Determinan Perilaku Ketepatan Pengisian Kode Penyakit Rawat Inap pada Klaim JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) di Era Vedika (Verifikasi di Kantor) Rumah Sakit Daerah di Lumajang
Abstract
Koding merupakan fungsi yang sangat penting dalam jasa pelayanan informasi kesehatan. Kesalahan dalam menuliskan koding akan mempengaruhi tarif, sehingga peran koder sangat menentukan besar kecilnya tarif yang muncul dalam software INACBG’s atau e-klaim. Peran koder dalam proses klaim dalam melakukan koding masih dijumpai ketidak tepatan dalam pemberian koding terutama pada pasien rawat inap. Mengingat pentingnya peran koder dalam melakukan ketepatan pengisian koding penyakit pada e-klaim, maka peneliti bermaksud melakukan penelitian untuk menelusuri bagaimana determinan perilaku ketepatan pengisian kode penyakit rawat inap pada klaim JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) di era Vedika (verifikasi di kantor) rumah sakit daerah di Lumajang adapun tujuan umum dari penelitian ini yaitu untuk menganalisis determinan perilaku ketepatan pengisian kode penyakit pada Klaim JKN Era Vedika Rumah Sakit Daerah di Lumajang.
Penelitian ini secara spesifik lebih diarahkan pada desain penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari-Maret tahun 2020 di Rumah Sakit Daerah Lumajang. Metode pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini yaitu dengan wawancara mendalam, dokumentasi dan Observasi, dengan jumlah informan sebanyak 5 informan. Informan utama pada penelitian ini adalah koder berjumlah 2 orang dan verifikator internal yang berjumlah 3 orang. Analisis data dalam penelitian ini meliputi reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan data. Metode triangulasi yang digunakan adalah triangulasi sumber dan teknik. Hasil penelitian ini dari segi pengetahuan bahwasanya hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kesesuaian klaim yang diajukan ke BPJS Kesehatan harus berdasarkan regulasi yang terkait yaitu diantaranya perlu adanya kesesuaian yang meliputi administrasi, klinis dan koding. Klaim pending juga disebabkan adanya ketidak lengkapan dan tidak sesuai antara diagnosa dan koding pada aplikasi e-klaim yang diinputkannya.
Sikap Informan lebih ke kurang setuju dalam hal menerima klaim pending karena petugas mengaku harus meluangkan waktunya untuk mengerjakan berkas pending. Adapun peran ketua verifikator internal dalam klaim JKN yakni memastikan kesesuaian penentukan resources terbesar ketepatan diagnosa utama pada resume medis dengan pemberian terapinya selengkap mungkin dan memastikan kembali berkas pasien ketika pulang sudah lengkap dengan bukti penunjang lainnya sehingga memudahkan koder dalam memberikan kode penyakit sesuai indikasi klinis dan terapi yang telah diberikan.
Sarana dan prasarana di Rumah Sakit Daerah Lumajang khususnya diruang kerja koder dan verifikator internal sudah cukup memadai dalam pelaksanaan koding serta percepatan pengajuan klaim JKN, selain itu dengan adanya ruang khusus BPJS untuk proses klaim ini yang didalamnya juga ditunjang dengan lengkapnya fasilitas seperti komputer, scan, printer, UPS dan sebagainya yang dibutuhkan dalam proses klaim. Berdasarkan wawancara mendalam dan observasi partisipasi yang dilakukan peneliti bahwasanya dalam penentuan kode penyakit terutama cara mengkoding suatu diagnosa menurut informan yaitu dengan melihat diagnosa utama dan diagnosa sekunder itu pada lembar resume medis.
Saran yang dapat diberikan terhadap pihak rumah sakit diharapkan memberikan motivasi dan semangat kerja berupa rewards setiap bulan sekali pada saat rapat evaluasi, membuat kebijakan tentang keamanan data berupa SOP (Standar Operasional Prosedur) khususnya mengenai back up data ke hardisk eksternal secara berkala dan membentuk tim fraud yang didalamnya terdiri dari Direktur, Kabid Pelayanan Medis, Kabid penunjang medis, Kabid Rekam Medis dan Kepala bidang-bidang yang mendukung pelayanan medis dengan tujuan untuk mengevaluasi bersama berkas yang terpending berdasarkan regulasi terkait.
Collections
- MT-Sciences of Health [112]