Peranan Etnis Cina Dalam Industri Perfilman Pada Zaman Hindia Belanda Tahun 1900-1942 Skripsi
Abstract
Skripsi ini membahas tentang peranan etnis Cina dalam perfilman zaman Hindia
Belanda antara tahun 1900-1942. Melalui metode penelitian sejarah dengan
menggunakan pendekatan ekonomi industri dan teori industri budaya sebagai ilmu
bantu penelitian, skripsi ini menjelaskan peran etnis Cina dalam industri
perfilman. Kedudukan etnis Cina sebagai masyarakat kelas dua yang dapat
menguasai sektor-sektor non agraris memungkinkan etnis Cina mendapatkan
prioritas dalam bidang usaha, salah satunya perfilman. Peran etnis Cina pada
industri perfilman diawali sebagai pengimpor film dari Cina. Bisnis etnis Cina
dalam sektor perfilman dipelopori oleh Tio Tek Djin dengan mendirikan
perusahaan pengimpor film bernama China Moving Picture Co di Batavia pada
tahun 1923. Antusiasme masyarakat menyebabkan etnis Cina mengembangkan
bisnis perfilman dengan membuka bioskop pada kota-kota besar di Hindia
Belanda, baik bioskop keliling maupun penyewaan gedung untuk pemutaran film.
Keuletan etnis Cina dalam bisnis perfilman tercermin pada saat terjadi depresi
ekonomi tahun 1930, dimana perusahaan perfilman milik etnis Cina berinovasi
dengan memproduksi film sendiri, mengadakan pembelian kamera berteknologi
baru, menggunakan artis serta mengangkat cerita lokal untuk menyelamatkan
bisnisnya. Boenga Roos dari Tjikembang (1931) merupakan salah satu judul film
pertama produksi etnis Cina di Hindia Belanda. Fifi Young, Ferry Kock, dan Tan
Tjen Bok merupakan nama-nama artis film dari etnis Cina yang terkenal pada
tahun 1930-1940-an. Pendudukan Jepang pada tahun 1942 menjadi awal
terhentinya industri perfilman etnis Cina. Besarnya keterlibatan etnis Cina dalam
industri perfilman pada masa Hindia Belanda membuka akses dan berpengaruh
terhadap perkembangan industri film Indonesia.