Pemikiran A.H. Nasution tentang Dwifungsi ABRI Tahun 1958-1998
Abstract
Latar belakang dalam penelitian ini adalah berkaitan dengan konsepsi jalan tengah A. H. Nasution yang dianggap memberikan peranan politik kepada tentara. Pidatonya tentang jalan tengah di AMN Magelang pada tahun 1958 banyak di ilhami sebagai dwifungsi yang pengimplementasinya pada masa Orde Baru menjadikan militer berperan dominan di panggung politik Indonesia. Hal ini bertolak belakang dengan apa yang dikonsepsikan A. H. Nasution tentang keterlibatan tentara dalam politik. A. H. Nasution tidak membenarkan tentara merangkap jabatan dan tidak membenarkan tentara sebagai organisasi terjun dalam kancah politik. Menurut A. H. Nasution ruh dari dwisungsi ABRI sebenarnya terletak pada urusan politik dengan skala besar, seperti ABRI yang menjadi salah satu wakil di MPR, yang mewakili golongan dan dengan kata lain tidak perlu terlibat dalam kegiatan politik praktis.
Penelitian ini mengkaji beberapa masalah, yakni (1) apa saja yang melatarbelakangi pemikiran A. H. Nasution tentang dwifungsi ABRI tahun 1958; (2) bagaimana bentuk pemikiran A. H. Nasution tentang dwifungsi ABRI tahun 1958; (3) bagaimana upaya A. H. Nasution mewujudkan dwifungsi ABRI tahun 1958-1998. Kemudian tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah (1) untuk mengkaji apa yang melatarbelakangi pemikiran A. H. Nasution tentang dwifungsi ABRI tahun 1958; (2) untuk mengkaji bentuk pemikiran A. H. Nasution tentang dwifungsi ABRI tahun 1958; (3) untuk mengkaji upaya A. H. Nasution dalam mengimplementasikan pemikirannyatetnang dwifungsi ABRI tahun 1958-1998.
Manfaat yang diharapkan (1) bagi mahasiswa calon guru sejarah, penelitian ini dapat menambah pemahaman dan pendalaman materi tentang tokoh intelektual Indonesia, yaitu A. H. Nasution dan pemikirannya tentang dwifungsi ABRI tahun 1958-1998; (2) bagi generasi muda diharapakan dapat digunakan sebagai refensi dalam pembelajaran sekaligus untuk menambah wawasan pengetahuan tentang sejarah dwifungsi dan tokoh dibalik lahirnya dwifungsi. (3) Bagi almamater, diharapkan dapat memberikan informasi tambahan, referensi dan pengembangan ilmu pengetahuan yang bermanfaat sebagai salah satu wujud Tri Dharma Perguruan Tinggi dan penelitian tersebut akan menambah khasanah kepustakaan universitas jember. Metode penelitian yang digunakan adalah metode peneltian sejarah dengan langkah-langkah sebagai berikut; heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi.
Berdasarkan hasil pembahasan dalam penelitian ini adalah (1) kondisi- sosial budaya (lingkungan) A. H. Nasution adalah seorang Batak muslim, putra seorang aktivis Sarekat Islam dan hidup sederhana sebagai anak pedagang. A. H. Nasution mulai mengeyam pendidikan Sekolah Dasar di HIS Kotanopan hingga pada saat dewasa A. H. Nasution memilih masuk pendidikan militer. Kondisi politik Indonesia pada masa itu banyak mengalami polemik, keadaan tersebut memunculkan konsepsi oleh A. H. Nasution tentang langkah militer yang dianggap perlu (2) bentuk pemikiran A. H. Nasution tentang dwifungsi yang pengimplemtasinya jauh dari konsep jalan tengah (3) upaya A. H. Nasution dalam mewujudkan dwifungsi dengan konsep jalan tengahnya.
Pembahasan dalam penelitan ini maka dapat di simpulkan bahwa (1) riwayat perjalanan hidup A. H. Nasution dari kondisi sosial –budaya, politik dan ekonomi dan militer telah membawa beragam pengalaman bagi A. H. Nasution hingga tumbuhnya pemikiran A. H. Nasution tentang dwifungsi ABRI (2) Dwifungsi yang diharapkan adalah menjadikan jalan tengah yang dikonsepsikannya menjadi ruh dalam pengimplementasiannya (3) memprakaisai kembalinya UUD 1945 sebagai salah satu usaha yang dilakukan, ketika dilucutinya pengaruhnya dalam militer maupun politik A. H. Nasution banyak menulis buku sebagai bentuk kritik terhadap jalannya pemerintah.