dc.description.abstract | Stunting merupakan suatu kondisi dimana tinggi badan (TB) balita tidak memenuhi standar jika dibandingkan dengan tinggi atau panjang badan anak dengan umur yang sama. Standar ini ditetapkan oleh Badan Kesehatan Dunia atau WHO (World Health Organization) yaitu apabila tinggi badan anak dibandingkan dengan umur memiliki hasil kurang dari minus dua standar deviasi median. Stunting memiliki dampak jangka pendek sekaligus jangka panjang. Faktor yang dapat mempengaruhi stunting meliputu factor langsung dan factor tidak langsung. Pemetaan factor risiko stunting belum dilakukan sehingga apabila diaplikasikan akan membantu dalam penentuan program masing masing daerah dan membantu terlaksananya program lebih efektif dan efisien.
Tujuan penelitian ini yakni mendeskripsikan serta memetakan faktor risiko yang berkaitan prevalensi stunting berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG) di Kabupaten Jember tahun 2019.. Penlitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain penelitian cross sectional. Penelitian ini memiliki populasi seluruh wilayah kecamatan di Kabupaten Jember serta menggunkana total sampling. Penelitian ini menggunakan data sekunder dengan teknik dokumentasi.
Hasil pada penelitian ini diketahui pemetaan stunting berdasarkan empat kategori yaitu rendah , sedang, tinggi dan sangat tinggi. Wilayah dengan kategori stunting tinggi yaitu Kecamatan Kencong, Jenggawah, Rambipuji, Jelbuk, dan Kaliwates serta dengan kategori sangat tinggi yaitu Kecamatan Kalisat, Ledokombo dan, Sumberjambe. Terdapat delapan faktor risiko yang diteliti yaitu cakupan kehadiran posyandu, cakupan ASI eksklusif, Cakupan Sanitasi dan air minum layak, Cakupan Kejadian Infeksi, Cakupan IDL, dan Cakupan kejadian BBLR. Dari 31 Kecamatan di Kabupaten Jember 3 Kecamatan memiliki cakupan kehadiran posyandu yang sangat rendah (9,6%) dan 5 Kecamatan dalam kategori rendah (16,13%).
x
Cakupan kehadiran posyandu rendah dan sangat rendah sebagian besar berada di wilayah perbatasan yaitu perbatasan bagian utara dan barat. Sebanyak 3 kecamatan dengan kategori cakupan ASI eksklusif sangat rendah (9,6%), 3 kecamatan dengan kategori rendah (9,6%). Pengategorian sanitasi layak yang dilakukan mendapatkan hasil bahwa dari 31 kecamatan di Kabupaten Jember dua diantaranya memiliki cakupan sanitasi layak yang sangat rendah (6,45%) dan 5 kecamatan dengan sanitasi rendah (16,12. Kategori untuk air minum layak yaitu dari 31 kecamatan 2 diantaranya memiliki cakupan air minum layak sangat rendah (6,44%) dan 9 kecamatan dalam kategori rendah (29,03%). Pengategorian kejadian diare yaitu dari 31 kecamatan 2 wilayah kecamatan memiliki kategori sangat tinggi (6,22%) dan 7 kecamatan dalam kategori tinggi (22,58%). Pengategorian mengenai kejadian ISPA yaitu 3 dari 31 kecamatan dalam kategori sangat tinggi (9,67%), 4 kecamatan dalam kategori tinggi (12,90%) . Pemetaan cakupan Imunisasi dasar lengkap diketahui bahwa dua wilayah yang memiliki cakupan imunisasi dasar lengkap sangat rendah yaitu Kecamatan Jelbuk dan Kecamatan Rambipuji . Dari 31 kecamatan hanya 1 yang memiliki kategori BBLR sangat tinggi. Dari 31 kecamatan hanya 1 yang memiliki kategori BBLR sangat tinggii . Pengategorian yang dilakukan menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah dengan kategori stunting tinggi dan sangat tinggi memiliki cakupan kehadiran posyandu rendah, ASI eksklusif rendah, Cakupan sanitasi dan air minum rendah, Imunisasi Dasar Lengkap Rendah serta kejadian Infeksi Tinggi. Kategori kejadian BBLR merupakan satu-satunya variabel yang tidak tidak memiliki kemiripan spasial antara kategori kejadian stunting dan kejadian BBLR. Kecamatan Kaliwates merupakan wilayah dengan kategori stunting tinggi tetapi semua faktor risikonya berada dalam kategori baik. Semua wilayah dengan kategori stunting sangat tinggi memiliki kategori kejadian infeksi yang tinggi dan sangat tinggi.
Saran yang diberikan berdasarkan hasil penelitian saran yang diharapkan dapat ditindaklanjuti meliputi menambahkan aspek pemetaan berbasis spasial dalam penentuan program yang akan di aplikasikan agar baik dari segi anggran, sumberdaya dan hasil bisa efektif dan efisien. Setiap daerah memiliki karakteristik masing-masing sehingga program yang di tetapkan harus mempertimbangkan aspek kewilayahan.
Peneitian selanjutnya diharapkan yang pertama agar melakukan penambahan faktor risiko lain baik faktor risiko langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan data primer sehingga dapat di analisis secara statistic. Yang kedua Melakukan penelitian terkait faktor risiko lain di wilayah Kecamatan Kaliwates sehingga dapat diketahui faktor yang dapat mempengaruhi kejadian stunting. Yang ketiga melakukan analisis terkait hubungan antara penyakit infeksi dan kejadian stunting di wilayah dengan kategori stunting sangat tinggi. | en_US |