Efikasi Repetitive Transcranial Magnetic Stimulation untuk Rehabilitasi Motorik Ekstremitas atas Pasca Stroke: Tinjauan Sistematis
Abstract
Stroke merupakan penyebab kematian kedua dan salah satu penyumbang
utama disabilitas di dunia mencapai lebih dari 80 juta orang. Disabilitas yang
paling umum terjadi pasca stroke adalah hemiparesis ekstremitas atas
kontralateral lesi. Repetitive transcranial magnetic stimulation (rTMS) muncul
sebagai harapan baru terapi rehabilitasi pasca stroke. Repetitive transcranial
magnetic stimulation populer dalam studi penelitian tentang rehabilitasi motorik
ekstremitas atas pasca stroke. Repetitive transcranial magnetic stimulation dapat
dibagi dua yaitu high-frequency rTMS (HF-rTMS) dan low-frequency rTMS (LFrTMS). Informasi mengenai onset terapi, lama terapi, dan jenis rTMS pada terapi
rehabilitasi motorik ekstremitas atas paca stroke masih tersebar di berbagai jurnal,
oleh karena itu peneliti tertarik membuat tinjauan sistematis ini. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui efikasi rTMS untuk rehabilitasi motorik ekstremitas
pasca stroke.
Penelitian ini merupakan tinjauan sistematis yang berdasar pada Preferred
Reporting Items for Systematic Reviews and Meta-Analysis (PRISMA). Proses
pencarian literatur dilakukan dengan beberapa database elektronik, seperti
PubMed, ScienceDirect, Cochrane Library, dan SpringerLink. Penyusunan kata
kunci akan menggunakan metode boolean operator. Sinonim kata kunci dicari
menggunakan Medical Subject Heading (MeSH) database. Artikel yang
terkumpul akan diseleksi berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Penilaian
kualitas studi dan risiko bias pada studi ini menggunakan The JBI Critical
Appraisal Tools. Analisis data pada tinjauan sistematis ini menggunakan analisis
deskriptif.
Penelitian-penelitian yang terinklusi terdiri dari dua jenis rTMS dengan
berbagai onset dan lama terapi. Enam studi menggunakan HF-rTMS dan sebelas
studi menggunakan LF-rTMS. Onset terapi rTMS terdiri atas fase akut, subakut,
dan kronis stroke. Lama terapi rTMS juga terdiri 5 sesi hingga 18 sesi. Tiap
sesinya dilakukan pada satu hari, sehingga jika penelitian tersebut dilakukan
dengan 5 sesi artinya terapi dilaksanakan selama 5 hari. Pada penelitian berbasis
UE-FMA, HF-rTMS mempunyai keseluruhan hasil yang signifikan saat
dibandingkan dengan sham, sedangkan terapi LF-rTMS masih menunjukkan hasil
yang kontradiktif. Terapi HF-rTMS dapat dilakukan pada fase stroke akut,
subakut, dan kronis stroke. Lama terapi HF-rTMS dapat dilakukan dengan 5 atau
10 sesi, akan tetapi masih membutuhkan penelitian lebih lanjut agar dengan
menyesuaikan kondisi pasien agar dapat menentukan jumlah sesi yang memiliki
efikasi terbaik. Kesimpulan dari penelitian ini adalah HF-rTMS memiliki efikasi
lebih baik dibandingkan dengan LF-rTMS.
Collections
- UT-Faculty of Medical [1487]