| dc.description.abstract | Tanaman jahe putih kecil atau jahe emprit (Zingiber officinale Rosc var.
amarum) merupakan jahe yang banyak dibudidayakan di Indonesia baik secara 
rimpang maupun minyak atsiri. Menurut hasil identifikasi fitokimia ekstrak 
rimpang jahe memiliki beberapa golongan senyawa utama metabolit senyawa 
sekunder yaitu: minyak atsiri, alkaloid, fenolik total, triterpenoid, tannin, 
polifenolik total dan flavonoid. Golongan senyawa fenolik merupakan golongan 
senyawa metabolit sekunder yang memberikan efek farmakologis antioksidan. 
Metabolit sekunder yang dihasilkan masing-masing tanaman dapat berbeda satu 
sama lain. Ketinggian suatu daerah memiliki keterkaitan dengan suhu dan iklim 
pada daerah tersebut sehingga berpengaruh terhadap proses fisiologi tanaman. 
Suhu di suatu daerah akan mengalami penurunan 0,60 hingga 0,65oC pada tiap 
peningkatan ketinggian 100 mdpl. Perbedaan ketinggian tempat dapat 
mempengaruhi banyaknya senyawa metabolit primer dan sekunder yang 
dihasilkan tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat 
perbedaan senyawa fenolik total pada minyak jahe emprit dan mengklasifikasikan 
minyak jahe emprit berdasarkan ketinggian. 
Penentuan kadar senyawa fenolik total pada peneitian ini bertujuan untuk 
mengetahui lokasi ketinggian tanam jahe emprit mana yang lebih berpotensi untuk 
menghasilkan senyawa fenolik total lebih besar. Penentuan kadar senyawa fenolik 
total minyak jahe emprit dilakukan dengan metode Kolorimetri-UV Vis dan 
menggunakan reagen Follin-Ciocalteu. Pembentukan model klasifikasi minyak 
jahe emprit bertujuan untuk mengelompokkan minyak jahe emprit ke dalam 
kategori sedang dan tinggi. Pembentukan model klasifikasi dilakukan dengan 
metode Kemometrik-FTIR. Spektroskopi FTIR digunakan untuk memperoleh data 
spektrum dari minyak jahe emprit tiap daerah. Data spektrum FTIR yang diperoleh akan digunakan untuk membentuk model klasifikasi (kualitatif) 
menggunakan perangkat lunak The Unscrambler X.10.2. Model klasifikasi dengan 
metode kemometrik LDA, SVM, dan SIMCA di mana ketiga metode tersebut 
merupakan jenis metode kemometrik supervised pattern recognition. Model yang 
terbentuk divalidasi menggunakan metode LOOCV dan 2-FCV. 
Hasil penentuan kadar fenolik total minyak jahe emprit dari metode 
kolorimetri-UV-Vis menunjukkan adanya perbedaan antara kategori ketinggian 
sedang dan tinggi yang dibuktikan dengan nilai rata-rata %b/v GAE minyak jahe 
emprit dataran tinggi lebih besar daripada wilayah dataran sedang yakni, 0,2473% 
untuk dataran tinggi dan 0,1293% untuk dataran sedang. Hasil penentuan kadar 
fenolik total didukung dengan analisis data secara statistika menggunakan 
perangkat lunak SPSS statistic 22. Nilai sebaran atau distribusi data yang 
diperoleh adalah normal dengan nilai sig. atau p > 0,050 yaitu 0,060 untuk 
kategori dataran sedang dan 0,841 untuk kategori dataran tinggi. Nilai koefisien 
variasi yang diperoleh kurang dari 30% yaitu 5,66% untuk kategori dataran 
sedang dan 9,31% untuk kategori dataran tinggi. Nilai uji T tidak berpasangan
kedua kategori dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh hasil nilai sig. (2-
tailed) 0,000 atau kurang dari 0,005 yang menandakan bahwa hasil data antar 
kategori berbeda secara signifikan atau tidak sama atau tidak identik. Hasil 
pembentukan model klasifikasi yang terpilih adalah LDA dengan % akurasi dan 
% prediksi adalah 100%. % akurasi dan % prediksi yang didapatkan menunjukkan 
bahwa model LDA dapat mengelompokkan minyak jahe emprit berdasarkan 
ketinggian sedang dan tinggi. Namun, pada penelitian ini terdapat kekurangan 
yaitu sampel nyata dari dataran sedang terprediksi ke dalam kategori dataran 
tinggi. Hal ini dikarenakan ketinggian sampel nyata dataran tinggi 620 mdpl di 
mana pada ketinggian tersebut hampir memasuki batas ketinggian dataran tinggi 
serta rentang ketinggian data training set dataran sedang untuk membentuk model 
282-576 mdpl (kurang untuk mewakili secara keseluruhan ketinggian dataran 
sedang) | en_US |