dc.description.abstract | Tuberkulosis paru merupakan suatu penyakit menular yang disebabkan oleh
kuman Mycobacterium Tuberculosis. Tuberkulosis paru ini masih tetap menjadi
penyebab utama kesehatan yang buruk dan masuk dalam 10 besar penyebab
kematian di seluruh dunia. Pengobatan tuberkulosis paru ini harus dilakukan
secara rutin selama 6 bulan. Pengobatan yang terputus atau tidak sesuai dengan
standar Directly Observed Treatment Shortcourse (DOTS) dapat menyebabkan
kekambuhan penyakit dan kemungkinan terjadinya Multi Drug Resistant
Tuberculosis (TB MDR). Terputus pengobatan dapat dipengaruhi oleh faktor
salah satunya adalah stigma. Stigma merupakan salah satu label negatif yang
diberikan oleh seseorang/kelompok orang kepada orang lain, yang mana stigma
tersebut dapat berkaitan dengan adanya suatu penyakit kronis maupun menular.
Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis hubungan stigma masyarakat
dengan kepatuhan minum obat pasien TB Paru di Wilayah Kerja UPTD
Puskesmas Puhjarak Kecamatan Plemahan Kabupaten Kediri.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain non
eksperimental. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
observational analitik dengan pendekatan cross sectional study. Penelitian ini
dilakukan pada pasien tuberkulosis paru di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas
Puhjarak Kecamatan Plemahan Kabupaten. Teknik sampling yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu simple random sampling dengan jumlah sampel 45
pasien tuberkulosis paru.
Kuesioner yang digunakan dalam pengumpulan data adalah Internalized
Stigma of Mental Illness (ISMI) untuk mengukur stigma masyarakat dan Morisky
Medication Adherence Scale (MMAS-8) untuk mengukur kepatuhan minum obat.
Variabel Internalized Stigma of Mental Illness (ISMI) dengan r tabel 0.62 dan
reliabilitas 0.964 didapatkan 28 item valid. Variabel Morisky Medication
Adherence Scale (MMAS-8) dengan r tabel 0.8 dan reliabilitas 0.7 didapatkan 8
item valid. Uji etik penelitian dilakukan di Fakultas Keperawatan Universitas
Jember dengan nomor: No. 3561/UN25.1.14/SP/2020
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata stigma masyarakat yang
dirasakan oleh responden tuberkulosis paru sebesar 66.00 dan mayoritas memiliki
kepatuhan minum obat tuberkulosis paru tinggi sejumlah 26 responden (57.8%).
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa pasien tuberkulosis paru lebih
banyak laki-laki, pendidikan terakhir sekolah dasar, pekerjaan sebagai petani,
umur >40 tahun dan lain-lain. Hasil uji analisis menggunakan spearman
menunjukkan tidak terdapat hubungan stigma masyarakat dengan kepatuhan
minum obat pada pasien tuberkulosis paru (p value = 0.404). Hal ini dikarenakan
pasien dengan tuberkulosis paru tidak mau memberi informasi terkait jenis
penyakitnya, pelaksanaan program pendidikan kesehatan dan pengetahuan tentang penyakit tuberkulosis yang dilakukan oleh pihak puskesmas, tingginya dukungan,
semangat dan penerimaan terhadap kondisi penyakit yang diberikan oleh pihak
keluarga dan orang terdekat terhadap pasien dengan tuberkulosis paru. Pasien
merasa takut terhadap stigmatisasi yang ada di masyarakat sehingga pasien
tersebut menyembunyikan kondisi sakitnya dan tidak memberi ruang bagi orang
lain untuk melakukan tindakan stigmatisasi kepada dirinya.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai seorang perawat pemberian
psycoeducative family sangat perlu dilakukan untuk diberikan kepada keluarga
atau orang terdekat pasien karena untuk meningkatkan dukungan yang efektif bagi
individu yang membutuhkan. Serta adanya peran antara dukungan keluarga dan
dukungan petugas kesehatan dalam masalah stigma dan meningkatkan kepatuhan
minum obat pada pasien tuberkulosis paru. Selain itu meningkatkan kesadaran
pasien tuberkulosis tentang pentingnya patuh dalam minum obat untuk
menurunkan kejadian putus obat dengan cara memberikan pendidikan kesehatan. | en_US |