dc.description.abstract | Data-data hasil penelitian menunjukkan, jejak kebudayaan megalitik berupa tinggalan arkeologis yang ditemukan di Indonesia diketahui terdiri atas aneka bentuk (Prasetyo, 2008; 2013; 2015a; 2015b; Swastika, 2020a). Beberapa bentuk seringkali memperlihatkan spesifikasi yang berkembang secara setempat. Oleh karena berkembang secara setempat, maka bentuk-bentuk tersebut memiliki ciri khas dan bersifat ikonik yang tidak dijumpai pada wilayah lain. Contohnya: arca batu di Pasemah (Sumatera Selatan), peti batu di Bojonegoro (Jawa Timur), sarkofagus di Bali, kubus batu di Minahasa (Sulawesi Utara), kubur dolmen di Sumba dan Flores (Nusa Tenggara Timur). Menariknya lagi, aneka ragam bentuk tinggalan arkeologis kebudayaan megalitik pada berbagai wilayah di Indonesia juga memiliki nama-nama setempat. Di Minahasa (Sulawesi Utara), kubus batu memiliki nama setempat waruga. Di Poso (Sulawesi Tengah), tempayan batu mempunyai nama setempat kalamba. Temu gelang batu di Matesih (Jawa Tengah) memiliki nama setempat watu kandang. Alhasil, tinggalan arkeologis kebudayaan megalitik yang sejenis di masingmasing wilayah kerapkali memiliki nama-nama yang berbeda. Bahkan, di masing-masing lokalitas di dalam suatu wilayahpun, tinggalan arkeologis kebudayaan megalitik yang sejenis tersebut bisa jadi juga memiliki nama yang beragam. Contoh: tinggalan arkeologis kebudayaan megalitik jenis peti batu di wilayah Jawa Timur. Di Bojonegoro dinamakan kubur kalang, sedangkan di Bondowoso dinamakan kubur lempeng. Contoh lain: tinggalan arkeologis kebudayaan megalitik jenis kubur dolmen di Nusa Tenggara Timur. Di Sumba dinamakan rete, sedangkan di Flores dinamakan reti. | en_US |