambaran Penerapan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) Tuberkulosis di Puskesmas Wilayah Jember Barat
Abstract
Tuberkulosis merupakan salah satu penyebab kematian di seluruh dunia.
Semakin tingginya angka kasus TB di masyarakat dapat menyebabkan tingginya
angka penularan TB pada orang sekitarnya baik keluarga maupun petugas
kesehatan. Maka upaya pencegahan penularan TB kepada petugas kesehatan harus
menjadi fokus utama. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) TB merupakan
upaya yang dilakukan oleh suatu fasilitas pelayanan kesehatan sebagai upaya untuk
mencegah penularan TB kepada pasien, pengunjung, dan petugas kesehatan.
Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan penerapan
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) TB di Puskesmas Wilayah Jember
Barat.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang dilakukan di seluruh
puskesmas yang ada di Wilayah Jember Barat. Responden pada penelitian ini
adalah pengelola P2TB dan kepala puskesmas yang ada di Wilayah Jember Barat.
Jumlah sampel penelitian sebanyak 28 orang yang terdiri dari 14 pengelola P2TB
dan 14 kepala puskesmas dengan menggunakan teknik total sampling. Teknik
pengumpulan data yang dilakukan adalah wawancara, observasi, dan studi
dokumentasi. Variabel penelitian ini yaitu variabel masukan (input) dan proses
(process) pada penerapan PPI TB. Aspek masukan terdiri dari 5M (Man, Money,
Method, Material, dan Machine) dan aspek proses terdiri dari pelaksanaan PPI TB
pada upaya pengendalian manajerial, pengendalian administratif, pengendalian
lingkungan, dan pengendalian APD. Teknik analisis data dalam penelitian ini
menggunakan teknik analisis univariate. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas pengelola P2TB pada
penelitian ini adalah laki-laki, sedangkan kepala puskesmas mempunyai
perbandingan jumlah yang sama antara laki-laki dan perempuan. Seluruh responden
memiliki tingkat pendidikan terakhir diploma dan sarjana. Sebagian besar
pengelola P2TB dan kepala puskesmas berada pada usia >40 tahun. Sebagian besar
pengelola P2TB memiliki lama kerja selama ≤ 10 tahun, sedangkan sebagian besar
kepala puskesmas memiliki lama kerja >10 tahun. Sebagian besar puskesmas
memiliki susunan organisasi tim PPI yang tidak sesuai, sedangkan susunan
organisasi tim TB sudah sesuai di seluruh puskesmas. Sebagian besar puskesmas
memiliki jumlah petugas yang terlatih PPI dan TB ≥ 1 orang. Sumber dana program
PPI yaitu dana JKN, sedangkan sumber dana program TB yaitu dana APBN,
APBD, dan dana hibah. Berdasarkan hasil observasi terkait kelengkapan sarana
prasarana dalam penerapan PPI TB dinilai cukup dan baik. Mayoritas puskesmas
tidak ada yang memiliki pedoman PPI TB. Hanya 3 puskesmas yang tersedia SOP
PPI TB. Mayoritas puskesmas telah melaksanakan upaya pengendalian manajerial
dengan baik. Sebaliknya, upaya pengendalian administratif sebagian besar
puskesmas dinilai kurang baik. Upaya pengendalian lingkungan dinilai baik pada
mayoritas puskesmas. Upaya untuk mengurangi risiko terpajan kuman TB yang
dilakukan dengan pengendalian APD dinilai kurang pada sebagian besar
puskesmas.
Saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian adalah meningkatkan
pelaksanaan PPI TB; menambah jumlah petugas untuk penerapan PPI TB;
melengkapi pedoman dan SOP PPI TB, serta sarana prasarana yang kurang
memadai; memberikan pendidikan mengenai PPI TB kepada seluruh petugas
kesehatan di fasyankes khususnya bagi tim TB dan tim PPI; menyediakan anggaran
khusus untuk program PPI TB; melaksanakan supervisi dan penilaian mengenai
penerapan PPI TB di puskesmas; memberikan sebuah reward atau teguran bagi
puskesmas yang sudah atau belum melaksanakan PPI TB; dan dapat membagikan
pedoman PPI TB kepada setiap fasyankes sebagai acuan dalam melaksanakan PPI
TB
Collections
- UT-Faculty of Public Health [2227]