Show simple item record

dc.contributor.authorDIATURROCHMA, Maulid
dc.date.accessioned2022-03-30T07:02:17Z
dc.date.available2022-03-30T07:02:17Z
dc.date.issued2021-07-27
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/xmlui/handle/123456789/106046
dc.description.abstractCVS merupakan sekelompok permasalahan mata serta penglihatan yang disebabkan oleh tampilan layar digital dalam waktu lama, dengan gejala asthenopia, gejala permukaan okular, gejala visual dan gejala ekstraokular. Faktor risiko CVS adalah faktor personal (Usia, Jenis kelamin, Postur duduk, jarak pandang dan sudut pandang, penyakit mata, dan penyakit medis), faktor lingkungan (Pencahayaan buruk, dan ketidakseimbangan cahaya antara layar komputer dan sekitarnya) dan faktor komputer (Resolusi, kontras, silau dan kecepatan refresh). Karena pandemi COVID-19, pemerintah menghimbau dilaksanakannya WFH. Kasus di Kabupaten Pasuruan cukup tinggi sehingga menerapkan WFH bagi perusahaan, salah satunya PT. Cargill Indonesia sehingga membuat pekerja harus bekerja lebih dari 3 jam menggunakan laptop, khususnya divisi CSSP sehingga mereka berisiko terkena CVS. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif dengan desain cross sectional yang bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengetahui gambaran faktor risiko CVS selama WFH pada pekerja Divisi CSSP PT. Cargill Indonesia Kecamatan Gempol Pasuruan. Populasi sebanyak 45 orang dari pekerja divisi CSSP PT. Cargill Indonesia Kecamatan Gempol Pasuruan, dan sampel 40 orang diperoleh dari rumus Slovin CI 95%. Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2020-September 2021. Variabel bebas penelitian ini adalah faktor personal (Jenis Kelamin, usia, postur duduk, penyakit mata, dan penyakit medis), faktor lingkungan (Pencahayaan) dan faktor komputer (Silau layar). Variabel terikatnya merupakan CVS. Pengumpulan data dilakukan secara online melalui google form yang disebarkan melalui pesan whatsapp menggunakan instrumen penilaian CVS-Q dengan teknik accidental sampling. Analisis dilakukan dengan tabulasi silang untuk mengetahui gambaran sebaran variabel bebas dan terikat. Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar pekerja berjenis kelamin wanita (55%), dengan kelompok usia lebih banyak pada kelompok 21-30 tahun (42,5%), postur duduk Gambar B (47,5%),dan sebagian besar pekerja duduk di meja dengan kursi (55%). Mayoritas tidak mengalami Presbiopi (95%), dan tidak ada yang mengalami Miopia dan Hipermetropi. Sebagian besar pekerja mengalami Miopia (52,5%) dan mayoritas tidak mengalami Astigmatisma (75%). Tidak ada pekerja yang mengalami glukoma dan katarak. Mayoritas pekerja tidak mengalami infeksi mata (92,5%), serta mayoritas pekerja memiliki penyakit/kelainan refraksi (70%). Tidak ada pekerja dengan riwayat penyakit medis. Sebagian besar pekerja bekerja pada ruangan dengan pencahayaan yang baik (45%). Sebagian besar pekerja tidak mengalami silau pada layar komputer/laptop yang digunakan bekerja (72,5%). Gejala CVS yang paling sering dialami adalah pusing, mata terasa gatal, mata merah dan mata pedih. Dari 40 pekerja, 62% mengalami CVS. Jenis kelamin pria lebih banyak terkena CVS daripada wanita (52%). Kelompok usia >40 tahun lebih banyak terkena CVS (44%). Pekerja yang mengalami CVS paling banyak bekerja dengan postur duduk Gambar B (Gambar 2.2) (60%) dan pekerja yang mengalami CVS paling banyak bekerja dengan posisi duduk bersila dengan meja kecil (52%). Pekerja yang mengalami CVS mayoritas adalah pekerja yang tidak mengalami presbiopi (92%). Pekerja yang mengalami CVS lebih banyak merupakan pekerja yang mengalami miopia (64%). Pekerja yang mengalami CVS lebih banyak merupakan pekerja yang tidak mengalami astigmatisma (72%). Pekerja yang mengalami CVS lebih banyak merupakan pekerja yang tidak mengalami infeksi mata (88%). Pekerja yang mengalami CVS mayoritas memiliki penyakit/kelainan refraksi mata (84%). Untuk penyakit medis sendiri hasilnya tidak dapat disimpulkan lkarena jawaban responden konstan. Pekerja yang mengalami CVS paling banyak bekerja dengan pencahayaan cukup (40%), dan pekerja yang tidak mengalami CVS paling banyak bekerja dengan pencahayaan yang baik (60%). Pekerja yang mengalami silau pada layar lebih banyak yang mengalami CVS daripada tidak mengalami CVS (40%). Saran yang diberikan kepada perusahaan adalah dengan membuat buku panduan WFH yang baik, mengingatkan untuk peregangan dan relaksasi, dan memfasilitasi anti-glare pada laptop. Untuk pekerja perlu menyiapkan lingkungan kerja yang nyaman untuk WFH, bekerja dengan postur yang baik dan melakukan istirahat menatap layar tiap 2-3 jam. Untuk peneliti selanjutnya, penelitian diharapkan dapat dilaksanakan secara tatap muka dengan pengukuran objektif pada variabel yang belum dapat diteliti.en_US
dc.description.sponsorshipDr. Anita Dewi Prahastuti Sujoso, S.KM., M.Sc. dr. Ragil Ismi Hartanti, M.Sc.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.publisherFakultas Kesehatan Masyarakaten_US
dc.subjectComputer Vision Syndromeen_US
dc.subjectAsthenopiaen_US
dc.subjectKesehatan Mataen_US
dc.titleGambaran Faktor Risiko Computer Vision Syndrome (CVS) selama Work From Home pada Pekerja Divisi CSSP PT. Cargill Indonesia Kecamatan Gempol Pasuruanen_US
dc.typeThesisen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record