Show simple item record

dc.contributor.advisorWIBISONO, Bambang
dc.contributor.advisorSUHARIJADI, Didik
dc.contributor.authorYUSTIANTO, Indra
dc.date.accessioned2021-04-19T01:48:17Z
dc.date.available2021-04-19T01:48:17Z
dc.date.issued2020-07-20
dc.identifier.nimNIM160110201037
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/104183
dc.description.abstractPenelitian ini mengkaji mengenai pidato Presiden Joko Widodo dalam Annual Meeting IMF-World Bank 2018 di Bali dari sudut pandang analisis wacana kritis. Analisis wacana kritis memandang muatan wacana tidak pernah netral. Wacana dimengerti sebagai sarana untuk memproduksi dan mereproduksi makna oleh subjek atas kepentingan tertentu. Dalam pidato Presiden Joko Widodo memuat ideologi-ideologi yang tersusun rapi dalam bahasa, yang berguna untuk melegitimasi kekuasaannya serta mengendalikan perilaku hadirin pada acara tersebut. Untuk memahami wacana tersebut digunakan teori analisis wacana kritis Norman Fairclough. Terdapat tiga dimensi pada kerangka analisisnya, yaitu teks, praktik-wacana, dan praktik sosio-kultural. Tujuan penelitian ini: (1) mendeskripsikan wacana pidato Presiden Republik Indonesia Joko Widodo dikaitkan dengan wacana sebagai teks, praktik wacana (discourse practice), dan praktik sosiokultural (sociocultural practice); dan (2) mendeskripsikan ideologi kekuasaan yang tercermin dalam wacana pidato Presiden Republik Indonesia Joko Widodo di pembukaan Annual Meeting IMF – World Bank di Bali 2018. Analisis wacana kritis merupakan penerapan langsung metode kualitatif yang dilakukan secara eksplanatif. Penyediaan data menggunakan metode simak dengan teknik simak bebas libat cakap, peneliti hanya sebagai pemerhati mendengarkan apa yang dikatakan dan dibantu dengan teknik catat. Data diperoleh dari mengunduh video pidato Pidato Presiden Republik Indonesia Joko Widodo dalam Annual Meeting IMF-World Bank 2018 di Bali di laman youtube.com. Proses analisis dibagi menjadi tiga tahap, yaitu (1) deskripsi, isi diuraikan secara deskriptif atas teks (2) intepretasi, menafsirkan teks dihubungkan dengan praktik-wacana yang dilakukan untuk melihat proses produksi teks dibuat, dan (3) eksplanasi, mencari penjelasan atas hasil penafsiran dengan menghubungan produksi teks dengan praktik sosio-kultural. Penelitian ini menggunakan metode penyajian informal karena pemaparan hasil berupa katakata. Hasil penelitian menunjukkan wacana pidato Joko Widodo pada tataran teks dibagi menjadi lima tahapan. Representasi dalam anak kalimat dibagi dua, kosakata dan tata bahasa. Kosakata memasukkan kata atau frase dalam beberapa kategori yakni, (1) kata persona, dan (2) kata yang bernuansa religius. Tata bahasa memusatkan pada dua hal, bentuk proses dan bentuk partisipan. Bentuk proses, kegiatan ditampilkan sebagai, (1) tindakan, seperti mengenai gagasan, (2) peristiwa, yang sedang atau telah terjadi; (3) keadaan, sebuah ancaman yang sedang terjadi dan akan terjadi, dan (4) proses mental, mengenai krisis finasial global dan perubahan iklim. Bentuk partisipan hanya memunculkan aktor. Representasi dalam kombinasi anak kalimat, membaginya menjadi tiga, (1) elaborasi diwakili kata hubung yang, (2) perpanjang diwakili kata hubung dan, tetapi, atau, dan (3) mempertinggi diwakili kata hubung karena. Representasi dalam rangkaian antar-kalimat menekankan pesan-pesan utama pidato seperti, (1) posisi pembicara, (2) hubungan antar negara, dan (3) ancaman yang akan dihadapi kedepannya, teks disampaikan secara formal dan kombinasi komunikasi terbuka dan tertutup. Identitas, mengenai identifikasi pewacana berdasarkan keadaan negara. Pada tataran praktik-wacana berkenaan dengan produksi teks dan konsumsi teks. Produksi teks, (1) ideologi pancasila, dan (2) visi misi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. Pada tataran praktik-sosiokultural dibagi menjadi tiga level, yakni (1) situasional, teks yang dihasilkan dalam suasana ancaman perekonomian dunia dan perubahan iklim, (2) institusional, peran dan dampak institusi internal atau eksternal, dan (3) sosial, menangkay tema pidato yang bisa dimengerti bukan hanya oleh orang-orang politik. Ideologi dominan yang digunakan dalam pidato yaitu, ideologi Pancasila.en_US
dc.language.isoInden_US
dc.publisherFAKULTAS ILMU BUDAYAen_US
dc.subjectWacana Kritisen_US
dc.subjectNroman Faircloughen_US
dc.subjectPidatoen_US
dc.subjectIntertekstualitasen_US
dc.titleAnalisis Wacana Kritis Pidato Presiden Joko Widodo dalam Annual Meeting IMF-World Bank 2018 di Balien_US
dc.typeThesisen_US
dc.identifier.prodiSastra Indonesia
dc.identifier.kodeprodi0110201


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record