Preferensi Habitat Kukang Jawa (Nycticebus javanicus) di Resort Bandealit Taman Nasional Meru Betiri
Abstract
Kukang (genus Nycticebus) terdiri atas delapan spesies yang tersebar di
wilayah Asia, salah satunya adalah kukang jawa. Kukang jawa (Nycticebus
javanicus) memiliki jumlah populasi yang paling sedikit di alam liar sehingga
status keberadaannya dilindungi oleh pemerintah. Menurut IUCN (International
Union for Conservation of Nature) dan CITES (Convention of International Trade
in Endangered Species of Wild Flora and Fauna), status konservasi kukang jawa
adalah terancam punah dengan status perdagangan Appendix I. Perdagangan
hewan ilegal dan fragmentasi habitat telah menyebabkan penurunan jumlah secara
signifikan. Pengetahuan tentang preferensi habitat kukang jawa di Indonesia
masih terbatas, sedangkan ancaman terhadap keberadaannya terus meningkat.
Taman Nasional Meru Betiri (TNMB) adalah salah satu kawasan lindung yang
hingga kini telah diketahui keberadaan kukang jawa. Penelitian mengenai
preferensi habitat kukang jawa di area ini perlu dilakukan, mengingat pembaruan
informasi di lokasi ini masih terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
preferensi habitat kukang jawa (N. javanicus) di Resort Bandealit TNMB
berdasarkan tingkat perjumpaan, karakteristik penggunaan vegetasi dan distribusi
habitatnya.
Pengumpulan data menggunakan metode road sampling dan in depth
observation di lokasi Lodadi dan Savana Pringtali. Perjumpaan kukang jawa
diketahui melalui identifikasi pantulan mata, warna tubuh, pola tubuh, dan pola
wajah menggunakan kamera digital. Karakteristik penggunaan vegetasi meliputi
data nama spesies tumbuhan, tinggi tumbuhan, luas kanopi, persentase penutupan
kanopi dan jarak antar pohon. Informasi distribusi habitat meliputi ketinggian
vegetasi di atas permukaan laut dan titik koordinat vegetasi. Analisis preferensi
habitat kukang jawa dilakukan secara deskriptif kualitatif berdasarkan data tingkat
perjumpaan, kepadatan populasi, penggunaan jenis vegetasi, pemanfaatan ruang
vegetasi, dan distribusi habitat secara spasial menggunakan pemetaan.
Hasil penelitian yang didapatkan adalah empat perjumpaan kukang jawa di
lokasi jalur Lodadi. Berdasarkan karakteristik pembeda, terdapat dua individu
yang dapat dibedakan yaitu kukang Setya dan kukang Budi. Satu individu yaitu
kukang Vika berada di hutan primer dengan jarak yang tidak dapat ditempuh
pengamat, sehingga identifikasi pola wajah tidak dilakukan. Densitas kukang jawa
di area jalur Lodadi adalah 0,2 ind/Ha dengan tingkat perjumpaan 0,57
perjumpaan/hari. Kukang jawa menggunakan vegetasi pohon mindi, sengon, dan
Ficus sp. untuk beraktivitas. Vegetasi pohon mindi memiliki karakteristik rata-rata
tutupan kanopi 16,3 %, luas kanopi 10,8 m2
dan jarak antar pohon 3 m. Vegetasi
pohon sengon memiliki karakteristik tutupan kanopi 11 %, luas kanopi 13,17 m2
,
dan jarak antar pohon 3-5 m. Penggunaan strata kanopi pada penelitian ini secara
keseluruhan berada di kanopi tengah dengan ketinggian 12-20 m. Berdasarkan
topografi permukaan, kukang jawa di Resort Bandealit ditemukan di perbatasan
perkebunan dan hutan primer dengan ketinggian 16-30 m dpl.
Kesimpulan yang didapatkan dari penelitian ini yaitu terdapat empat
perjumpaan di jalur Lodadi yang terdiri atas tiga individu yaitu kukang Setya,
kukang Budi, dan kukang Vika. Penggunaan vegetasi meliputi vegetasi pohon
mindi, sengon, dan Ficus sp. serta topografi permukaan pada ketinggian 16-30 m
dpl. Penggunaan strata kanopi hutan berada di kanopi tengah, hal ini sangat
dipengaruhi oleh komposisi vegetasi perkebunan yang homogen. Perbatasan
antara hutan primer dan perkebunan Lodadi memiliki nilai penting bagi preferensi
habitat kukang jawa. Nilai penting tersebut berupa lokasi feeding di perkebunan
dan hutan primer sebagai lokasi tidur sekaligus lokasi feeding.